Home / Romansa / Mopping Your Heart / Gosip Di Sekolah

Share

Gosip Di Sekolah

Author: Pena Indah
last update Last Updated: 2021-06-02 10:56:05

Di sekolah, Khanza juga masih menjadi seorang yang pendiam. Ia lebih memilih untuk tidur di jam istirahat. Teman sekelasnya mulai merindukan sosok Khanza yang dulu, yang sering membuat kelas menjadi ramai dan asyik.

"Za, nyanyi dong. Sudah beberapa hari ini, kita nggak denger suara merdu lu di kelas. Nyanyi yuk …." pinta salah satu teman sekelasnya. 

Khanza hanya menggelengkan kepala, lalu menyembunyikan wajahnya kembali dan merebahkan kepalanya di mejanya. Menghela napas panjang, kemudian kembali memejamkan mata.

"Yah …."

"Potek kita, Za. Sebentar saja, sambil nunggu guru datang, Za. Gue mohon--"

"Ayo lah Za … sebentar aja lah. Nif, ayo dong suruh sahabat lu buat nyanyi, lagi,"  

Bahkan beberapa temannya mendesak Hanif sebagai sahabat dekatnya untuk membujuk Khanza supaya ia mau bernyanyi dan membuat suasana kelas seperti dahulu lagi.

"Gue nggak mau maksa. Tapi kalau dia mau bernyanyi ya silahkan. Aku juga merindukan suaranya," Hanif memenaik turunkan alisnya. 

Hanif dan teman lainnya terus mendesaknya. Akhirnya, mau tidak mau ia harus membuat situasi kelas seperti semula. Suara Khanza memang tidak bisa di ragukan lagi. Semua orang akan merasa damai setelah mendengar suara indahnya.

"Baiklah, aku akan menyanyi. Kalian mau dengar lagu apa?" Khanza mengalah." Dan kamu, Danu … kamu yang petik gitarnya, ya. Aku sedang--" Khanza masih enggan untuk memetik gitar. Sebab, ia akan teringat dengan masa lalu yang membuatnya sedih. 

Danu mulai memetik gitarnya dengan pelan. Khanza memejamkan matanya membayangkan hal yang indah, lalu membuka matanya kembali dan mulai bernyanyi.

Suara lembutnya mulai didengar oleh teman-temannya. Bahkan murid kelas sebelah juga suka mendengar Khanza bernyanyi. 

------

Yang katanya ingin ke kantor, ternyata Vano mengikuti Khanza sampai ke kelasnya. Dia melihat Khanza mampu tersenyum  dengan bernyanyi.

"Dia tersenyum?" Vano bergumam.

"Musik dan lirik lagu membuatnya tersenyum. Dia memang tak bisa jauh dari bermusik dan menyanyi,"

"Saya harus pikirkan bagaimana cara mempertahankan senyum dari Khanza." Tukas Vano mencari ide terbaik. 

Kini ia tau bagaimana cara mengembalikan senyum Khanza yang menghilang itu. Vano langsung menemui Kepala Sekolah dan mengusulkan setelah kelulusan, Vano ingin menyumbang dana untuk sekolah mengadakan pentas seni. Dan Vano ingin, Khanza harus terlibat dalam acara itu.

Ia segera pergi keruang kepala sekolah dan mulai mendiskusikan rencananya untuk kelulusan nanti. Hal itu juga rupanya diterima dengan baik oleh pihak sekolah, meski banyak pertanyaan yang tak semestinya dalam benak para guru. 

"Memangnya … Tuan ini siapanya Khanza, ya?" tanya Kepala Sekolah.

"Saya calon suaminya, kemungkinan setelah Khanza lulus .. saya, em maksudnya kami akan segera melangsungkan pernikahan." jawaban Vano terlalu santai, sehingga membuat semua guru merasa jika Vano memanglah calon suami dari Khanza. 

Kepala Sekolah hanya melongo saja, ia percaya saja apa yang di katakan pria yang menyukai gadis bergitar itu. Kepala Sekolahpun menceritakan semuanya tentang Khanza selama ia berada di sekolah.

Bagaimana dia menjadi anak nakal dengan  selalu mendapat ranking di sekolahnya. Bukan hanya itu saja, Khanza bahkan sering sekali mewakili sekolah dalam mengikuti setiap lomba.

"Tapi, setelah insiden itu--" bahkan Kepala Sekolah saja turut berdua dengan meninggalnya kedua orang tua Khanza dan masalah rumahnya yang dilalap si jago merah.

"Saya juga sedang membuat Khanza kembali seperti dulu Pak. Saya ingin sekali mengukir senyumnya kembali. Jadi mohon agar terima permohonan saya ini. Segala sesuatunya saya yang akan menanggungnya dan jangan sampai dia dibalik dari acara ini adalah saya."

