Share

Mistpouffer
Mistpouffer
Penulis: arawinda

Bab 1 : Pertemuan

Namika tidak pernah ingat suasana yang menenangkan seperti ini. Ia menyentuh beberapa barang yang ada di sana dan mendesah pelan. Perhatiannya kemudian teralih kepada orang yang berada di sampingnya.

“Kamu yakin mau tinggal di sini selama tiga bulan? Kenapa enggak sama Alora dan Yumi aja?” tanya Tante Mutia.

Namika mengembuskan napasnya. “Mereka masih sibuk belajar buat UTBK. Lagian aku di sini buat menenangkan pikiran aku, tan. Ini tempat yang cocok banget buat aku.”

Tante Mutia terkekeh dan mengusap kepala Namika. “Tante enggak nyangka kalau kamu bakal mewariskan kekuatan yang kuat. Tapi kamu pasti capek karena kamu enggak bisa menghentikan kekuatanmu.”

Mata Namika menatap jauh ke arah ombak yang berdebur. Pantai ini sangatlah sepi, bahkan Namika tidak melihat ada orang di sana. Perhatiannya mengarah pada beberapa villa yang ada di sebelah.

“Di sebelah ini ada orang semua ya?” tanya Namika. Ia dapat mendengar suara orang yang berbicara namun sepertinya kekuatannya tidak mencakup ke radius orang-orang itu berada.

“Villa di sini memang selalu penuh sih, kalau kamu enggak request dari tiga bulan yang lalu, mungkin tamunya udah penuh.”

Gadis itu mengangguk kecil. “Aku tahu kalau villa tante selalu penuh. Yang di sebelah itu punya tante juga kan? Tapi villanya lebih kecil ya.”

“Iya. Yang di kanan itu punya kenalan tante. Kalau enggak salah yang sering menginap di sana itu sepupunya deh. Mungkin kamu bisa kenalan sama dia,” celetuk Tante Mutia dengan senyum nakal.

Namika mengerutkan keningnya. “Kok firasatku gak enak. Jangan bilang dia itu anak orang kaya yang dimanja? Gak banget deh,” sahut Namika.

“No. Dia bukan kayak yang kamu pikirin. Tante baru ketemu dia dua kali sih, tapi kayaknya kalian berdua bakal cocok. Apa lagi kamu baru putus sama mantanmu kan? Siapa tau kamu suka sama dia.”

“Kalau aku nyari pacar di sini sama aja kayak aku mau bikin hatiku sakit lagi. Tante ga mungkin lupa kalau waktuku di sini tinggal tiga bukan kan?” dengkus Namika sambil merebahkan badannya di sofa.

Tante Mutia terkekeh melihat keponakannya itu. Matanya mengarah ke villa yang ia beli tiga tahun yang lalu. Perempuan berusia dua puluh delapan tahun itu pun mengambil tasnya dan menatap keponakannya.

“Tante bakal balik besok. Kalau kamu ngerasa enggak betah di sini, telepon tante ya,” kekeh Tante Mutia.

Namika mengangguk kecil. Ia mengantarkan tantenya itu hingga dia pergi. Perhatiannya kembali teralih pada villa yang akan dia tinggali. Namika mendesah malas dan segera masuk ke dalam.

Namika akan pindah ke ke Kanada setelah lulus SMA. Sebenarnya orang tuanya sudah menyuruh Namika untuk pindah ketika ia baru naik ke kelas dua belas. Namun Namika menolaknya dan memutuskan untuk pindah ketika sudah lulus.

Ia juga sebenarnya masih belum bisa melepaskan teman-temannya. Alora dan Yumi adalah orang yang berhasil membuat Namika merasa tidak kesepian. Mungkin itu karena mereka istimewa.

Namika tidak bermaksud untuk menyombongkan diri, namun mereka memang berbeda dari manusia biasa. Mereka menyebutnya sebagai gifted, dan Tante Mutia merupakan salah satu orang yang memimpin organisasi itu.

Gifted memiliki kekuatan yang tak terbayangkan, dan Namika memiliki kekuatan untuk membaca pikiran. Yah, pasti semua orang akan berpikir jika kekuatan yang ia miliki itu sangatlah keren.

