“Jujur saja, Ma. Aku merasa hancur setelah Papa pergi. Hingga aku memutuskan untuk hidup sendiri, percayalah! Itu adalah bentuk pelarian atas rasa kehilanganku,” aku Vian.
Pandangan Vian menatap lurus ke depan dan Nazilla tahu bahwa ucapan itu memang keluar dari hatinya. Ia tahu, semua memang tidak bisa diutarakan dengan gamblang karena tertahan banyak hal. Entah itu emosi, ketidaknyamanan, atau ketidakinginan karena ingin memikul beban itu sendiri. Kini, Vian seolah melepas beban itu dan mengeluarkan apa yang telah lama ia pendam.
“Mama bisa mengerti itu, Nak. Kita semua kehilangan Papa dan tidak ada satu pun dari kita yang tak merasakan hal itu. Hanya saja, Mama menyayangkan sikapmu yang memilih lari dan tidak bertahan lalu saling menguatkan.”
Pandangan Vian yang semula menatap lurus, kini menunduk. Ia bisa mengerti semua itu. Apa yang ibunya katakan memang benar bahwa seharusnya ia ada di sana dan saling menguatkan. Jika itu terjadi, m
Benar, kan?Vian kini memiliki banyak uang karena pendapan perusahaan sudah mulai beralih pada rekeningnya. Sayang, semua itu tak akan bisa membayar siapa pun untuk mempertahankan Farrin di sisinya. Wanita yang menjadi cinta pertamanya itu akan tetap pergi tak peduli sebanyak apa pun harta yang ia punya.“Ma, Farrin adalah cinta pertamaku,” ujar Vian. Ia meremat rambutnya yang kini mulai memanjang karena Farrin tak memperhatikannya lagi. Sebelum ini, Farrin akan berkomentar jika rambutnya mulai memanjang. Sedang Lena, wanita yang kini menjadi tanggung jawabnya itu tak pernah mengomentari sepanjang apa pun rambutnya. Ah, apa ia harus memanjangkannya seperti milik Avan?Itu ide bagus karena mereka adalah kembar yang identik dari segi penampilan, bukan proporsi tubuh secara detail. Jadi, kali ini ia akan mencoba hal baru dengan meniru penampilan kembarannya yang kini telah berada jauh darinya.Tak peduli apa kata orang yang mengatakan jika ia ber
“Jika begini, aku pun tak tahu harus bagaimana, Ma. Mengapa harus kesalahan yang kubuat menjadi sebegini fatal? Aku tak mau hal ini terulang lagi di kemudian hari,” ujar Vian. Ia menunduk dan menatap lekat jemari yang kini bertautan dan berkeringat entah karena apa.“Mama tahu. Kita semua memang pernah dalam keadaan yang sulit dan Mama yakin, kau pasti akan sanggup menjalaninya. Hanya saja, Mama minta untukmu tidak menyerah, Vi. Sebentar lagi kau memiliki seorang anak, yang ototmatis statusmu berubah menjadi ayah. Seorang ayah harus kuat untuk menjadi penopang dan pelindung anak dan istrinya. Jika kau lemah, siapa yang akan melindungi keluargamu?”Tuk!Kepala Vian diantukkan ke kemudi bulat itu. Memang tak sakit, tetapi cukup untuk membuat Nazilla meringis karenanya. “Mama tahu kamu frustasi. Tapi mengantukkan kepalamu seperti itu tak akan membuatmu amnesia,” ujarnya.“Maksud Mama?”“Ya, Mama pi
Mereka panik!Bukan sebab kecelakaan, kehilangan uang, saham atau apa pun, melainkan karena tiba-tiba saja Farrin tak bisa dihubungi. Awalnya, Nazilla berniat menghubungi calon mantan menantunya itu di jalan menuju minimarket tempat biasa mereka berbelanja yang letaknya tak jauh dari rumah utama. Namun, apa mau dikata saat ponsel Farrin tak bisa dihubungi sama sekali dan operator mengatakan jika ponselnya di luar jangkauan jaringan.Nazilla mengingat dengan jelas saat tadi ia sempat melihat bahwa baterai di ponsel Farrin hanya berkurang seperempatnya saja. Jadi, jangan salahkan ia jika mencurigai hal ini. Otak kritisnya benar-benar mengatakan jika ada hal yang tidak beres. Karena setahunya selama ini, Farrin bukan orang yang dengan mudahnya mematikan ponsel. Juga, area kota tak memiliki titik buta akan jaringan.Begitu ponsel Farrin tak bisa dihubungi, Nazilla langsung menyuruh Vian untuk mengantarnya ke sekolah tempat Farrin mengajar. Sesampainya di sana, pihak
“Aku tahu sesuatu yang mungkin bisa menjadi tujuan Farrin,” ujar Vian kemudian. Ia berharap, semoga hal ini bisa menjadi petunjuk untuk mereka.“Di mana?” tanya Nazilla. Ia merasa penasaran di mana tempat itu. Setahunya, tak pernah wanita yang pernah menjadi menantunya itu mengatakan atau menujukkan dengan gambalnga jika ia menginginkan pergi suatu tempat.bahkan, untuk ia ajak berbelanja dan melakukan hal yang berhubungan dengan kebanyakan wanita pun ia banyak menolaknya. Lalu, harus di mana?Ah, mungkin saja Vian memang benar bahwa ia mengetahui sesuatu karena mereka pernah hidup dekat bersama, kan?“Farrin pernah mengatakan padaku jika ia menyukai pantai, Ma. Hanya saja karena keadaan tubuhnya, ia tak pernah mendapatkan kesempatan untuk ke sana. Pernah sekali aku mengantarkannya, dan setelah itu mendapat keterangan bahwa dia tak pernah diizinkan untuk ke pantai.”Ah, ya. Nazilla ingat itu. Ia ingat mengapa Farrin tak
