Alika menubruk tubuh Raka yang baru sampai di depan mobil. Alika memeluk Raka dari belakang Raka langsung berhenti ketika mendapatkan pelukan dari arah belakang.
"Kamu mau meninggalkanku sendirian di sini?" tanya Alika dengan menempelkan wajahnya di punggung Raka.
Raka berbalik badan dan membalas pelukan Alika.
"Hey tatap wajahku," perintah Raka.
Raka menangkupkan kedua tangannya di wajah Alika dan mengangkatnya agar Alika menatap ke wajahnya.
"Siapa yang berkata aku meninggalkanmu di sini?' Raka bertanya kepada Alika.
"Ya itu buktinya kamu pergi tanpa aku." jawab Alika.
"Oh sini peluk," pinta Raka dan memeluk kembali wanita yang ada didepannya ini.
"Aku hanya akan pergi bekerja, paling sampai jam sepuluh malam. kamu jangan khawatir aku akan kembali ke sini nanti malam," jelas Raka.
"Benarkah seperti itu?" tanya Alika.
"Ya aku akan menepati perkataanku jika tidak ada pekerjaan tambahan dari atasan," jawab Raka.
Alika menghela nafas panjang dan perlahan mulai melepaskan pelukannya.
"Tidak perlu khawatir ada Bi Mun yang akan menemanimu di sini. kalau ada apa-apa langsung beritahu kepada Bi Mun ya," perintah Raka.
Alika menganggukan kepalanya. Alika memang masih gadis yang polos dirinya tidak tahu perasaan apa yang sedang dirinya rasakan saat ini.
Tetapi saat bersama dan melihat Raka. Alika selalu merasakan dirinya nyaman dan tenang berada di samping Raka.
"Masuk sana takutnya ada Pria lain yang melihat kamu," perintah Raka.
Alika mengangguk dan masuk ke dalam rumah. Alika melihat Bi Mun sedang menatapnya dari pintu.
"Bi," panggil Alika.
"Iya ayo masuk," ajak Bi Mun.
Setelah Alika masuk Bi Mun menutup pintunya. Raka langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan pekarangan rumah.
Lima belas menit kemudian Raka sudah sampai di rumah dengan desain seperti istana. rumah itu tiga lantai dan lebar lebih dari satu hektar. rumah bagian depat bercat putih dan emas ada patung air mancur yang menyambut Raka ketika masuk ke rumah itu.
"Dimana Tuan?" tanya Raka kepada saptam yang sedang berjaga di pos.
"Tuan ada di belakang Pak," jawab saptam itu.
Raka langsung ke belakang melewati ruang tamu dan ruang makan. Raka melihat Tuannya sedang duduk dengan melihat ke arah ponsel.
"Tuan," panggil Raka.
Bram yang sedang melihat ke arah ponsel langsung mengalihkan pandangan ke arah Raka. Tuan Bram tertawa kemudian memerintahkan Raka untuk duduk.
"Haha... Raka ternyata. duduk Ka," perintah Tuan Bram
Sejak kedatangannya Raka melihat Tuannya selalu tersenyum itu artinya dia sedang bahagia. Raka menggeser kursi yang berada di depannya dan duduk disana.
"Dimana gadis yang semalam?" tanya Tuan Bram.
"Tuan tenang saja, dia aman dalam kawalanku," jawab Raka.
"Apa Tuan masih ingin memakainya lagi?" tanya Raka.
Tuan Bram menatap dalam ke arah Raka kemudian menjawab "Selama ini pantang bagiku untuk memakai wanita dua kali. tetapi jika dengan wanita ini aku akan memakainya sekali lagi,".
"Baik kalau begitu Tuan. kabari saja kapanpun anda membutuhkannya," ucap Raka.
"Oh iya tadi aku sudah mengirimkan sejumlah uang ke rekeningmu," ucap Tuan Bram.
"Iya terimakasih Tuan," jawab Raka.
"Ya kerjamu malam tadi sangat bagus. bahkan kau pintar mencarikanku gadis yang masih suci," ucap Tuan Bram.
Mendengar perkataan Tuannya Raka tersentak. benarkah wanita yang dia bawa adalah seorang gadis. rasa bersalah di dada Raka kepada Alika semakin bertambah. bagaimana bisa dia memberikan gadis yang masih polos kepada Tuannya.
"Iya Tuan terimakasih," ucap Raka.
