Share

02. Berkunjung

Malam semakin larut, jarum jam terus berputar, sinar bulan masuk melalui celah jendela  menerangi sebagian kamar Yeri. Sudah pukul 23.30 malam tetapi Yeri masih belum bisa menutup matanya. Baru kali ini ia tidak bisa tertidur, sewaktu ia tinggal di rumah Om Jun pukul 10 malam saja dia sudah mengarungi lautan mimpi.

Tok tok tok

Lagi. Yeri mendengar suara ketukan, namun kali ini bukan dari jendela nya tetapi dari langit-langit kayu kamarnya. Yeri mencoba menghiraukannya dan meyakinkan dirinya bahwa ia hanya salah dengar. Tapi dirinya kembali teringat serangkaian kejadian Ia alami semenjak menapakkan kaki di rumah ini. Anak kecil yang mengintip, sosok yang menatapnya dari jendela loteng dan ucapan selamat datang yang entah siapa yang menulis. Saat membaca kalimat tersebut tentu saja Yeri merinding. Apalagi ada namanya dalam tulisan itu. Apa ini hanya lelucon? Pikirnya.

Yeri memejamkan matanya berharap dia bisa tidur dan tidak mengalami hal-hal yang aneh.

Tok tok tok tok

Yeri membuka matanya dan bangun dari tidurnya. Suara itu terdengar semakin jelas dan semakin keras. Keringat dingin perlahan muncul dan siap membasahi tubuhnya. Yeri mendongakan kepalanya ke arah langit-langit kamarnya. Jantungnya berdegup cepat bahkan Yeri bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

Tok tok tok tok tok tok

Dengan gerakan cepat Yeri masuk kedalam selimut, menutup matanya rapat-rapat dan berharap pagi segera datang.

-:-

Tetesan hujan terus mengguyur sejak tadi pagi. Suara hujan dan suara ramai orang menyapa indera pendengaran Yeri saat ia keluar dari kelas. Ia pun bergegas ke kantin sekolah, menyusul sahabatnya yang sudah berada dikantin terlebih dahulu.

"Jadi sekarang lo udah pindah rumah?" Tanya Serena sambil meminum ice lemon tea nya.

Yeri mengangguk mengiyakan.

Saat ini, Yeri sedang berada di kantin sekolahnya bersama para sahabatnya. Yeri, Serena, Wendy, Justin, Helmi dan Jordan sudah bersahabat sejak masa orientasi dan sekarang mereka sudah kelas 3 SMA. Berarti sudah 3 tahun mereka bersama.

"Kalian mau ga main ke rumah gue?" Tanya Yeri sambil menatap sahabatnya satu persatu, kecuali Jordan. Ada alasan mengapa Yeri tidak mau menatap lelaki itu.

"Jadiin lah, gue pengen ketemu neng Jena~" celetuk Helmi yang dihadiahi toyoran oleh Justin.

"Ayo aja sih gue, yang lain gimana?" Tanya Serena. Wendy dan Justin mengangguk menyetujui sedangkan Jordan masih terfokus pada ponselnya.

"Lo ikut ga Jo?"

"Iya."

-:-

Justin dengan Yeri di boncengannya sampai lebih dulu, Serena dan Wendy sampai setelahnya. Yeri turun dari motor Justin kemudian menghampiri Serena. Ia menatap Serena dan Wendy heran, “Jo sama Helmi mana?”

“Lah, bukannya tadi ada dibelakang kita ya Ser?” ucap Wendy kebingungan. Akhirnya Yeri mencoba menghubungi Helmi. Benar saja, dua anak itu tertinggal karena Helmi ingin membeli minuman dipinggir jalan dan berakhir tidak tahu jalan. Justin dan yang lainnya hanya bisa mengumpat dan mendengus kesal mendengar ucapan Helmi dari smartphone yang kebetulan di-loudspeaker oleh Yeri.

Akhirnya, Justin pergi untuk menjemput mereka. Para perempuan masuk kedalam rumah terlebih dahulu. "Yer ini beneran rumah lo? Ko serem amat yah?" Ucap Wendy ketakutan.  

"Kakak lo kesambet apaan beli rumah kaya gini? Ini sih sama aja kaya rumah hantu." Ujar Serena. Yeri terkekeh kecil, dalam hatinya juga mempertanyakan hal yang sama. Apakah Tara sudah tidak waras membeli rumah seperti ini?

Tidak sampai 10 menit, Jordan, Helmi dan Justin sampai di rumah Yeri. Setelah mematikan mesin motor, mereka bertiga masuk kedalam rumah Yeri. Jordan yang berada dibelakang Justin dan Helmi sempat berhenti sejenak. Mengamati rumah Yeri dalam diam sampai matanya bertemu tatap dengan seseorang yang mengamatinya dari jendela loteng.

“Jo!”

Teriakan Justin mengambil alih atensi Jordan. Saat Ia kembali melihat kearah jendela loteng, orang itu sudah tidak ada. Mungkin kakak Yeri, pikirnya. Akhirnya dia pun berjalan menghampiri Justin yang sedari tadi menungguinya diambang pintu.

Yeri dan para sahabatnya sedang bercengkrama di ruang tamu. Berbagi cerita dan bersenda gurau hingga tidak kenal waktu. Camilan-camilan yang ada di meja pun sudah raib, tapi Helmi masih saja memakan remahan-remahan snack yang tertinggal di piring.

“Eh iya, sodara-sodara lo yang lain kemana?”

