Share

BAB 6 : ALASAN

“Kyaaa...!” aku berjingkat-jingkat sambil terus menjerit-jerit.

“Ada apa? Ada apa Sophie?” Rosa berlari dari dalam kamar dengan wajah sangat panik. Lembaran masker wajah yang menempel di mukanya bergeser dari tempatnya karena pergerakan Rosa secara tiba-tiba.

“Akhirnya perusahaan IT Wollim menerimaku bekerja!”

“Benarkah? Induk dari perusahaan Orin?” tanya Rosa, teman sekamar, seakan ia tidak percaya pada kabar gembira ini. Aku mengangguk dengan antusias sebagai jawaban dari pertanyaannya.

“Iya Rosa, aku akan menyelidiki secara diam-diam apakah mereka terlibat dengan kasus limbah pabrik Orin.” Aku melompat-lompat girang sambil berputar-putar. Rosa memegang tanganku dan ikut melompat-lompat sambil terus tertawa.

 “Sial, Sophie. Itu terlalu berbahaya. Lagi pula kamu tahu, bukti yang didapat secara ilegal tidak akan diakui dalam persidangan?”

 “Aku tahu, tapi kita harus melakukannya, nanti akan kupikirkan bagaimana menjadikan setiap bukti yang kudapat legal!”

 “Tunggu...Tunggu sebentar...Bagaimana dengan ayahmu? Apa yang harus kukatakan pada ayahmu? Kamu tidak akan mengabaikan firma hukum kita kan? Kamu dan aku adalah advokat andalan di firma hukum ayahmu! Bagaimana dengan kasus-kasus kita yang lain? Apa kamu mau meninggalkannya begitu saja?” Rosa berhenti melompat dan memasang wajah kaku.

“Tidak mungkin aku akan mengabaikan tanggung jawabku, apalagi merugikan firma hukum dan klien. Saat ini aku sedang melakukan penyelidikan kasus. Bantu aku, Ros- Kau kan sudah tahu bagaimana aku berusaha menyelesaikan kasusnya selama ini-“ aku sengaja membuat wajah paling mengiba, aku sungguh berharap Rosa mau mendukungku.

“Tapi, Sophie. Bagaimana dengan konsultasi klien? Bagaimana dengan sidang-sidang?” Kali ini wajah Rosa tampak lebih ragu dari sebelumnya.

 “Sementara ini kamu yang akan menggantikanku untuk konsultasi hukum dengan klien. Sedangkan sidang, aku tetap akan melakukannya-” Alis Rosa berkedut-kedut mendengar jawaban dariku. Aku harus bisa meyakinkan sahabat sekaligus tangan kanan di perusahaanku ini. Gadis ini memang sangat perfectionis dan terlalu berhati-hati.

“Tiga bulan, paling lama aku akan bekerja selama tiga bulan di perusahaan itu dan berusaha mendapatkan buktinya. Berhasil ataupun gagal, aku akan kembali setelah tiga bulan. Bagaimana? Tentunya dengan jaminan, aku akan tersedia kapanpun untuk menyelesaikan semua kasus,” sambungku.

Di usiaku yang ke dua puluh lima ini, aku telah menjadi sosok wanita yang tahu prioritas, jadi aku tidak akan pernah melupakan tanggung jawab. Aku pun tidak pernah ragu untuk mengambil resiko apapun demi tercapainya semua tujuan-tujuan hidup maupun karierku.

Selain itu, tujuan lainku memasuki perusahaan itu karena Gerald. Aku mendapatkan informasi bahwa Gerald bekerja di perusahaan itu. Aku harus menunjukkan seluruh perubahan dan usahaku untuk menjadi wanita yang lebih pantas bagi Gerald, bukan lagi gadis dua belas tahun yang mudah tersesat dan hanya bisa menangis. Bukan pula gadis delapan belas tahun polos yang menyatakan cinta pada Gerald dengan sembrono.

Rosa menatapku dalam diam yang cukup lama, dia tampak berpikir keras seolah dari tatapannya berkata menginginkan janji lebih dariku.

“Baiklah, hanya tiga bulan! Aku hanya sanggup membantu dan menutupi kepergianmu selama tiga bulan. Selain itu kamu harus berjanji untuk selalu siap kapanpun firma kita membutuhkanmu. Kalau tidak, aku akan melaporkanmu pada ayahmu, pemilik Firma Hukum Benjamin dengan nama baik yang tidak diragukan lagi. Oh tidak, aku mungkin sudah gila. Aku bisa saja kehilangan pekerjaan gara-gara kamu. Lebih parah lagi integritas perusahaan kita tergantung padamu-“ Wajah Rosa langsung berubah lebih muram setelah menyebut ayahku.

“Aku janji, semua yang kamu inginkan akan kupenuhi. Hanya saja... kamu tidak perlu mengingatkan siapa ayahku untuk menakuti-nakuti seperti itu dong!” rajukku kembali.

“Harus, siapa yang tahu kedepannya mungkin kamu akan ingkar janji! Karena kamu itu sangat keras kepala,“ Rosa mendesah dengan berat.

“Aye...Aye...Captain! Percayalah, aku tidak akan pernah ingkar janji! Karena lusa hari pertamaku, aku harus belanja pakaian baru agar penampilanku terlihat lebih meyakinkan. Tidak boleh ada pakaian-pakaian bermerek mahal. Dan aku harus mengatakan padamu, mungkin aku akan bertemu dengan Gerald di perusahaan itu.”

“Hah, Gerald? Senior kita?” Rosa membulatkan kedua bola matanya.

“Betul, senior kita yang sudah kunantikan sejak lama.” Aku menatap Rosa dengan lekat.

“Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu dengannya?” Raut Rosa penuh dengan kekhawatiran.

“Kali ini aku akan benar-benar memastikannya.”

Betul, penantianku memang cukup lama, karena Gerald dan anggota tim olimpiade matematikanya harus pindah ke Lawrenceville, Georgia. Mereka mendapatkan beasiswa pendidikan di Gwinnett School of Mathematics, Science, & Technology. Bahkan kabarnya Princeton University sudah membidik mereka untuk menjadi mahasiswa di universitas itu, tapi seluruh anggota tim olimpiade yang terdiri dari tiga orang termasuk Gerald, memilih untuk menerima beasiswa dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) . Aku mengetahui kabar itu setelah menyelidiki ke sana ke mari, terutama bertanya pada beberapa siswa di SMA Angkasa.

Syukurlah keberuntungan berpihak padaku, seorang narasumberku yang merupakan teman seangkatan Gerald memberitahuku bahwa Gerald kembali ke Indonesia untuk meneruskan sisa semester tingkat tiga dan tempatnya di universitas nomor satu Indonesia. Tidak jelas apa alasan mengapa ia tidak menuntaskan pendidikannya di MIT dan malah kembali begitu cepat, yang pasti aku senang apapun alasannya, selama aku bisa bertemu kembali dengannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status