Kemudian Raka pamit untuk melakukan pekerjaan lainnya. selain penikmat wanita bosnya juga memiliki beberapa bisnis yang diserahkan kepada Raka. hari ini bertepatan dengan akhir bulan pasti dirinya akan sangat sibuk.
Raka bisa di sebut sebagai tangan kanan Tuannya. Raka kembali membawa mobilnya membelah jalanan tiga puluh menit kemudian Raka sampai di sebuah ruko dengan ukuran besar.
Tuannya berbisnis kuliner ada juga beberapa bisnis casino dan otu terbukti sangat menguntungkan. Raka keluar dari mobil dan masuk ke dalam ruko.
Tentu kehadiran Raka langsung di sambut ramah oleh karyawan yang ada disana. Raka langsung berjalan ke arah kasir.
"Bagaimana penjualan bulan ini?" tanya Raka.
"Bulan ini lumayan rame Pak," jawab kasir itu.
"Bawa laporan keuangan ke ruangan saya," perintah Raka.
Kemudian Raka berjalan ke arah ruangan kerjanya yang berada di lantai dua. Raka membuka pintu dan duduk di kursi hitam yang bisa berputar.
Tok... Tok... Tok...!
Pintu ruangan Raka di ketuk dari luar."Masuk," perintah Raka.
Tidak lama kemudian seorang karyawan wanita masuk ke ruangan Raka. dan memberikan satu map yang lumayan tebal.
"Ini Pak laporan keuangan bulan ini," ucap karyawan itu.
"Letakan saja di meja, nanti saya periksa," perintah Raka.
Setelah itu karyawan itu keluar lagi dari ruangan Raka. Raka melihat ke arah ponselnya dan melihat ada notifikasi dari bank yang dia pakai bahwa ada uang masuk berjumlat satu miliar. sebuah ide langsung terlintas di kepala Raka.
"Mungkin nanti aku akan membelikannya ponsel," gumam Raka.
Raka kembali bersemangat untuk bekerja. dari pagi sampai jam setengah sebelas malam Raka melakukan pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain. jam sebelas malam Raka baru akan kembali ke rumah.
Raka melepaskan jas yang dia pakai dan meletakan jasnya di kursi samping kemudi. sebelum sampai di rumah Raka tidak lupa membeli ponsel baru.
Raka kembali menjalankan mobilnya membelah jalanan. Raka membuka dua kancing baju bagian atas karena merasa udaranya sangat panas.
Klek...!
Raka membuka pintu dan melihat sebuah pemandangan yang membuatnya tersenyum. bagaimana bisa Alika malah tidur di sofa.Raka berjalan mendekat ke arah Alika tidur. Raka mengusap pipi Alika lembut hal itu membuat Alika mengerjapkan matanya.
Bug...!
Tidak sengaja Alika menendang perut Raka. sampai membuat Raka terduduk di lantai."Ahh." rintih Raka dengan memegangi perutnya.
Alika mengerjapkan matanya dan melihat Raka terduduk di lantai. Alika melebarkan matanya.
"Kenapa duduk di bawah? sudah pulang?" tanya Alika.
"Iya baru pulang. kenapa tidur disini?" tanya Raka.
"Aku menunggumu." jawab Alika.
Alika melihat ke arah jam di dinding sudah menunjukan jam sebelas lebih lima belas menit.
"Kenapa malam sekali pulangnya?" tanya Alika.
"Kan tadi siang aku sudah bilang kalau pulang kerjaku malam. lain kali jangan nungguin lagi ya kalau sudah ngantuk tidur. sudah tahu kamarnya kan?" tanya Raka.
"Iya. aku hanya takut kamu tidak lagi kembali ke sini." jawab Alika dengan menundukan kepalanya.
Melihat reaksi yang Alika tunjukan. Raka merasa kalau masa kecil Alika pernah mengalami trauma yang begitu dalam tentang di tinggalkan.
Raka duduk di samping Alika dan satu tangannya memegang tangan Alika kemudian Raka berkata "Sudah jangan sedih lagi. aku punya sesuatu untukmu,".
