"Ke ruangan Andre sekarang, kami membutuhkan bantuanmu!" serunya sebelum mengakhiri panggilan teleponnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana panjangnya.
"Daddy minta bantuan siapa?"
"Kate. Sebagai seorang wanita, dia pasti bisa membantu kita."
"Astaga, apa tidak ada wanita lain di kantor ini, Dad? Batalkan, aku tidak mau gundikmu itu memasuki ruanganku! Lebih baik aku meminta Jo saja untuk mencari karyawan wanita yang sudah memiliki anak untuk membantu kita!" sungut Andre.
Untungnya Joshua sudah kembali lagi ke ruangannya setelah menyerahkan sample Andre dan Zee untuk tes DNA.
Daddy Isaac melotot tajam pada Andre,
"Mau sampai kapan kamu mencari karyawan wanita yang bisa membantumu? Daddy tidak setuju kalau harus melibatkan karyawan kita dalam hal ini, belum lagi spekulasi yang akan beredar nantinya."
"Memangnya wanita sialanmu itu sedang berada di kantor ini alih-alih menunggumu di rumah?" tanya Andre.
"Oh ya ada, Kate sedang menunggu Daddy di Lobby bawah. Tidak lama lagi juga dia akan sam ... "
Suara ketukan di pintu membuat ucapan Daddy Isaac terhenti. Ia tersenyum ringan saat menambahkan,
"Nah kan, itu pasti Kate. Jo cepat buka pintunya!"
Joshua melirik Andre sebentar untuk meminta persetujuannya. Setelah melihat anggukan pelan Andre pria itu pun bergegas membukakan pintu untuk Catherine.
Dan saat Andre melihat Catherine melangkah masuk, pria itu pun langsung membuang mukanya ke arah lain, seolah tidak mau melihat sosok wanita yang telah mencuri hati daddy Isaac dari Mommynya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Catherine.
Entah meski hampir semua karyawan tahu kalau Catherine adalah wanitanya Daddy Isaac, wanita itu masih saja memanggil Daddy Isaac dengan sebutan Tuan, tidak ada mesra-mesranya sama sekali.
Ya wajar juga sih, mengingat Daddy Isaac menganggap Catherine hanya sebagai selimut malamnya saja. Bahkan sama sekali tidak berniat menikahi wanita itu meski mereka telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun.
"Tolong pindahkan Zee ke tempat tidur!" jawab daddy Isaac.
"Zee? Tempat tidur?" ulang Catherine.
Mungkin wanita itu bingung dengan nama yang baru ia dengar, belum lagi tempat tidur yang jelas-jelas tidak ada di dalam ruangan itu.
"Iya Zee, cucu saya yang sedang berada di dalam gendongan Andre itu. Cepat kamu pindahkan ke tempat tidur supaya cucu saya itu merasa aman!"
Tatapan bingung Catherine beralih dari daddy Isaac ke gadis kecil di gendongan Andre, perlahan wanita itu pun mendekatinya,
"Astaga, Dad. Kitty belum pernah menikah apalagi melahirkan, bagaimana bisa tahu cara mengurus anak? Lebih baik cari karyawan kita saja yang sudah pernah melahirkan!" keluh Andre, ia belum mau memindahkan Zee ke tangan Catherine.
"Tapi aku punya banyak keponakan, Tuan Andre," celetuk Cartherine yang langsung mendapatkan tatapan tajam Andre,
"Apa saya sedang bicara denganmu?" tanyanya dan Catherine pun terdiam. Meski begitu matanya tidak dapat lepas dari wajah mungil Zee yang masih tertidur pulas.
"Serahkan Zee pada Kate, Ndre! Ada yang harus kita bicarakan dan akan lebih baik tanpa gangguan dari anak kecil!"
"Apa lagi yang mau Daddy bicarakan? Masalah anak ini? Harus berapa kali aku tegaskan kalau anak ini bukanlah anakku! Aku tidak pernah ... "
Andre melirik sekilas Belinda, ia tidak nyaman membahas keperjakaannya di depan seorang wanita, apalagi wanita murahan macam Catherine.
"Aku yakin betul Zee bukanlah darah dagingku! Dan aku sama sekali tidak pernah membekukan spermaku, jadi tidak akan ada kesalahan proses inseminasi pada siapapun!" lanjutnya.
"Daddy baru akan percaya setelah hasil tes DNAnya keluar. Jo, apa sudah ada kabar dari anak buahmu?"
Joshua menggeleng pelan,
"Belum ada, Tuan. Tapi saya sudah pastikan pada anak buah saya untuk meminta hasilnya segera. Kemungkinan tidak akan lama lagi kita sudah bisa melihat hasilnya."
"Bayi yang lucu ... Bolehkah aku menggendongnya?" Suara Catherine terdengar lirih saat mengajukan pertanyaan itu.