Kau bisa mengetahui apakah orang itu berbohong kepadamu, mengetahui sesuatu yang tak pernah kau ketahui, atau hal menarik lainnya. Tapi Namika membenci kekuatannya sendiri.

Kekuatan Namika bangkit ketika dia berusia lima tahun. Pada saat itu, Namika hanya bisa membaca pikiran orang dengan bersentuhan. Tentu saja itu tidak terlalu menyiksa selama Namika tidak menyentuh mereka.

Namun tentu saja kemampuan akan meningkat seiring waktu jika kau terus mengasahnya. Saat Namika berusia sepuluh tahun, Namika bisa membaca pikiran seseorang dengan melihat matanya.

Saat itu dia merasa jika itu sangatlah berat. Namika selalu membaca pikiran seseorang ketika ia bertatapan dengan mereka. Saat Namika pikir itu tidak akan bertambah parah, dia salah.

Namika kini bisa membaca pikiran orang dengan radius enam meter tanpa perlu melakukan apa pun. Jika tidak ada Alora dan Yumi, mungkin Namika sudah memilih untuk melakukan homeschooling.

Namika memejamkan matanya dan mengembuskan napasnya. Rasanya sangat damai. Tidak ada suara-suara yang berputar di kepalanya tanpa henti. Hening. Keheningan yang Namika sukai.

Deburan ombak dan suara angin yang berderu masuk ke dalam pendengaran Namika. Pantai yang berada di barat pulau ini memang sepi. Karena itulah Tante Mutia membelinya untuk menenangkan diri.

Ia menggigit bibirnya ketika ia mengingat tantenya itu. Tante Mutia memiliki kekuatan untuk menghilangkan kekuatan orang lain. Simpelnya, Tante Mutia dapat membuat Namika tak bisa membaca pikiran.

Karena kekuatan itulah Tante Mutia menjadi salah satu petinggi di organisasi Gifted. Namika juga tahu jika ada banyak orang yang mengincar nyawa tantenya itu karena kekuatannya yang terlalu kuat.

Namun sepertinya akan sulit melakukan hal itu karena para Gifted juga memiliki kekuatan fisik yang lebih kuat dari pada manusia biasa. Namika terkekeh ketika ia mengingat hal itu.

Perhatiannya teralih pada ponsel yang ia genggam. Ibunya menelepon dan senyum Namika langsung merekah. Ia segera mengangkat panggilan itu.

“Halo ma? Tadi Tante Mutia baru aja pergi. Kalau enggak salah dia ada urusan di kantor. Ansel betah di sana enggak ma?” tanya Namika.

Ia meletakkan ponselnya di meja dan mulai mengambil beberapa peralatan memasak. Dia baru saja tiba namun dia sudah merasa sangat lapar. Gadis itu pun memutuskan untuk memasak beberapa makanan olahan.

Namika menganggukkan kepalanya ketika mendengar jawaban ibunya. “Namika masih nunggu ijazah aja sih. Kalau udah dapet, Namika bakal langsung berangkat ke sama, ma.”

Setelah berbincang selama beberapa saat, Namika pun menutup telepon itu. Dia menatap masakannya yang sudah jadi dan mencicipinya sedikit. Rasanya memang biasa saja, namun setidaknya masih dapat dimakan.

Pikiran Namika tertuju pada adik laki-lakinya, Ansel. Dia adalah anak yang sangat aktif, berbeda dengan Namika. Ansel juga tidak pernah berhenti untuk membuat Namika aktif seperti dirinya.

Tapi Namika tahu jika usaha adiknya itu hanya akan berakhir dengan sia-sia. Namika tidak punya tenaga untuk melakukan hal seperti itu. Namun, Namika tahu jika dia sangat menyayangi Ansel.

Ia mengambil sendok dan segera memakan makanannya. Suara orang-orang yang ia dengar tadi kini sudah tidak ada. Sepertinya mereka sudah kehabisan tenaga karena berbicara dengan sangat keras.