Melihat reaksi yang Alika tunjukan. Raka merasa kalau masa kecil Alika pernah mengalami trauma yang begitu dalam tentang di tinggalkan.Raka duduk di samping Alika dan satu tangannya memegang tangan Alika kemudian Raka berkata "Sudah jangan sedih lagi. aku punya sesuatu untukmu,""Apa?" tanya Alika."Sebelum aku kasih aku mau tanya sama kamu, berapa umurmu sekarang?" tanya Raka kepada Alika."Dua puluh tahun," jawab Alika."Baru dua puluh tahun?" tanya Raka lagi."Iya memangnya kenapa?" Alika balik bertanya kepada Raka."Mengapa kamu bisa berada di rumah wanita itu? apa kamu di culik?" tanya Raka.Bukan niat Raka untuk mengingatkan hal buruk tentang Alika. tetapi Raka butuh informasi tentang masalalu Alika. bisa saja Alika adalah anak yang diculik dan di jadikan wanita malam.Alika menggelengkan kepalanya dan berkata "Aku memang sedari kecil sudah tinggal di sana. Mami berkata ka
Ting...!Ponsel Raka yang berada di samping piring berbunyi. Raka lantas melihat ponselnya dapat Alika lihat wajah Raka berubah menjadi pucat ketika melihat ke arah ponsel. "Ada apa?" tanya Alika dengan suara lembut. Raka memijat pangkal hidungnya. kemudian mengalihkan pandangan ke arah Alika. "Ngga ada apa-apa. kamu lanjutkan sarapan dulu ya aku mau ke kamar," pamit Raka. Kemudian Raka berdiri dari duduknya dan berjalan naik tangga ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Alika hanya bisa memandangi punggung Raka yang mulai mejauh darinya dengan diam. Alika menatap ke atas piringnya. Alika menghela nafas panjang dan mulai menyantap sarapannya meski sudah tidak selera untuk makan. Sepuluh menit kemudian Raka keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Alika saat itu sedang berada di sofa ruang keluarga langsung berdiri. "Mau kemana?" tanya Alika. "Ada pekerjaan me
Raka melihat pemandangan yang luar biasa di sofa ruang tamu. Raka tidak pernah diperlakukan oleh seorangpun sampai seperti ini. bahkan dirinya pulang larut malam. Alika rela menunggunya sampai tertidur di sofa.Raka melepas dasi dan tiga kancing kemeja warna putih yang dia pakai bagian atasnya. Raka melemparkan dasinya ke sembarang arah.Raka mendekat ke arah sofa dan berjongkok di depan Alika. matanya menatap dalam wajah Alika menikmati setiap inci bagian wajahnya.Bahkan karena begitu dekatnya nafas hangat Raka sampai menyapu seluruh wajah Alika."Kenapa kamu masih mengulanginya, kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku," gumam Raka.Raka membenarkan anak rambut Alika yang berantakan. setelah itu Raka membopong tubuh Alika dan membawanya ke lantai dua.Dengan manaiki anak tangga satu persatu mata Raka terus menatap ke arah wajah Alika. perlahan Raka membaringkan tubuh Alika."Kenapa hatiku terasa bera
Saat sedang melalum Alika mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Alika mengalihkan pandangannya ke sumber suara."Bi," panggil Alika ketika melihat Bi Mun berjalan ke arahnya dengan membawa nampan yang berisi air minum dan kue."Iya Nak," jawab Bi Mun."Bibi duduk dulu ya ada yang ingin aku tanyakan kepada Bibi," perintah Alika.Bi Mun menurut dan langsung duduk di bawah. melihat hal itu Alika langsung menggeser satu kursi yang ada di dekatnya dan meminta Bi Mun untuk duduk di atas."Bi jangan duduk di situ. duduk sini Bi," perintah Alika.Bi Mun langsung berpindah tempat duduk dengan perasaan yang kurang enak di dalam hatinya."Bi sebenarnya kedua orang tua Raka dimana?" tanya Alika kepada Bi Mun dengan menatap lurus ke depan."Memangnya kenapa Nak?" tanya Bi Mun."Aku pengin tahu saja Bi. karena sudah tiga hari berada di sini aku tidak pernah sekalipun melihat kedua o
