Share

BAB 4 : POLISI

“Bukan begitu cara makan takoyaki. Lidahmu akan terbakar! Dua tusuk gigi  yang ditancapkan di piring kertas itu bukan tidak ada manfaatnya. Tusuk gigi itu digunakan untuk membelah takoyaki supaya uap panasnya keluar dan lebih dingin saat kita makan.” Gerald terlihat sibuk membelah takoyaki-takoyaki miliknya, lalu dengan lahap memasukkannya ke dalam mulut. Aku meniru gerakannya. Aku mengangguk-angguk sambil tersenyum, Gerald memang benar, takoyaki ini rasanya sangat lezat.

Tapi selezat apapun takoyaki, tidak akan terasa nikmat jika disantap ketika tenggorokan kering akibat kelelahan berjalan. Aku menarik napas panjang ketika melihat orang-orang di samping kami menyeruput segelas teh matcha secara perlahan.

“Hei, jangan bilang kamu mau teh itu juga? Kau berhutang 300 yen karena takoyaki ini. Aku tidak mau mengeluarkan uang lebih banyak!”

Aku tahu sudah berjanji untuk tidak membeli apapun selain takoyaki, jadi aku hanya dapat memandang Gerald dengan tatapan memohon yang mengenaskan. Gerald semakin membelalakan kedua matanya untuk menangkis tatapanku.

“Ah sial! Baiklah aku akan membelikannya untukmu, jadi cepat habiskan takoyakimu! Kita beli matcha tea sambil meneruskan perjalanan-” Gerald berjalan menuju kios matcha sambil mengedarkan pandangannya, mencari-cari sosok kedua orangtuaku sesuai dengan penggambaran yang sudah kuberikan kepadanya. Dari belakang aku dapat melihat punggung dan bahu lebar Gerald yang kokoh meskipun usianya tidak jauh dariku.

Selang beberapa menit, Gerald berjalan kembali sambil membawa dua gelas kertas berisi teh hijau. Wajahnya terlihat seperti baru saja mendapatkan ide brilian. Tidak lama kemudian tiba-tiba ia berteriak, “Benar, seharusnya kita ke pos polisi sejak awal, mereka pasti bisa membantu. Ayo cepat habiskan makananmu, ambil matchanya, lalu kita harus meminta bantuan polisi!”

Aku memandang cincin cherry blossom di jari manisku dengan senyuman sangat lebar. Sekali lagi kami harus berjalan, tapi kali ini kami berjalan dengan lebih ceria. Karena aku tahu bahwa aku akan pulang.

Kami dapat menemukan pos polisi berupa gedung dua tingkat berdinding krem dan atap hijau dengan jam dinding bulat berukuran besar menempel pada bagian muka gedung. Jam itu menunjukkan pukul delapan malam, seolah menegaskan bahwa aku telah hilang selama tiga jam. Awalnya kupikir itu adalah toko biasa, karena semua papan menggunakan huruf jepang, bahkan huruf-huruf yang menempel di bagian atas dinding luar pos itupun menggunakan huruf jepang.

Gerald mengetuk pintu pos polisi itu dan langsung disambut oleh seorang polisi berusia paruh baya. Aku sangat takjub ketika mendengar Gerald sangat fasih berbicara dengan polisi Jepang, aku tahu ia berbicara dalam bahasa Jepang karena Gerald mengucapkan kata arigato sambil membungkuk beberapa kali pada polisi berambut penuh uban itu.

Gerald cukup serius menjelaskan keadaan kami pada polisi itu. Sesekali polisi beruban melirikku dengan senyum yang ramah. Polisi itu langsung meminta kami menunggu dan menenangkan diri pada kursi besi panjang di dalam pos itu. Polisi lain yang berusia lebih muda bahkan memberikan kami minuman hangat dan camilan berupa kue ikan. Sedangkan polisi yang lebih tua terlihat sibuk menelepon, kemudian memberikan pengumuman di depan sebuah microphone.

“Hei, tenanglah, tadi polisi itu sudah mengumumkan berita kehilanganmu, mereka juga berkoordinasi dengan petugas lapangannya. Katanya, orang tuamu juga sedang mencarimu. Saat ini mereka sedang berada di pos polisi lain. Kamu pasti bisa bertemu kembali dengan ayah ibumu-” Gerald melirikku sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Aku baru sadar bahwa mungkin Gerald selama ini kelelahan karena berkeliling membantuku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status