Namika melirik pemandangan di balkon. Matahari perlahan-lahan mulai bergerak ke arah barat. Pemandangan itu terasa sangat tidak nyata. Namika mengambil ponselnya dan melakukan time lapse untuk mengabadikan momen itu.

Ia menyeduh teh dan membawanya ke balkon sambil menikmati pemandangan. Sial, bagaimana bisa tantenya itu mendapatkan villa dengan pemandangan seindah ini? Namika merasa dia ingin tinggal di sini selamanya.

Namun Namika tahu jika dia harus mengikuti kedua orang tuanya. Gadis itu juga tidak buta jika ia akan mendapatkan pendidikan yang lebih baik di Kanada dari pada di sini.

Rambutnya tertiup angin yang mulai berhembus dengan kencang. Namika tetap tidak bangkit walaupun dia mulai merasa kedinginan. Pikirannya masih tertuju dengan semua yang ada di sini.

“Apakah aku bisa meninggalkan semuanya? Aku sudah ada di sini sejak aku lahir, kan?” pikirnya sambil menatap pantai.

Namika tahu jika orang tuanya memang lebih sukses jika mereka bekerja di luar negeri. Namika juga sangat mendukung karir kedua orang tuanya. Tapi entah mengapa sekarang semua itu terasa sangat berat.

Namika juga pernah mengalami fase ketika dia sangat semangat untuk tinggal di luar negeri. Kapan lagi dia bisa tinggal di negara empat musim dengan kualitas hidup yang lebih baik?

Dia juga bisa membuat Alora dan Yumi merasa iri dengan mengunggah foto dengan pemandangan yang indah di sana. Tapi apakah semuanya akan terasa semudah itu? Namika mulai merasa pesimis.

Matahari pun terbenam sepenuhnya dan Namika dapat melihat langit malam beserta beberapa bintang yang tampak berkilau. Namika terpaku ketika melihat pemandangan itu.

Ia mengusap wajahnya dan segera masuk ke dalam sebelum dia demam karena kedinginan. Namika menutup pintu balkon dan turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam.

Namika kemudian membersihkan dirinya dan segera makan sambil menghidupkan televisi untuk menonton film.

Tanpa sadar, jam sudah menunjukkan pukul 10. Namika mematikan televisi dan berjalan ke kamarnya. Gadis itu kembali menghabiskan waktunya untuk membaca novel di ponselnya.

“Kenapa sih para penulis tuh hobi banget bikin karakter sampah kayak gini? Bukannya bikin penasaran, malah bikin para pembaca pengen banting hape,” keluh Namika kesal.

Ia mendesah pelan ketika tidak menemukan novel bagus yang bisa ia baca. Matanya melirik ke jam dan ia melotot ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Sebenarnya apa saja yang ia lakukan?

“Sudah aku duga. Aku pasti enggak bakal bisa tidur di tempat baru kayak gini. Tapi kalau aku enggak tidur sekarang, aku pasti bakal ngantuk banget besok. Masa sih aku harus hancurin jam tidurku?”

Tidak ada yang menjawab kata-kata Namika selain suara debur ombak yang semakin kencang. Ia pun akhirnya memilih untuk kembali ke balkon sambil membawa selimut.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi dan Namika dapat mendengar suara kendaraan di jalan utama. Mata Namika pun akhirnya mulai terasa berat dan ia memutuskan untuk kembali ke kamar.

Namun, sebuah suara menghentikan langkah Namika. Suara itu bukanlah suara ombak, namun Namika tidak dapat mengenali apakah suara itu. Matanya menatap ke arah pantai dan mencoba fokus.

Sangat sulit untuk melihat apa yang sedang terjadi ketika keadaan masih sangatlah gelap. Namun entah mengapa Namika merasa sangat penasaran sehingga ia berusaha dengan keras untuk melihat apa yang terjadi.

Namika kemudian menyadari jika ada seseorang yang berjalan dari pantai dengan tubuh yang basah. Matanya langsung membulat. “Orang gila mana yang berenang di pantai jam tiga pagi?”

Gadis itu berdecak dan segera menutup pintu balkonnya. Dia tidak menyadari jika seseorang itu menyadari kehadirannya. Mungkin, sesuatu yang besar akan mengubah kehidupan Namika.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status