“Lagi ke rumah Om gue buat ngambil barang-barang yang gak sempet kebawa kemarin.” Jelas Yeri yang dibalas anggukan dari teman-temannya. Namun lain halnya dengan Jordan. Dia mengerutkan dahinya bingung. Jelas-jelas tadi dia melihat orang lain yang Ia kira kakak Yeri, kenapa Yeri bilang kalau semua saudaranya sedang pergi?

“Lo yakin kakak sama adik lo lagi diluar rumah?” tanya Jordan. Ia ingin memastikan. Yeri menoleh kearah Jordan, namun sedetik kemudian dia membuang pandangannya kearah lain, “Iya.” Jawabnya singkat.

Jordan terdiam.

Jadi, yang Jordan lihat tadi siapa?

-:-

Hari sudah semakin sore, matahari dengan perlahan mulai tenggelam di ufuk barat dan bulan perlahan naik menjalankan tugasnya. Helmi dan yang lain masih berada di rumah Yeri, entah kapan mereka akan pulang. Selain dengan alasan ingin berkunjung ke rumah Yeri dan menemani Yeri, alasan utama mereka betah berlama-lama di rumah Yeri adalah banyaknya makanan di rumah Yeri. Ya, Itulah tipe teman yang sedikit tidak tahu diri.

"Lo gak takut tinggal di sini Yer, kayanya kalau malem ini rumah makin serem." Ucap Serena sambil bergidik ngeri. Yeri mengangkat bahunya dan membuang napas kasar, "ya mau gimana lagi Ser? Gue tinggal disini."

“Yer, pinjem laptop dong. Gue mau nge-akses Yuutube.”

Yeri pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya, mengambil laptop. Yang lainnya masih betah melihat serial di televisi. Bahkan Justin sudah menyamankan tubuhnya di karpet bulu. “Nih.” Ucap Yeri sambil menyodorkan laptopnya dan diterima oleh Helmi.

Helmi langsung berkutat dengan laptop dihadapannya, jari-jarinya dengan lincah menari diatas keyboard. Sesekali terdengar seruan keluar dari mulut nya dan itu sangat menggangu Wendy yang duduk tidak jauh darinya. “Eh, kita nge-vlog lagi yuk!”

Yeri dan yang lain langsung menoleh kearah Helmi. Tidak ada yang bersuara. Hanya ada suara televisi dan desingan lembut dari laptop. Helmi yang merasa ditatap oleh teman-temannya hanya menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya mengapa mereka menatapnya seintens itu.

“Lo gak usah aneh-aneh deh!” celetuk Wendy.

“Kita itu baru nge-vlog sekali doang loh, dan itu 2 tahun yang lalu. Ayolah... banyak yang minta kita nge-vlog lagi.” Ucap Helmi, berusaha untuk membujuk teman-temannya.

Seketika hening.

“Apa gak bisa kita cuma upload yang biasa aja gitu? Gue gak mau kejadian 2 tahun yang lalu terjadi lagi.” Ucap Serena dan disetujui oleh Yeri. Helmi hanya bisa menghela napas pasrah, tidak ada yang mendukungnya.

Ya. Yeri dan yang lain memang menyukai hal mistis. Ah, kecuali Wendy. Perempuan satu itu sangat takut dengan yang namanya hantu dan sejenisnya. Mereka sering berbagi pengalaman horror dan mereka mengunggah video-video itu ke channel Yuutube yang mereka buat sendiri. Entah apa tujuan mereka membuat channel Yuutube itu. Mungkin hobi?

“Yaudah, itu bisa kita pikirin nanti. Sekarang lo mau pada pulang gak? Udah malem.” Ucap Jordan memecah keheningan.

"Eh,eh, gue belum ketemu neng Jena~" teriak Helmi

Wendy dan Serena menyetujui ajakan Jordan untuk pulang dan Justin dengan terpaksa menyeret Helmi untuk pulang. Yeri mengantar mereka sampai ke depan pintu.

"Lo gak papa disini sendiri?" Tanya Jordan dengan nada khawatir, Yeri tersenyum tipis,

"gak papa, bentar lagi Kak Tara, Jena sama Key pulang ko." Jordan mengangguk mengerti, "yaudah, gue sama yang lain pulang dulu yah. Hati-hati di rumah"

"Dadah Yeri!!!" Teriak Wendy sambil melambaikan tangannya. Yeri tersenyum dan membalas lambaian tangan Wendy. Ketika sahabatnya sudah menghilang dari pandangannya, Yeri kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan perlahan. Yeri menyenderkan tubuhnya di pintu, sebenarnya dia agak takut sendirian dirumah. Jadi dia mengirim pesan kepada Tara agar cepat pulang.

Brak

Yeri yang tadinya ingin membuka pintu kamarnya langsung terhenti. Pandangannya langsung terpaku pada pintu kayu yang terletak si pojok ruangan. Dekat dengan kamar Key.

Pintu loteng.

Yeri menghampiri pintu itu, dia baru sadar akan keberadaan pintu itu. "Kok di kunci sih?" Yeri mendesah kecewa, padahal Ia ingin mengetahui apa yang ada di dalam sana.

'Hihihi'

Saat Yeri ingin kembali ke kamarnya, terdengar suara tawa dari dalam loteng. Yeri pun menempelkan telinga nya pada daun pintu, mencoba mendengar suara itu sekali lagi.

Brak

Tiba-tiba suara pukulan atau bisa dibilang dobrakan dari dalam loteng mengagetkan Yeri. Tak lama kemudian telinganya samar-samar mendengar suara mobil Tara. Yeri meninggalkan tempat itu dan bergegas menyambut kedua kakaknya dan adiknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status