Share

Part 5. Ada rasa yang berbeda

Melihat reaksi yang Alika tunjukan. Raka merasa kalau masa kecil Alika pernah mengalami trauma yang begitu dalam tentang di tinggalkan. 

Raka duduk di samping Alika dan satu tangannya memegang tangan Alika kemudian Raka berkata "Sudah jangan sedih lagi. aku punya sesuatu untukmu,"

"Apa?" tanya Alika. 

"Sebelum aku kasih aku mau tanya sama kamu, berapa umurmu sekarang?" tanya Raka kepada Alika.

"Dua puluh tahun," jawab Alika. 

"Baru dua puluh tahun?" tanya Raka lagi. 

"Iya memangnya kenapa?" Alika balik bertanya kepada Raka. 

"Mengapa kamu bisa berada di rumah wanita itu? apa kamu di culik?" tanya Raka. 

Bukan niat Raka untuk mengingatkan hal buruk tentang Alika. tetapi Raka butuh informasi tentang masalalu Alika. bisa saja Alika adalah anak yang diculik dan di jadikan wanita malam. 

Alika menggelengkan kepalanya dan berkata "Aku memang sedari kecil sudah tinggal di sana. Mami berkata kalau aku itu anaknya.".

"Tetapi jika memang aku anak kandungnya orang tua mana? yang rela menjual anaknya kepada lelaki hidung belang," ujar Alika kemudian tersenyum kecut memikirkan nasibnya yang sangat malang. 

"Ini untukmu. sudah malam tidur ya," perintah Raka dengan memberikan ponsel baru kepada Alika. 

Alika melihat ke arah ponsel dan Raka bergantian. Alika merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat selama ini Maminya tidak pernah membelika ponsel meski Alika minta untuk belajar. tetapi sekarang Pria yang baru dia temui kemarin langsung memberikan ponsel kepadanya. 

"Tidak itu terlalu bagus untukku. jika kamu mau memberikan kepadaku bisa yang sudah di pakai saja," tolak Alika. 

"Tidak. ini aku sengaja membelikannya untukmu. kalau kamu tidak mau ya sudah buang saja," perintah Alika. 

"Ini kamu tidak ada maksud lain kan membelikanku ponsel?" tanya Alika dengan melihat ke arah Raka dengan was-was. 

"Tidak aku hanya minta satu hal kepadamu. tetap tinggal di sini," ucap Raka. 

"Terimakasih," jawab Alika dengan menerima ponsel itu.

Raka berjalan ke arah kamarnya dan melihat di meja makan masih banyak masakan yang terlihat sudah dingin. Raka menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke arah Alika. 

"Apa kamu belum makan?" tanya Raka.

"Aku menunggumu," jawab Alika. 

"Sekarang kita makan." ajak Raka. 

Kemudian mereka berdua berjalan ke arah meja. Alika mengambilkan makanan untuk Raka. Raka merasa ada perasaan yang berbeda dalam hatinya.

Tetapi Raka sendiri tidak bisa menjelaskan rasa apa yang dia rasakan saat ini. 

"Terimakasih." ucap Raka dengan menerima piring yang diberikan oleh Alika. 

Selesai makan Alika membereskan sisa makanan dan memasukannya ke dalam kulkas. Raka yang melihat itu langsung bertanya kepada Alika. 

"Kenapa tidak membuangnya saja?" tanya Raka. 

"Kenapa harus dibuang? ini masih bisa dihangatkan untuk sarapan besok," jawab Alika. 

Selama ini Raka memang selalu makan masakan baru. jika ada makanan semalam dimejanya maka Raka langsung membuangnya. 

"Gitu ya?" tanya Raka kemudian melanjutkan untuk minum. 

Selesai beberes Alika dan Raka berjalan ke arah kamar. Alika melihat Raka masuk ke dalam kamar mandi yang berada di kamar. 

"Apa dia akan tidur di sini?" gumam Alika. 

Alika menutup tubuhnya sampai ke leher. saat Raka keluar dari kamar mandi Raka melihat Alika tidur dengan gelisah. 

