Hari - 0 Setelah waktu yang dijanjikan telah tiba, Aku langsung menuju food court untuk bertemu dengan Bagas dan makan malam. Saat Aku sampai di sana, Aku langsung bisa melihat Bagas yang sudah duduk di salah satu meja dengan makan malam di hadapannya. Sepertinya dia telah datang ke sini jauh sebelum jam janjian kami dan memesan makan malam kami tanpa menghubungi diriku terlebih dahulu. “Apa kau juga memesan makan malam untukku atau kau akan menghabiskan semua ini sendirian?” Dilihat dari jumlah makanan yang ada di hadapannya yang melimpah, Aku ragu bahwa dia berniat menghabiskannya sendirian. “Tentu saja Aku sudah memesankan makan malam untukmu.” “Bukankah lebih baik kau membicarakannya denganku sebelum kau memesannya?” “Aku sudah tahu seleramu, jadi hal itu tidaklah penting!” Harus kuakui jika Aku tak keberatan dengan apa yang dia pesan. Ayam bakar, sayur kangkung, sambal dan jus Apel. Meskipun itu bukanlah makanan favoritku, tapi Aku tetap menyukai semua menu yang dia pesan.
Hari - 0 “Baik semuanya, seperti yang sudah kita sepakati tadi siang, sekarang kita akan mulai bercerita seram!” James berkata dengan semangat, tapi seperti biasanya, tak ada orang yang benar-benar menanggapinya dengan serius. “Apakah di sini ada yang ingin memulai ceritanya terlebih dahulu?” James bertanya pada kami semua, tapi tak ada yang mau mengangkat tangannya. Karena Aku juga tak mempunyai cerita seram, jadi Aku tidak mungkin mau mengangkat tanganku. “Hallo, semua! Apa tak ada yang mau berbagi cerita?” James melihat ke kami satu persatu, tapi tak ada yang mau menanggapinya. “Kenapa tidak kau saja yang memulainya? Ini adalah idemu sejak awal, kan?” Seorang lelaki berbadan besar, Rock, akhirnya membuka suaranya. Beberapa teman di dekatnya juga mengangguk setuju dengannya. “Semuanya perhatian, James akan segera memulai ceritanya!” Tanpa persetujuan dari James, Maria tiba-tiba membuat pengumuman yang seenaknya dengan senyuman di wajahnya. “Hmm, jadi harus Aku yang memulai
Hari - 0 “Pada suatu malam, tiba-tiba saja sekelompok orang dari berbagai latar belakang yang berbeda diculik oleh orang-orang misterius.” Gadis itu mulai bercerita dengan nada yang dibuat serendah. Karena dia menggunakan mic, kami masih dapat mendengar suaranya dengan jelas. “Mereka semua dibuat tak sadarkan diri, lalu dibawa ke sebuah gedung tua yang sudah lama tak digunakan sehingga tak ada satupun orang yang mengetahui dimana mereka sebenarnya berada, saat mereka tersadar, mereka sudah berada di dalam gedung yang terkunci tersebut.” Aku menelan ludahku saat mendengar ceritanya. “Tentu saja mereka semua panik dan mencoba mencari jalan keluar dari gedung tersebut, tapi sayangnya mereka tak bisa menemukannya sama sekali... meski mereka mencoba memecahkan kaca yang ada di gedung itu dengan berbagai cara, mereka tetap tak bisa melakukannya... tak ada yang bisa keluar dari gedung itu!” Cerita tentang orang-orang yang terkurung di dalam gedung tanpa adanya jalan keluar. Hal seperti
Hari - 0 “Maaf... Asraf... waktu itu... Aku tidak tahu... bahwa kau adalah... orang yang mau... menolongku.” Itu adalah respon pertama dari Ria, setelah Aku selesai menceritakan peristiwa yang kualami kemarin. “Tak usah dipikirkan, kau memang sulit berbicara dengan orang asing, jadi itu tak bisa dihindari... Aku juga minta maaf, karena tiba-tiba berbicara denganmu.” Gadis itu pasti merasa bersalah, karena tak menanggapi diriku dengan baik waktu itu. “Lebih penting lagi, ceritamu tadi malam... setelah dipikir-pikir lagi, ceritamu itu mirip dengan situasi kita saat ini, kan? Meski tak sama persis, tapi inti ceritanya sama saja... kenapa kau bisa mengetahui cerita seperti itu?” Bagas bertanya dengan nada menuduh pada Crona. “Apa kau tidak mendengarkan ceritaku dengan baik? Aku berkata bahwa itu hanyalah rumor yang kubaca di internet... Aku sendiri tak menyangka bahwa cerita itu akan benar-benar terjadi pada kita... jika Aku tahu hal seperti ini akan terjadi, Aku tidak akan mencerit
Hari - 1 [Pengumuman-pengumuman!] Kami dengan tegang menantikan apa yang akan dikatakan oleh pengumuman itu. [Ini adalah waktunya makan siang, semua tamu harap segera ke ruang makan, sebelum makan siang atau kalian akan dianggap tidak mau makan siang] Kami menghela napas lega saat mengetahui bahwa isi pengumuman itu bukanlah sesuatu yang buruk. Aku melihat ke jam tanganku, ini sudah jam 11:30, masih ada tiga puluh menit sebelum tengah hari. “Apa yang ingin kalian lakukan?” Aku bertanya pada yang lain. Mereka semua tampak bingung saat ini, kecuali Bagas yang masih mengawasi ketiga gadis di ruangan ini dengan tatapan tajam. “Nah, Asraf... menurutmu apakah Aku harus mengatakan apa yang baru saja kukatakan pada kalian?” “Apa maksudmu itu rahasiamu tadi?” Sarah menganggukkan kepalanya dengan lemah. “Kurasa kau lebih baik mengatakannya, mungkin ini akan berbahaya, karena mereka akan menyalahkanmu, tapi jika kau terus memendamnya, mungkin keadaan kita akan menjadi semakin memburuk..
