Mag-log inMark bangun dari kursi dan mendekati Bu Guru. Tubuh Bu Guru sudah mulai bergetar. Kakinya juga melemas. Bersyukur para siswa-siswi sudah berhasil dibangunkan semua.
"Bu, ada apa? Apa yang terjadi" tanya Mark. "Itu, ada yang aneh sama sopir bus nya," ujar Bu Guru melirik ke arah sopir dengan takut-takut. "Apa yang aneh sih Bu," sahut Sherly. Sherly ikut berdiri. Dia berdiri di depan kursi. Badannya harus menghadap ke arah belakang bus untuk melihat wajah Bu Guru. "Kalian lihatlah keluar jendela. Diluar sangat gelap dan kita berada di tengah," suruh Bu Guru. Para siswa-siswi melihat ke arah luar. Tapi mereka tidak merasakan ada yang aneh kecuali mereka heran kenapa tidur sangat lama. "Bu, kata Pak sopir tadi ada perbaikan jalan. Jadi Pak sopir memutar arah agar kita bisa menuju ke pantai," terang Mark. "Itu tidak mungkin, Mark. Ibu sudah mematikan semua itu agar perjalanan kita tidak terhambat. Tidak ada perbaikan jalan sama sekali," sahut Bu Guru. "Iya, ini aneh juga. Dari tadi kita berada di tengah hutan, Mark. Ini sudah jam tujuh malam. Tadi kita terbangun saat jam empat. Kenapa kita belum juga keluar dari hutan. Apa masih jauh," ujar Sherly kebingungan yang sudah melihat jam kembali untuk mengecek waktu. "Berarti kita semua kek kebo dong. Kita sudah tidur dari tadi siang. Masak di antara kita tidak ada yang terbangun," sahut Karla. Mark juga merasa ada yang aneh. Tidak mungkin Bu Guru berbohong. Apa untungnya. Mereka lebih mempercayai ucapan Bu Guru daripada sopir bus yang tidak mereka kenal. Mark memberikan kode kepada Davin, Arga, Wisnu dan Bagas untuk ikut menanyakan kepada pak sopir bus. Mengikuti dia yang berjalan ke arah depan bus. Mereka berempat langsung paham maksudnya Mark. Tanpa banyak bicara mengikuti langkah Mark yang sudah berjalan duluan ke arah sopir bus. Sherly dan lainnya hanya melihat mereka berlima. Mereka berdoa semoga semuanya baik-baik saja. "Pak!" panggil Mark yang tidak mendapatkan respon. Mark melirik ke arah teman-temannya. Mereka memberi kode menyuruh dia lanjut bertanya. "Pak, sekarang kita ada di mana?" tanya Mark dengan suara halus. "...." "Pak, jangan diam saja dong. Apa bus ini lagi penculikan atau penyanderaan atau bagaimana," ujar Wisnu tidak sabar. "Wisnu," tegur Davin dan lainnya. Mereka semakin ketakutan dengan perkataan Wisnu. Mereka takut jika beneran diculik atau disandera. Apalagi sekarang banyak kasus penjualan organ manusia secara ilegal. "Pak berhenti sekarang juga," perintah Mark dengan tegas. "...." "Bapak jangan memaksa kami ya," kata Mark sudah dengan nada tinggi. "...." "Percuma kita bicara sama dia," ujar Arga. Arga dengan nekat ingin mengambil paksa kendali bus. Dia tahu bagaimana cara membawa bus. Dia sudah terbiasa membawa berbagai jenis mobil. Arga yang mengambil ahli paksa kemudi menyebabkan bus bergoyang. Bus tidak lagi berjalan dengan lurus. Berliuk-liuk ke kiri dan ke kanan. "Arga, apa yang kamu lakukan," tegur Mark mencari pegangan. Para siswa-siswi yang lain berteriak histeris. Mereka segera memegang apapun yang bisa menjaga tubuh mereka. Sherly juga sudah duduk kembali. Dia memeluk kepalanya karena sangat takut. "Anak-anak, hati-hati. Jangan sampai kita kecelakaan," ujar Bu Guru memeluk kepala kursi dengan posisi masih berdiri. "Kita ambil alih paksa saja kalau dia tidak mau melepaskannya. Ayo lepaskan," ujar Arga masih berusaha merebut alih kemudi. Bus bukan bergerak semakin pelan, tapi sangat sopir bus malah menambah kecepatan bus. Kakinya menginjak pedalaman gas semakin dalam. "Kalian pegangan yang erat," teriak Davin memperingati yang lain. Mark memerintahkan Wisnu dan Bagas untuk menahan badan sang sopir. Mereka juga harus membantu Arga. Bus harus dihentikan sekarang juga. Wisnu dan Bagas berjalan ke belakang kursi kemudi. Mereka memegang bahu Pak sopir. Supaya tidak banyak bergerak. Mark mulai membantu Arga melepaskan tangan