Seberapa keras Vian mencoba meyakinkan ibunya untuk mencari Farrin terlebih dahulu, sekeras itu juga Nazilla tidak menggubris permintaannya. Selama ini, Nazilla sudah banyak menghadapi orang-orang keras kepala di hidupnya, dan ia yakin jika kali ini ia harus bisa untuk tidak melunakkan hatinya. Karena baginya, untuk menjadi sukses diperlukan kekeraskepalaan yang baik agar tidak mudah ditumbangkan.Karena mereka yang sukses, tentu diawali dari keras kepala. Mereka yang mempertahankan kekeraskepalaan mereka untuk mempertahankan apa yang mereka yakini akan berhasil di lain hari. Dan tentu, hanya sedikit yang benar-benar lolos hingga akhir.Seperti suaminya. Nazilla bukannya tak tahu bagaimana sifat keras kepala yang dimiliki sang pasangan hidup hingga memiliki semua hal ini. Dulu, ia ingat saat si kembar masihlah kecil, mereka pernah mengalami pailit dan hanya memiliki rumah kecil sebagai tempat berlindung. Banyak tawaran untuk membeli perusahaan yang mereka jalankan. Nam
Dasar Vian bodoh!Tak tahukah jika di dalam hatinya, Nazilla merutuki keadaan mereka yang sedang menahan lelah karena aktiitas seharian ini yang begitu menguras emosi dan tenaga? Ingin rasanya ia melepas sepatu hak tinggi yang ia gunakan dan memukulkannya pada kepala batu milik sang putra itu. Hanya saja, ia terlalu sayang untuk melakuakn hal itu karena takut kepala sang putra akan mengalami luka.“Mama tak tahu jika kebodohanmu begitu besar, Vi. Atau, apakah panas terik yang tadi membakar bumi sudah mengambil kewarasanmu sedikit demi sedikit? Kurasa setelah ini Mama harus memberikanmu air putih yang banyak agar konsentrasimu kembali. Bukankah di televisi ada iklan yang mengatakan kurangnya air minum bisa menurunkan daya konsentrasi?”Vian mendongak, ia menatap netra yang ibu yang berada di posisi lebih tinggi darinya itu dengan tatapan tidak mengerti. Ibunya itu terngah berdiri, dan ia duduk di undakan yang akan menuju pintu utama rumah mereka. Mesk
“Jadi, bagaimana keadaan perusahaan, Ri?” tanya Nazilla. Kini mereka tengah bercengkrama di ruang keluarga setelah satu jam yang lalu selesai makan malam bersama seperti yang sudah ibu dari Vian itu rencanakan. Tentunya tanpa kehadiran Farrin, dan sikap dingin Vian.Vian masih bersikap seperti semula, pria itu sama sekali tak bisa menunjukkan sikap baik-baik saja seolah tidak ada yang terjadi. Memang, tak ada kata yang terucap akan ketiadaan Farrin. Hanya saja, dua wanita yang hadir karena undangan itu mengerti situasi dan tak membuka mulut mereka untuk bertanya lebih jauh. Bagaimanapun juga, keduanya memang tahu akan batasan tentang hal yang bisa mereka sebut.Rizuki dan Lena memang tumbuh di keluarga konglomerat, jadi sikap mereka sudah dilatih sejak kecil. Hanya untuk Vian saja yang belum terbiasa dikarenakan banyak hal. Namun, bukan berarti Lena tak bisa menyadari bahwa ada hal besar yang terjadi dengan Vian. Hanya saja, wanita itu memaklumi karena meny
Lena ingin menangis rasanya saat Nazilla mengatakan hal itu. Akan tetapi, ia harus bisa menahannya sekuat mungkin agar air matanya tidak jatuh. Baginya, tak semua ibu bisa menerima kesalahan putranya. Ada beberapa dari mereka yang hanya bisa menyalahkan dan mengatakan hal itu kesalahan si korban karena tidak bisa menjaga diri. Sebelum bertemu dengan ibu dari Vian, Lena sudah bersiap-siap andai ia tak bisa diterima dan ditolak mentah-mentah. Tak ia sangka, keadaan setelah bertemu justru sebaliknya.Nazilla menerima Lena dengan lapang dada dan tidak menghalangi keinginan Farrin yang meminta untuk berpisah saja. Sikapnya tidak menunjukkan bahwa ada suatu kecondongan sikapnya ke Farrin. Padahal, ia pernah mendengar bahwa Farrin adalah menantu yang sudah lama diterima Nazilla. Umumnya, mertua yang sudah memiliki kecocokan pada menantunya tak akan mudah menerima perpisahan mereka.Bagi Lena, hal itu teramat luar biasa untuknya yang sudah kehilangan kedua orang tuanya. Nazill