Share

Bab 3. Kebingungan

Dipenginapan mereka berlima seperti kelelahan dan lebih memilih tidur daripada untuk melakukan kegiatan yang tidak jelas.

***

Keesokan harinya saat waktu sudah menunjukkan pukul 08:00 pagi, mereka segera bersiap-siap untuk berangkat kehutan, sebelumnya mereka sarapan di penginapan tersebut, yang sudah disiapkan.

Walaupun penginapan tersebut hanya menyiapkan makanan yang seadanya tapi cukup untuk mengenyangkan perut mereka berlima dan saat pagi hari itu juga, terlihat orang yang menginap disitu ternyata ramai juga yang sedang sarapan.

Setelah selesai sarapan, mereka berlima menuju loby untuk check out dari penginapan.

"Gimana, udah siap untuk berpetualang?" Tanya Yuda penuh semangat dengan ketengilannya.

"Siap!" Dijawab kompak dengan yang lainnya.

"Yuk berangkat!" Ucap Yuda.

Setelah check out, mereka terlebih dahulu menuju ke jalan masuk kearah hutan. Sebenernya mereka tidak tahu arah jalannya, setiap ketemu dengan orang, mereka selalu bertanya jalan menuju kesana.

Ternyata cukup jauh dari penginapan tadi, mereka berlima lebih memilih untuk menumpang kendaraan bak terbukanya untuk menuju ke hutan.

Selama perjalanan, terlihat sebelah kanan dan kiri sudah terlihat pohon pohon besar yang seperti sudah hampir sampai di hutan, cuaca pada saat itu juga termasuk mendukung karena tidak panas sama sekali.

"Udaranya segar bener ya" Ucap Nala disitu menikmati udara yang segar.

"Iya nih, semoga gini terus." Sahut Lulu.

Disitu mobil yang mereka tumpangi ternyata berhenti ditengah hutan yang lebat.

"Kok berhenti pak?" Tanya Dio kepada supir mobil itu.

"Sudah sampai, itu jalan menuju kedalam hutan." Jawab supir itu dengan menunjukkan jalan.

"Oiya, makasih ya pak atas tumpangannya." Ucap Dio.

Supir itu hanya menganggukkan kepalanya saja, mereka segera turun dari mobil bak terbuka itu dan menuju kedalam hutan.

Perlahan mereka berjalan kaki menuju kedalam hutan, saat berjalan baru sekitar 10 menit sudah terdengar suara aneh yang misterius.

"Ih suara apa itu?" Tanya Nala dengan berpegangan tangan Yuda dengan erat.

"Namanya dihutan, pasti kaya gini." Jawab Yuda dengan santainya.

Nala seperti takut, ia enggan melepaskan tangannya dari Yuda. Sedangkan mereka terus berjalan kaki tanpa mengetahui dimana keberadaan desa itu berada.

Semakin jauh mereka kedalam hutan, semakin kuat juga suara aneh itu terus muncul dan seketika cuaca didalam hutan menjadi gelap, padahal baru sekitar jam 11 siang.

Jalan yang berlumpur dan becek penuh dengan genangan air, itu semua yang harus mereka lewati selama berjalan dihutan.

"Jalannya gini amat sih!" Ucap Dio dengan tangan kirinya memegang rokok.

"Namanya hutan, mau bagus dikota sana!" Sahut Lulu dengan terus berjalan.

"Ye jawab aja lu ini." Seru Dio.

"Udah jangan ribut!" Ucap Alif menyuruh Dio dan Lulu diam.

"Takut lu ya lif?" Ejek Lulu dengan menodongkan jari telunjuk kearah muka Alif.

"Mana ada gue takut," jawab Alif tegas.

"Yud lu tau gak sih jalannya?" Tanya Alif.

"Gatau lah gue, udah jalan terus aja!" Sahut Yuda.

Suasana didalam hutan yang dipenuhi pohon pohon besar ditambah suara aneh dan tak jarang tercium bau busuk.

Sudah hampir 2 jam mereka berjalan tanpa tujuan kearah hutan, sekarang hanya mereka berlima yang ada didalam hutan yang lebat itu.

"Kita istirahat dulu ya." Ucap Yuda kepada yang lainnya.

"Oke sip!" Sahut Lulu.

"Nah gitu dong istirahat dulu." Jawab Alif.

Mereka berlima istirahat di tengah hutan yang tidak ada sama sekali sinyal, mereka hanya berbekal kompas yang dibawa oleh Yuda.

Mereka memanfaatkan istirahat untuk makan dan minum yang sudah dipersiapkan saat sebelum berangkat.

