Share

Bab 5 : Ketertarikan (2)

Namika menatap mentai yang sudah ia buat. Sial, mungkin Namika akan menangis jika Aruna menolak makanan ini. Ini adalah salah satu makanan kesukaan Namika dan ia memutuskan untuk memberikan itu pada Aruna.

Namika sudah berdiri di pintu depan selama sepuluh menit. Ia masih memikirkan keputusannya. Ia pun mendengkus dan membuka pintu dengan kencang. Ia tiba di villa Aruna dan memencet bel.

Ia menunggu Aruna untuk keluar namun dia tampaknya tidak menerima kedatangan seseorang. Dengan berat hati, Namika membalik badannya dan memikirkan apakah dia harus memakan mentai itu atau tidak.

Tapi seseorang memegang bahunya dan menahannya untuk tidak berjalan. Namika membalik badannya dan terkejut ketika melihat Aruna dengan rambut yang masih basah.

“Maaf lama, tadi aku masih mandi,” ucap Aruna dengan napas terengah-engah. Namika dapat melihat air yang masih menetes dari rambutnya.

“Eh, aku yang minta maaf! Kayaknya aku terlalu pagi ke sini ya?” tanya Namika. Ia benar-benar salah tingkah karena Aruna hanya menggunakan handuk untuk menutupi badannya.

Aruna terkekeh. “Gapapa. Ayo masuk ke dalam. Maaf ya aku enggak sopan, tadi cuma sempat pake celana.”

Namika pun masuk ke dalam villa Aruna. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya sendiri walaupun dia tahu tidak ada yang melihat karena Aruna sedang berada di kamarnya.

Aruna kemudian keluar dan mengambil minuman kaleng di kulkasnya. Ia kemudian memberikan itu pada Namika. Namika juga menyodorkan makanan yang sudah ia buat.

“Aku tadi masak mentai. Kamu udah pernah cobain ini atau belum?” tanya Namika. Aruna menggeleng dan membuka kotak makan itu. Dia terlihat tertarik dengan masakan Namika.

“Keliatannya enak nih,” komentar Aruna. Laki-laki itu pun segera mencoba masakan Namika dan kepalanya mengangguk pelan.

Jantung Namika berdebar menunggu komentar dari Aruna. Dia sudah mencoba masakan itu selama sepuluh kali sebelum dia tiba di sini. Seharusnya rasanya tidak akan buruk.

“Ini enak banget. Kamu kayaknya ada bakat buat jadi koki deh. Kamu nanti mau lanjut ke jurusan apa?” tanya Aruna.

Jantung Namika merasa meledak-ledak ketika Aruna mengatakan itu. “Ah, aku mau masuk jurusan psikologi. Sebenarnya ini ada hubungannya dengan bakat yang aku miliki sih.”

Gadis itu hampir menyebutkan kekuatan yang selama ini selalu ia rahasiakan. Namika kemudian menggigit bibirnya. Ia ingin masuk jurusan psikologi karena ia akan bekerja di Gifted.

Tante Mutia mengatakan jika Namika dapat menjadi agen yang berurusan dengan kriminal dan mencari tahu kebenaran. Karena itulah Namika memutuskan untuk mencari jurusan psikologi.

“Sayang banget. Padahal masakan kamu enak banget. BTW, kamu enggak diganggu sama orang-orang itu kan?” tanya Aruna.

Namika berpikir sejenak dan dia langsung tahu siapa orang-orang yang dimaksud oleh Aruna. Ia pun menggeleng dan terkekeh. “Mereka juga enggak bakal bisa ngapa-ngapain aku.”

Aruna tersenyum miring. “Kamu kayaknya pede banget. Tapi mereka memang enggak bakal mengincar kamu sih. Selama mereka enggak mengetahui hubungan kamu dengan dia.”

Namika mengerutkan keningnya sejenak dan mengembuskan napasnya. Sepertinya Aruna memang sudah mengetahui hubungan Sirius dengan Gifted juga tante Mutia.

“Hari ini kamu mau keluar?” tanya Namika. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan karena tidak mau memikirkan orang-orang itu.

“Boleh aja. Tapi kayaknya aku cuma bisa keluar malem-malem deh. Kamu mau enggak?” tanya Aruna balik.

“Kalo kamu yang minta aku bakal lakuin apapun sih, na,” ucap Namika di dalam hatinya.

“Mau kok. Aku lebih suka keluar malem-malem sih. Kalau di kota itu serunya bisa ngelihat lampu-lampu jalan gitu. Vibesnya beda,” balas Namika.

Aruna tersenyum kecil dan menghabiskan makanannya. Namika mengembuskan napasnya dengan lega. Setidaknya Aruna mau menghabiskan makanan yang telah ia buat.

“Kamu tinggal di sini udah lama ya?” tanya Namika.

Aruna menggeleng. “Aku ada urusan makanya aku tinggal di sini. Aku baru tinggal di sini enam bulan. Kalau udah membereskan mereka, aku bakal pulang.”