Pak sopir dengan paksa. Sedangkan Davin berusaha menggeserkan kaki sopir bus dari pedal gas. Mereka sama sekali tidak bisa menggeserkan tangan atau kaki sopir bus sedikitpun. Semakin lama guncangan bus juga semakin terasa. Guncangan bus yang sangat kuat membuat Mark tidak sengaja menyenggol kepala sopir dengan sikunya. Sehingga menyebabkan kepala Pak sopir jatuh. Kepala itu jatuh terguling di lorong bus. "Aaaa …." Para siswa-siswi berteriak histeris melihat kepala sopir bus yang terjatuh menggelinding melewati mereka. Bu Guru yang berdiri sampai terjatuh duduk. Kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Seketika kaki jadi lemas tidak bertenaga melihat kepala sopir bus menggelinding. Kepala itu terus menggelinding sampai ke arah kaki Bu Guru. Kepala itu baru berhenti bergerak setelah bersentuhan dengan ujung sepatu Bu Guru. Dengan mata yang terbuka dan melotot menghadap ke arah Bu Guru. "Aaaa …." "Aaaa …." Bu guru berteriak lebih keras daripada siswa-siswi. Dia sangat syok melihat kepala manusia jatuh tepat di depan kakinya. Sangat mengerikan dan menjijikkan. Sherly reflek bangun dan berdiri memepet ke arah jendela. Menjauhkan tubuhnya dari kepala sopir bus. Sehingga botol minuman yang tadi dia pegang tanpa sengaja jatuh ke arah luar jendela tersapu angin. Rencana tadi dia ingin minum karena kehausan saat Mark dan lainnya berjalan ke arah sopir bus. "Botol kesayangan aku," teriak Sherly. Sherly dengan reflek dan nekat mengeluarkan kepala dari jendela. Dia ingin meraih botol itu sebelum terjatuh. Namun botol itu sudah duluan terjatuh di pinggiran jalan. "Sherly!" teriak Karla dan Putri. Karla dan Putri dengan segera bangkit dari tempat duduknya. Mereka segera menarik tubuh Sherly agar tidak terjatuh ke jalanan. Kondisi bus yang tidak berjalan normal takut akan melemparkan tubuh Sherly. Mark dan lainnya juga sangat takut saat kepala sopir bus terjatuh. Tapi mereka dengan cepat sadar. Mereka kembali mencoba untuk mengambil alih kemudi bus yang sudah oleng. Harus ada yang mengendalikan bus. "Sherly, apa yang kamu lakukan," bentak Karla marah dengan apa yang dilakukan oleh Sherly. Sherly sangat membahayakan dirinya. "Botol minuman aku jatuh," ujar Sherly setelah berhasil ditarik oleh Karla dan Putri. "Apa kamu mau mati, hah," kata Putri dengan marah marah. "Itu botol kesayangan aku," bela Sherly dengan pandangan menunduk. "Kamu jangan gila Sherly. Tadi kamu bisa saja jatuh ke jalan," ceramah Karla. "Maaf, aku reflek tadi," ucap Sherly menyesal. Mark dan lainnya masih berusaha untuk mengambil alih kemudi. Walaupun sopir itu sudah tidak ada kepala, tapi tangan dan kakinya tidak mau lepas dari pedal gas dan juga setir bus. Bus itu semakin lama semakin tidak karuan. Berjalan zig zag melewati malam yang mencengkam. Bersambung ....Mark bangun dari kursi dan mendekati Bu Guru. Tubuh Bu Guru sudah mulai bergetar. Kakinya juga melemas. Bersyukur para siswa-siswi sudah berhasil dibangunkan semua."Bu, ada apa? Apa yang terjadi" tanya Mark."Itu, ada yang aneh sama sopir bus nya," ujar Bu Guru melirik ke arah sopir dengan takut-takut."Apa yang aneh sih Bu," sahut Sherly.Sherly ikut berdiri. Dia berdiri di depan kursi. Badannya harus menghadap ke arah belakang bus untuk melihat wajah Bu Guru."Kalian lihatlah keluar jendela. Diluar sangat gelap dan kita berada di tengah," suruh Bu Guru.Para siswa-siswi melihat ke arah luar. Tapi mereka tidak merasakan ada yang aneh kecuali mereka heran kenapa tidur sangat lama. "Bu, kata Pak sopir tadi ada perbaikan jalan. Jadi Pak sopir memutar arah agar kita bisa menuju ke pantai," terang Mark."Itu tidak mungkin, Mark. Ibu sudah mematikan semua itu agar perjalanan kita tidak terhambat. Tidak ada perbaikan jalan sama sekali," sahut Bu Guru."Iya, ini aneh juga. Dari tadi kita b