"Gila gada sinyal disini?" Ucap Alif.

"Iyalah, percuma lu bawa hp." Sahut Dio dengan menghisap rokoknya.

"Terus kita kalo minta tolong gimana nanti?" Tanya Alif.

"Udah sih diem, jangan berisik nanti ada macan lu dimakan." Jawab Yuda sedikit menakuti Alif.

"Ye kampret!"

Cukup lama mereka beristirahat dibawah pohon yang besar dan saatnya untuk melanjutkan perjalanan kembali agar tidak terlalu malam saat sampai di desa kanibal.

Suasana makin mengerikan saat mereka semakin dalam berjalan kehutan, sangat sering juga tercium bau busuk. Disana juga cukup gelap dan berkabut, untungnya mereka membawa senter untuk menerangi jalan yang becek.

***

Perlahan hari semakin gelap, mereka berlima belum juga sampai ditujuan.

Sedangkan mereka juga tidak tahu sekarang berada dimana, sepertinya mereka telah nyasar didalam hutan yang lebat.

"Kayanya kita nyasar ini." Ucap Yuda.

"Gila lu Yud, yang bener aja, terus gimana nasib kita ini?" Sahut Dio sedikit emosi.

"Gue juga gatau, lu santai aja ngomongnya!" Jawab Yuda yang sedikit terpancing.

"Lu ini gak bener didepan, kita kan ngikutin lu aja dari tadi." Seru Dio yang membuat suasana menjadi panas.

"Terus mau lu apa?" Tanya Yuda dengan memegang baju dari Dio.

Suasana berubah menjadi mencekam disaat Yuda dan Dio bertengkar disitu.

"Udah dong, kok malah ribut sih!" Ucap Lulu mencoba melerai Yuda dan Dio.

"Iya kaya bocah aja berantem!" Sahut Alif.

Hari perlahan menjadi gelap yang artinya malam hari telah datang dan mereka masih ditengah hutan tanpa arah.

"Ini bukan saatnya berantem, tapi bagaimana kita harus keluar dari hutan ini?" Ucap Nala kepada yang lainnya.

"Iya kayanya kita harus keluar dulu deh dari hutan," sahut Lulu setuju dengan omongannya Nala.

"Kita harus memikirkan secara matang, dimana posisi desa itu berada." Lanjut Lulu.

"Tapi kita udah ditengah hutan, gimana mau pulang?" Tanya Alif terlihat wajahnya mulai khawatir.

Sedangkan Yuda dan Dio perlahan sudah mulai tenang, Yuda sekarang memikirkan bagaimana caranya keluar dari hutan yang lebat tersebut.

Mereka berlima kebingungan harus kemana karena tidak ada orang sama sekali untuk dimintai pertolongan dan sinyal di handphone juga tidak ada sama sekali.

"Kita malam ini istirahat disini dulu aja, sekarang buat tenda sebelum semakin malam." Ucap Yuda.

Disitu mereka berlima segera membuat tenda untuk bermalam ditengah hutan yang lebat dan suasana pada malam hari itu cukup mengerikan karena tidak ada cahaya sama sekali dan sering terdengar lolongan suara anjing yang cukup keras.

Mereka hanya mengandalkan cahaya dari api unggun yang dibuat oleh Alif setelah membuat tenda karena cuaca cukup dingin pada malam hari itu.

"Yuda aku takut." Ucap Nala kepada Yuda yang berada disampingnya.

"Kamu gausah takut, kan ada aku disini." Jawab Yuda merangkul Nala dengan erat.

"Enaknya yang pacaran." Sahut Lulu mengejek Yuda dan Nala.

"Pengen lu ya, tuh sama Alif sana." Ucap Yuda.

"Apaan lu Yud, males amat gue sama Lulu." Seru Alif seperti tidak terima.

"Emang gue mau sama lu kodok." Sahut Lulu tak terima dengan omongannya Alif.

Mereka mencoba mengubah suasana menjadi lebih santai karena dari tadi terlihat begitu tegang, sedangkan Dio hanya duduk diam ditendanya dengan menghisap rokok yang ada ditangan kirinya.

"Oi Dio, gabung sini ngapa? Besok kita pikirin caranya keluar dari sini." Ucap Yuda kearah Dio.

"Iya sini oi, udah kaya anak tiri lu disitu." Sahut Lulu mengejek Dio dan disambut dengan gelak tawa oleh teman temannya.

Dio tidak menghiraukan perkataan teman temannya dan lebih memilih untuk melanjutkan mengisap rokoknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status