Raka naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Alika yang gelisah tidur berguling-guling. Raka mendekap erat tubuh Alika. dan bibir Alika selalu berucap tidak jelas. 

Raka masuk ke selimug yang di pakai Alika. dan menyusupkan tangannya ke perut Alika. 

"Sudah tidur kamu aman disini," bisik Raka di telinga Alika. 

Raka membiarkan kepala Alika bersender ditangannya dan menempel ke badannya. satu jam kemudian Alika mulai tertidur dengan pulas dan tidak lagi mengingau seperti tadi. 

Raka mengangkat kepala Alika dan menidurkan pelan ke bantal. Raka memberikan di samping kanan kiri Alika bantal agar membuat Alika nyaman. 

Raka melihat ke arah jam di dinding sudah menunjukan jam dua dini hari. Raka turun dari ranjang kalau dia terus di sini bisa saja terjadi hal yang tidak dia inginkan. 

Raka menutup pintu kamar Alika dengan perlahan. Raka masuk ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar Alika. 

Alika membuka matanya ketika mendengar ada gemricik air dari lantai bawah. Alika mengucek matanya baru kali ini Alika merakan tidurnya sangat sangat. 

Alika baru teringat kalau semalam Raka juga berada di kamar itu. Alika melihat ke sampingnya ternyata tidak ada Raka disana. 

Alika menghela nafas panjang dan mengusap dadanya. Alika mengira kalau Raka akan tidur di kamar itu. 

Setelah mencuci wajahnya Alika keluar dari kamar dan melihat kamar yang di tempati Raka masih tertutup rapat. Alika turun ke bawah dan menghampiri Bi Mun yang sedang sibuk di dapur. 

"Lagi masak apa Bi?" tanya Alika ketika sudah sampai di dapur. 

"Ini lagi mau bikin nasi goreng buat sarapan. Nak Alika mau apa biar Bibi buatkan?" tanya Bi Mun. 

"Ngga susah Bi. Alika bikin sendiri saja," jawab Alika kemudian mengeluarkan cangkir dari dalam lemari. 

Tetapi saat mencari kopi dan lainnya Alika tidak menemukannya. Alika melihat ke arah Bi Mun yang sedang sibuk mengaduk nasi. 

"Bi kalau tempat kopi dimana ya?" tanya Alika. 

"Itu ada di lemari samping kulkas Nak," jawab Bi Mun. 

Alika berjalan ke samping kulkas dan membuka lemari. ternyata disana semuanya lengkap mulai dari kopi sampai susu semua tersedia dari berbagai merek. 

Alika mengeluarkan satu bungkus energen dan menyeduhnya dengan air panas. 

"Bi Mun mau ngga?" tanya Alika. 

"Bibi sudah bikin kopi Nak," jawab Bi Mun dengan mengangkat cangkirnya yang berisi kopi hitam. 

Alika tersenyum kemudian Alika membawa minumannya ke meja makan. Alika menikmatinya di sana. 

Saat sedang membantu Bi Mun menyiapkan piring untuk sarapan Alika mendengar suara pintu kamar terbuka. Raka keluar dari kamar dan membuka kamar Alika ternyata sudah tidak ada Alika di kamar. 

Raka lantas turun ke lantai satu dan melihat Alika sedang sibuk menata piring. 

"Selamat Pagi," sapa Raka kepada Alika. 

"Pagi," jawab Alika dengan tersenyum sangat manis ke arah Raka. 

"Sarapan apa hari ini?" tanya Raka. 

"Nasi goreng Den," jawab Bi Mun yang baru sampai di meja makan dengan membawa mangkok berisi nasi goreng. 

"Wah kelihatannya enak," ucap Raka. 

"Sarapan bareng Bi di sini. daripada makan sendiri di belakang," ajak Raka. 

"Ngga Den lain kali saja. Bibi masih banyak pekerjaan di belakang," jawab Bi Mun kemudian meninggalkan meja makan. 

Ting...!

Ponsel Raka yang berada di samping piring berbunyi. Raka lantas melihat ponselnya dapat Alika lihat wajah Raka berubah menjadi pucat ketika melihat ke arah ponsel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status