"Apa kamu buta? Zee sedang tidur!" sungut Andre tanpa mau bersusah payah menyembunyikan ketidaksukaannya pada wanita itu, dagu Catherine terangkat tinggi,
"Tapi, Tuan Isaac meminta aku untuk memindahkannya ke tempat tidur."
"Sudah serahkan saja pada Kate, Ndre! Daddy ada rapat sore ini jadi tidak punya waktu banyak untuk membahas masalah Zee denganmu."
"Bagus! Kalau begitu tidak perlu membahasnya. Dan kau! Bawa anak ini serta!"
"Andre! Kenapa kamu tidak sopan pada Kate?"
"Kenapa aku tidak sopan? Aku memang seperti ini, Dad. Hanya sampai batas ini sajalah toleransiku padanya, pada wanita yang berniat mengambil alih posisi Mommy di keluarga kita!" geram Andre.
Karena suaranya yang sedikit meninggi, Zee pun kaget dan terbangun. Anak itu langsung menangis sesengukan dengan kedua mata yang masih terpejam,
"Kamu lihat, itulah perbuatanmu yang membuat Zee nangis! Tidak bisakah kamu memelankan suaramu saat ada anak kecil di sekitarmu?" tegur daddy Isaac dengan jengkel.
"Dengan adanya wanita ini? Tidak akan!"
Andre pun memindahkan Zee ke tangan Catherine, yang ajaibnya langsung terdiam dan tertidur lagi,
"Jo, bawa mereka ke kamar!" perintah daddy Isaac.
Joshua pun menarik salah satu buku hingga pintu rahasia di dalam ruangan itu terbuka dan ia mendorongnya hingga Catherine yang sedang menggendong Zee dapat melewatinya.
"Aku tidak suka Daddy bertindak sesuka Daddy di sini, di ruang kerjaku! Terlebih lagi membawa masuk wanita itu ke tempat istirahatku! Tidak ada yang boleh masuk ke dalam sana selain aku dan Jo!" geram Andre, kedua tangannya sudah mengepal di sisi tubuhnya.
Pertama masalah Zee yang dikira putrinya. Dan sekarang daddynya meminta Catherine masuk ke dalam kamar rahasianya. Daddy Isaac telah melewati batas sebagai Daddynya. Apa Andre tidak boleh memiliki privasi?
"Zee putrimu, Ndre! Bagaimana bisa kamu melarang putrimu sendiri masuk ke dalam sana?"
"Dad ... "
"Duduklah! Kita bahas masalah Zee sampai hasil tesnya keluar. Selama hasilnya itu belum keluar dan menyatakan kalau Zee memang benar bukan putrimu, maka Daddy akan terus menganggap sebaliknya!" potong Daddy Isaac tegas.
"Kenapa? Kamu takut aku akan menyakitimu? Aku tidak akan menggigitnya."Astaga, bisakah seseorang mati karena menahan gairahnya sendiri? Bahkan dengan hanya membayangkan Catherine melakukan itu saja sudah membuat Andre semakin tersiksa.Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah menghujamkan dirinya dalam-dalam ke gua kehangatan Catherine yang baru saja ia rasakan itu."Berjanjilah, kamu akan berhenti kalau kamu sudah mulai merasakan sakit," pinta Andre."Katamu tadi, hanya sakit untuk yang pertama kalinya saja, sementara untuk yang selanjutnya aku sudah bisa menikmatinya.""Memang benar seperti itu, Kitty. Hanya saja, sudah tiga tahun lebih tidak ada yang memasukimu, rasanya pasti akan sedikit menyakitkan juga untukmu.""Aku percaya padamu, Ndre."Melihat keraguan di wajah Andre, Catherine kembali menegaskan,"Sepenuhnya!"Catherine memekik pelan saat dalam sekejap mata Andre sudah kembali mengungkungnya di bawahnya,"Biarkan aku memberikan kenikmatan lagi untukmu.""Ndre,
"Untuk yang pertama memang akan sakit, Sayang. Tapi tidak untuk selanjutnya. Kamu boleh bertanya pada wanita manapun yang telah berkali-kali melakukan hubungan intim, atau kamu mau aku sambungkan ke Loli atau Monic sekarang? Mumpung mereka juga bermalam di hotel yang sama dengan kita.""Astaga, tidak perlu, Ndre. Aku tidak mau mengusik mereka malam-malam begini," tolak Catherine."Kalau begitu berbaringlah sekarang, ada yang akan aku lakukan padamu. Dan tenang saja, aku hanya akan memuaskanmu. Kalau pun kamu tetap tidak nyaman dengan yang aku lakukan, kamu bisa memintaku untuk berhenti."Dari raut wajah Catherine, terlihat jelas kalau wanita itu tengah berperang dengan batinnya. Sesekali helaan napas panjang menghembus keluar dari mulutnya, sementara matanya terus tertukju pada mata Andre, seolah mencari jawaban dari sorot Andre yang terlihat teduh, menandakan keseriusan dengan setiap kata yang pria itu ucapkan sebelumnya."Baiklah. Tapi ... Kalau aku memintamu untuk menghentikannya,