Namika menumpu wajahnya dengan kedua tangannya. “Jadi kapan kamu mau kasih tau semua rahasiamu itu?”

Ia tahu jika ia tidak sopan karena menanyakan hal seperti itu kepada Aruna. Tapi Namika benar-benar penasaran karena dia merasa bahwa Gifted dan tante Mutia sudah mengetahui hal itu.

“Kalau kamu udah ngasih tau aku tentang rahasiamu,” sahut Aruna dengan senyum nakal.

Namika langsung menepuk bahu Aruna dan tertawa. Sudah dia duga jika Aruna juga penasaran dengan apa yang dia sembunyikan. Namun Namika juga harus berpikir sebelum memberi tahu rahasianya itu kepada Aruna.

Laki-laki itu memang terlihat baik, namun tidak ada jaminan jika dia tidak akan membocorkan rahasia Namika. Tapi Namika juga tidak bisa menjelaskan kenapa dia tak bisa membaca pikiran Aruna.

“Udah sore nih. Mau keluar sekarang enggak?” tanya Aruna. Namika sontak melihat jam dan menyadari jika sudah beberapa jam terlewati. Ia pun langsung mengangguk dengan kencang.

Mereka berdua berjalan di sekitar pantai sambil menikmati matahari yang mulai tenggelam. Entah siapa yang memulai duluan, namun tangan mereka saling menggenggam dengan erat.

Namika menundukkan kepalanya ketika ia merasakan tangan Aruna. Wajahnya terasa sangat panas karena ia takut jika Aruna merasa terganggu. Ia mengangkat wajahnya dan melihat Aruna.

Laki-laki itu tampak tersenyum tipis. Jantung Namika semakin berdebar ketika ia melihat itu. Namika bahkan tidak sadar jika angin malam mulai menerpa tubuhnya. Rasanya sangat dingin.

“Sebenernya aku baru aja putus dari mantanku,” ucap Namika. Pikirannya kembali melayang ke masa lalu.

“Oh ya? Alasannya kenapa?” tanya Aruna. Namika tidak menyadari jika mata biru laki-laki itu mulai bersinar.

“Yah, dari awal dia emang brengsek sih. Aku ini cuma salah satu dari semua ceweknya dia. Mungkin emang sedikit beruntung karena dia milih buat pacaran sama aku. Tapi agak sakit juga sih,” kekeh Namika.

Namika tidak mengetahui jika mantannya adalah orang yang seperti itu karena dia berbeda sekolah dengan Namika. Dia baru mengetahuinya setelah Namika bertemu dengan pacarnya lagi.

“Temen-temen cowoknya dia bilang kalau dia itu sayangnya cuma sama aku. Tapi aku masih punya logika juga ya. Alora sama Yumi juga bilang kalau cowok kayak dia enggak bakal berubah.”

Rahang Aruna mengeras. Tapi Namika mengeratkan genggaman tangannya dan emosi laki-laki itu langsung mereda. Namika dapat menghirup aroma alami Aruna yang sangat menenangkan.

“Kalau aku lagi banyak masalah, biasanya aku bakal ke pantai sih. Tapi aku cuma berani berenang di sini soalnya di sini sepi,” ucap Aruna.

“Tapi jujur, kalau ke pantai atau laut tuh rasanya bikin tenang banget. Padahal kita cuma duduk aja, tapi rasanya semua masalah tuh langsung mengalir gitu aja,” sahut Namika.

Aruna langsung menarik tangan Namika dan gadis itu jatuh ke tangannya. Posisi itu membuat mereka sedikit canggung namun Aruna segera membantu Namika untuk membenahi posisi duduknya.

“Kayaknya kita harus coba deh nongkrong di pantai Jimbaran sampai malem. Pemandangan di sana tuh keren banget kalo udah malem. Tapi aku kayaknya baru balik ke sini lagi dua tahun,” celetuk Namika dengan semangat.

Senyum Aruna langsung memudar. Namika pun langsung mengerutkan keningnya. Dia rasa kata-kata yang dia ucapkan tadi bukanlah kata-kata yang sensitif. Apakah itu berkaitan dengan rahasia Aruna?

“Aku salah ngomong ya? Maaf ya..” ucap Namika dengan wajah murung. Aruna menggeleng dan mengusap kepala Namika dengan lembut.

“Kamu enggak salah kok. Maaf ya aku malah bikin kamu kayak gini,” ucap Aruna sambil mengembuskan napasnya.

Namika mengangguk dan badannya kembali menggigil. Aruna menyadari itu dan segera memberikan jaketnya kepada Namika. “Kita pulang aja ya sekarang,” ucapnya sambil memegang tangan Namika.

Namika mengangguk. Diam-diam dia menenggelamkan wajahnya agar bisa merasakan aroma Aruna. Aruna yang menyadari itu langsung mengalihkan wajahnya yang memerah.

“Sampai jumpa besok, Namika. Selamat malam,” ucap Aruna sambil mencium sehelai rambut Namika. Namika mengangguk dan Aruna pun langsung pergi.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status