Hari - 1 Kami semua melihat ke arah lelaki berkacamata. Lelaki itu tetap nampak tenang, meski kami semua melihat ke arahnya secara bersamaan. “Aku ingin kalian mengenakan tanda pengenal kalian apapun yang terjadi!” Dia berkata sambil membenarkan letak kacamatanya. “Kenapa kita harus melakukannya? Meskipun si Kakek menyuruh kita untuk memakainya, tapi dia tak mengatakan kita akan mendapatkan hukuman, jika kita tak memakainya, kan?” Lelaki berbadan kecil kembali bertanya. “Alasannya sederhana...” “Makan siang segera disiapkan....” “Semuanya harap duduk di kursi masing-masing...” “Jika tidak, kalian tak akan kebagian makanan...” “Tolong kerja samanya.” Saat lelaki berkacamata itu ingin menjelaskan alasannya, tiba-tiba saja kedua pelayan itu memotong ucapannya. Lelaki berkacamata itu menatap mereka dengan kesal, tapi dia tak mengatakan apapun. Semua orang yang belum mendapatkan tempat duduk, segera menempati kursi yang kosong. Setelah semua kursi terisi, pintu ruang makan terbu
Hari - 1 Ruang makan langsung berubah menjadi tegang dengan perkataan Rock barusan. Semua orang yang tak langsung sadar maksud dari perkataan Adrian, sekarang mengerti apa yang dia bicarakan. Aku tak bisa menyalahkan mereka, jika mereka merasa takut dengan Adrian sekarang. “Kenapa kau jadi tegang begitu? Bukankah ini adalah peraturan dari permainan ini?” “Permainan katamu!? Apakah kau berpikir bahwa sesuatu hal yang bisa menghilangkan nyawa seseorang adalah suatu permainan?!” “Aku hanya memakai istilah yang mereka pakai, Aku tidak benar-benar menganggap bahwa ini adalah permainan.” Adrian berkata sambil melirik ke arah Haruka dan Alice berdiri. Eksrpesi wajah mereka berdua masih sama saja, meskipun suasana ruangan ini mulai memanas. “Adrian, Aku memang tak tahu apa yang kau rencanakan, tapi jika kau ingin melakukan pembunuhan, Aku tak akan ikut dengan rencanamu!” “Jika begitu, kau bisa saja menjadi yang terbunuh selanjutnya!” “Apa katamu!?” Rock berdiri dari kursinya dan bersi
Hari - 1 Aku bisa melihat 5 orang yang mengangkat tangan mereka, termasuk Adrian. Jumlahnya memang tidaklah banyak, tapi orang-orang yang mengangkat tangan mereka adalah orang-orang yang kukenal. “Bagas, bisa kau jelaskan kenapa kau mengangkat tanganmu?” Bagas yang sudah menurunkan tangannya menjawab pertanyaanku tanpa meliha ke arahku. “Asraf, Aku setuju denganmu tentang ide miliknya yang memang naif itu, tapi idenya tidaklah begitu buruk... dari pada menunggu di malam hari apakah kita akan dibunuh atau tidak, lebih baik kita memilih orang yang bisa mengacaukan suasana di tempat ini dan membuat tempat ini sedikit lebih aman... kau juga bisa melindungi dirimu sendiri, jika kita menggunakan idenya.” “Apa kau serius dengan perkataanmu?” “Kau pasti bisa menjaga sikapmu di sini, jadi seharusnya hal ini bukanlah hal yang sulit bagimu.” Jadi dia benar-benar serius dengan apa yang dia katakan. “Kau!” Rock mencoba untuk menyerang Bagas, tapi Aku menghentikannya dengan gerakan tanganku