"Ini kenapa sudah malam tapi belum sampai?" tanya Mark lagi."Ini bukan malam Mark.""Maksudnya kamu?""Sekarang masih jam empat sore. Kamu lihat sendiri," ujar Sherly memperlihatkan layar handphone yang menyala ke arah Mark."Masih jam empat?" tanya Mark dengan mata sedikit silau dengan cahaya handphone Sherly yang cukup terang."Iya, aneh kan," ujar Sherly mengangguk kepala.'Ini memang sangat aneh. Mana ada jam empat sudah gelap gulita. Aku harus tanya sama pak sopir dulu,' batin Mark."Sherly, kamu tunggu di sini dulu ya. Aku mau tanya sama pak sopir nya," suruh Mark.Sherly mengangguk kepala dengan patuh. Dia akan membiarkan Mark yang akan mencari tahu apa yang sudah berlalu. Mark bangun dari kursi dengan perlahan. Berjalan ke arah sang sopir bus dengan memegang bagian kepala kursi penumpang. Dia sedikit susah berjalan karena bus masih berjalan."Pak!" panggil Mark.Sang sopir tidak menjawab. Dia hanya melihat ke arah Mark sebentar. Kemudian melihat ke arah depan lagi."Pak, ken
"Saya tidak tahu Pak. Kami beneran baru sampai. Bukan saya yang datang tadi," sanggahnya."Pak, bagaimana ini? Kita harus segera menghubungi mereka. Ibu takut jika terjadi sesuatu sama mereka.""Coba Ibu telepon salah satu siswa yang ada di sana. Saya akan mencoba menelepon Guru yang bertugas di kelompok itu. Kita jangan panik dulu," ujar Pak Guru tidak sesuai dengan hatinya. Biar Bu Guru tidak ikutan panik.Mereka semua tidak bisa tidak panik. Mereka tidak tahu kenapa sopir bus datang untuk kedua kalinya. Itu sangat aneh dan diluar logika."Pak, tidak ada satupun yang terhubung dengan mereka," kata Bu Guru setelah beberapa kali menghubungi mereka."Panggilan dari saya juga tidak ada yang terhubung," sambung Pak Guru. "Apa yang harus kita lakukan sekarang Pak?""Pak, bagaimana kalau kita telepon polisi saja. Saya takut terjadi sesuatu sama anak-anak. Hal ini juga bisa mencoreng nama kami sebagai sopir bus jika ada masalah yang besar," saran sopir bus."Ini sangat aneh. Bagaimana mung
Sherly duduk di kursi barisan kedua. Dia duduk bersebelahan dengan Mark. Di sampingnya ada Karla dan Putri. Di kursi barisan ketiga duduk Arga dengan Wisnu di belakang Sherly dan Mark. Sedangkan Bagas duduk bersama Davin di belakang Putri dan Karla.Sekarang mereka sudah siap untuk berangkat. Semua siswa siswi sudah duduk di bangku masing-masing."Anak-anak, apa barang kalian sudah dibawa semua? Apa masih ada yang tertinggal?" tanya Bu Guru memastikan lagi sebelum berangkat. Jika sudah berangkat tidak bisa balik lagi untuk mengambil barang yang tertinggal."Tidak ada Bu," sahut mereka kompak."Ingat, kalau ada barang yang tertinggal, maka jangan salahkan Ibu. Ibu sudah memperingati kalian semua. Kalian mengerti," kata Bu Guru memperingati sekali lagi."Baik Bu.""Bu, kapan bus nya akan berangkat?" tanya Sherly bosan menunggu bus bergerak. Dari tadi semuanya pada sibuk urus ini itu."Sherly, kamu bener-bener tidak sabaran sekali," tegur Karla melirik ke arah Sherly."Ih, lama sekali,"
Para guru sedang memeriksa perlengkapan para siswa yang akan dibawa ke liburan ke pantai. Termasuk barang-barang yang harus mereka bawa nanti agar tidak ketinggalan. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh para siswa. Mereka akan berlibur ke pantai selama tiga hari tiga malam. Acara liburan ke pantai hanya diikuti oleh anak-anak kelas dua saja. Tidak semua siswa wajib ikut, diperuntukkan bagi siapa saja yang mau ikut tanpa pemaksaan. Mereka boleh memilih ikut liburan bersama atau liburan bersama keluarga. Jumlah semua yang ikut ke pantai adalah 75 orang. Lima guru pengawas ditambah 70 siswa dan siswi. Pihak sekolah sudah memesan tiga buah bus untuk perjalanan. Mereka akan dijadwalkan berangkat sebentar lagi, pada pukul 12 siang. Lamanya waktu yang diperlukan untuk tiba disana adalah selama 4 jam. Jadi mereka nanti masih sempat melihat matahari terbenam jika tidak ada kendala sama sekali selama perjalanan. "Kenapa bus nya lama sekali, sih. Sebel deh," ngomel Sherly menghent