"Raka ternyata kamu disini. sudah lama kita tidak berjumpa ya," ucap seorang Pria yang sudah berdiri di belakang Raka. Alika yang sedang menikmati makanannya langsung melihat ke sumber suara. tetapi karena Alika merasa tidak mengenalnya Alika kembali melanjutkan makannya. "Bram...." ucap Raka dengan tergagap. Ini pertama kalinya untuk Raka memanggil Tuannya dengan sebutan namanya langsung. tetapi bukannya bosnya marah malah sebaliknya Bram tersenyum ke arahnya. "Iya sudah lama ya kita tidak berjumpa," ucap Bram dengan mengulurkan tangannya ke arah Raka. "Iya Bram. kamu apa kabar?" tanya Raka dengan menyambut uluran tangan Bram. Kemudian setelah itu Raka dan Bram terlibat pembicaraan. mereka membahas masa-masa kuliah yang Alika sendiri tidak tahu jadi Alika memilih untuk diam. "Oh iya Rak. ini cewemu?" tanya Bram dengan menunjuk ke arah Alika. "Bukan Bram. dia hanya temanku kenalkan Alika dia Bram teman kuliahku dulu," ucap Raka. Mendengar jawaban dari Raka. Alika yang sedang
"Awas saja kamu Alika. aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut kepadaku," geram Bram.Bagi Bram ini pertama kalinya seorang berani mengabaikan pesan darinya. Bram bersumpah akan membuat Alika jatuh cinta.Bram mengusap kasar wajahnya. kemudian Bram meninggalkan ponselnya di meja. berjalan masuk ke kamar mandi. Tok... Tok... Tok... "Permisi. Apakah Tuan ada di dalam?" terdengar suara seorang pria dibalik pintu kamar Bram. Bram yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung berjalan mendekat ke arah pintu. "Masuk saja. Ada apa Rak?" tanya Bram ketika melihat Raka yang berdiri di balik pintu.Raka berjalan mengekor masuk ke kamar Bram. mereka berdua berjalan ke arah balkon yang berada di kamar Bram. Bram duduk di sofa dengan bentuk memanjang yang sudah didesain untuk melihat pemandangan. rumah Bram terletak di komplek perumahan mewah sehingga pemandangan yang terlihat gedung-gedung yang menjulang tinggi.Jika malam hari gedung itu terlihat sangat indah oleh panca
"Aku akan mengusahakan agar kita bisa liburan berdua nanti," bisik Raka yang sudah berdiri disamping Alika tanpa Alika sadari. Saat Alika melihat ke arah Raka justru pipinya menempel ke bibir Raka. seketika tubuh Alika membeku ada perasaan asing yang selama ini tidak pernah dirinya rasakan."Perasaan asing apa ini?" batin Alika. Alika langsung mengalihkan pandangannya ke arah samping. sedangkan Raka mengulum senyum melihat tingkah Alika. "Aku tunggu di bawah," ujar Raka. "Iya," jawab Alika. Alika turun dari ranjang dan berjalan masuk ke kamar mandi. tiga puluh menit kemudian Alika keluar dengan wajah yang sudah cantik.Alika menuruni anak tangga satu persatu. Alika memandang ke seluruh ruangan tetapi tidak mendapati adanya Raka disana. "Bi Raka dimana?" tanya Alika ketika melihat Bi Mun sedang menata makanan di meja. "Ada di depan Nak, mau bibi panggilkan?" tawar Bi Mun. "Tidak perlu bi. biar Alika saja yang ie depan," tolak Alika. Alika melanjutkan langkahnya menuju ke depan
"Mungkin ada di rumahnya kenapa kamu tanya seperti itu kepadaku. kamu kan punya nomor teleponnya langsung saja telepon dia kenapa harus nanya kepadaku," jawab Alika kemudian mematikan sambungan teleponnya. Malas sekali meladeni orang seperti Bram menurut Alika. karena menurut Alika semua terasa membosankan terkecuali saat dirinya bersama Raka. untuk saat ini hanya Raka yang bisa membuatnya hidup kembali. Setelah mematikan sambungan teleponnya. Alika berjalan ke gasebo yang berada di taman belakang rumah Raka. Untuk saat ini bagi Alika gasebo itulah tempat ternyaman ketika Raka tidak berada di rumah. tiga jam berlalu Alika masih duduk terdiam digasebo itu. "Rasanya membosankan sekali," gumam Alika dengan melempar batu kecil ke arah rumput hijau yang ada di depannya. Sementara itu di dalam kamarnya Bram senyum-senyum sendiri. rasanya aneh kenapa dirinya bisa sesenang ini ketika mendengar suara Alika. Mungkin ini kesempatan untuk Bram mendekati Alika. karena selama satu minggu i