"Alvin terlalu baik untuk aku, Ndre. Alvin berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.""Tidak ada yang lebih baik darimu, Sayang. Kamulah yang terbaik! Dan aku beruntung karena telah mengikatmu dengan pernikahan dan juga seorang putri. Ah ya, akan segera hadir juga adik Zee, putri kedua kita!" tegas Andre. Entah kenapa ia benci tiap kali mendengar Catherine tidak percaya dengan dirinya sendiri.Apa wanita itu selalu insecure dalam hal apapun?"Baru sekarang ini kamu bilang aku yang gterbaik. Sebelumnya ... " Keluhan Catherine terhenti saat jari Andre menutup bibirnya,"Dulu aku memang bodoh karena telah menghabiskan waktuku dengan terobsesi pada seseorang. Mau bagaimana lagi, saat itu aku belum bisa membedakan perasaan sayang sebagai seorang sahabat atau sayang karena cinta."Catherine menjauhkan tanga Andre dari bibirnya, "Malam itu, kamu mengira aku sebagai Lea. Itu apa namanya kalau bukan cinta?""Aku akui malam itu aku memang sangat kecewa pada Lea karena dengan bodohnya kem
Padahal itu hanyalah sekedar ucapan Andre saja, tapi anehnya Catherine merasakan darahnya yang berdesir, tubuhnya sendiri seolah terbujuk oleh kata manis suaminya itu. Oleh janji-janji memabukkan pria itu. Dan meleleh sepenuhnya ketika Andre menurunkan kepalanya untuk mengulum salah satu puncak bukitnya.Refleks tangan Catherine menelusup masuk ke rambut Andre, ia sendiri tidak yakin ingin menghentikan pria itu, atau ingin menahannya seperti itu agar ia dapat terus merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang dihasilkan dari permainan lidah Andre di sana.Tanpa memutuskan ciuman mereka, Andre membantu Catherine berdiri, membiarkan gaun pengantin Catherine turun hingga menumpuk di kaki mereka, dan hanya menyisakan G-String yang tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian inti Catherine.Andai saja Andre tidak mengenal Catherine, mungkin ia akan mengira kalau wanita itu sengaja menggodanya. Ia pun menanggalkan juga G-String berwarna hitam itu hingga Catherine sepenuhnya polos."Ndre, ka ... kam
"Kamu yang telah berubah menjadi jauh lebih baik, itu sangat membuatku bahagia, Ndre. Sesuatu yang dulu aku anggap mustahil, kini telah menjadi kenyataan, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Maafkan aku yang sempat meragukan ketulusanmu."Senyuman lembut mulai terukir kembali di wajah Andre, ia cukup lega mendengar pengakuan istrinya itu, "Apa itu tandanya kamu sudah jatuh cinta padaku, Sayang?" tanyanya penuh harap."Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Sayang? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" Catherine balik bertanya, meski rasanya mustahil untuk ia mendapatkan cinta Andre sepenuhnya. Even ia pernah mendengar Andre mencintainya sekalipun."Mungkin,"Hanya itu jawaban yang Andre berikan, satu kata yang dapat mengandung dua maksud. Mungkin Andre mencintainya, atau mungkin juga tidak. Sedikit kecewa, tapi memang seperti itulah Andre.Catherine membiarkan Andre mengusap puncak kepalanya, lalu turun ke belakang kepalanya untuk menarik lepas aksesoris rambut yang Cather
Duduk di kaki tempat tidur, tanpa sadar jemari Catherine memutar cincin kawin yang tersemat di jari manisnya, selama ia menunggu Andre mengunci pintu kamar mereka. Berkali-kali ia menghela napas berat saat rasa takut, cemas dan bingung membaur menjadi satu. Meski Andre adalah daddy putrinya dan mereka juga telah resmi menikah, Andre tetaplah orang asing bagi Catherine. Kegugupan masih bisa menyiksa dirinya saat membayangkan seperti apa berbagi tempat tidur dengan pria asing.Penyatuan mereka dulu tidak bisa dijadikan acuan untuk Catherine, karena dulu hanya rasa sakit yang luar biasa saja yang dapat Catherine rasakan. Ia bahkan berniat menghindar dari penyatuan seperti itu lagi. Rasanya sungguh menyiksa.Ya, nanti Catherine akan mencari alasan agar Andre tidak bisa melakukan penyatuan lagi, setidaknya sampai ia siap."Apa yang sedang kamu lamunkan di malam pengantin kita?" Pertanyaan Andre menghentak Catherine dari lamunannya. Tatapannya seketika tertuju pada suaminya itu,"Ti ... T