Vano hanya menjelaskan bahwa ia sebagai calon suaminya, karena Almarhum kedua orang tuannya lah yang meminta. Dibalik takutnya semua orang di sekolah akan menyangka Khanza yang tidak-tidak, Vano juga tidak ingin ada lelaki lain yang menyukai Khanza. Itu sebabnya ia mengaku-ngaku calon suami dari gadis pengamen itu.  

Saat di Kantin,

"Tumben lu jajan?" tanya Tina, pacar Hanif.

Hanif menyenggol lengan kekasihnya, agar menjaga sikapnya sampai duka di hati sahabatnya berlalu. Namun, Tina sendiri memang tidak pernah menyukai Khanza, jadi ai selalu saja memandang rendah sahabat dari kekasihnya itu. 

"Khanza ini kan sekarang udah pindah rumah tau, guys. Dia jadi orang kaya sekarang. Makanya dia tidak membawa bekal lagi," sahut Mayang. 

"Bukan hanya itu saja. Dia ini juga menjadi candy dari sugar daddy, loh …." imbuhnya.

Mayang ini adalah teman sekelas Khanza. Mereka sudah mengenal sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Karena Khanza sering unggul dalam setiap apapun darinya, Mayang jadi tidak menyukai Khanza sedikitpun. Dari situ, Mayang semakin membencinya dan ingin Khanza menjadi hancur.

"Heh, jaga omongan--" umpatan Hanif terputus karena Khanza yang menyuruhnya tetap diam.

"Sudahlah, dia memang begitu, 'kan? Sejak dulu, dia memang tidak pernah menyukaiku, dan cenderung membenci diriku," ucap Khanza.

Mayang kesal, ejekannya tidak diladeni oleh Khanza. Mayang pun memutar otak untuk membuatnya berselisih pahan dengan sahabatnya. 

"Hey, Hanif. Cewek lu ada di samping lu. Bisa-bisanya lu malah membela cewek lain. Dan iya, lu aslinya ada hubungan apa dengan si bintang kita ini?" Mayang mulai meresahkan. "Tidak mungkin jika kalian hanya bersahabat. Apakah kalian pasangan selingkuh?" sambungnya. 

Tina terprovokasi dengan mulut tajamnya Mayang. Ia mulai menanyakan hubungan dengan kekasihnya itu. "Apa benar yang di katakannya? K-kalian … memiliki hubungan di belakangku?"

Hanif mencoba menjelaskan kenyataannya kepada Tina. Tina juga tidak mudah untuk mempercayainya. Akan tetapi, Tina akan percaya dan memberikan kesempatan ke dua kepada Hanif, jika Hanif mau menjauh dari Khanza selamanya. 

Hal itu tentu sangat berat baginya.  Sejak kecil hingga saat itu,  mereka belum pernah berjauhan. Tapi, Khanza bukanlah orang yang egois, agar hubungan sahabatnya dengan kekasihnya berjalan dengan baik, Khanza menerima syarat yang diajukan Tina kepada Hanif. 

Lalu, ia pun pergi tanpa menghabiskan makanannya. Dia merasa lelah dengan hidupnya. Orang tuanya telah pergi meninggalkan dirinya, lalu dia juga kehilangan harta bendanya. Sekarang, ia harus rela kehilangan sahabat yang selalu ada sejak ia kecil.

"Sekarang orang-orang yang aku sayang sudah meninggalkan aku,"

"Ibu dan Ayah pergi meninggalkanku, lalu aku harus menjauhi Hanif. Aku bisa bertahan sampai sekarang hanya karena Lisa, dialah satu-satunya keluarga dan harta yang paling berharga untukku. Apakah Engkau akan mengambilnya juga dariku, Tuhan?"

"Apa salahku?" Khanza mulai menangis.

Khanza menangis tersedu-sedu. Meratapi nasib buruk yang terus menimpa dirinya. Sekilas, ia teringat dengan Vano yang selalu ada ketika dirinya merasa lelah akan hidupnya. 

"Tidak!"

"Aku tidak boleh nangis, ini baru awal. Jalanku masih panjang, aku harus tegar, kuat dan yakin. Tuhan selalu bersamaku! Tuan Vano, dia pendukungku, aku harus bertahan juga demi membalas budiku kepadanya." 

Jam istirahat selesai, semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing. Saat Khanza hendak duduk, di dalam lacinya ada sebuah mie cup yang sudah siap makan. Mie itu dari Hanif, karena Hanif tahu sahabatnya itu belum jadi makan siang.  

"Wah, enak ya yang punya sugar daddy. Semoga saja bukan suami orang deh--" ledek Mayang.

Semua murid di kelas itu melihat ke arah Khanza dengan tatapan penasaran. Semua siswa laki-laki tidak bisa percaya begitu saja, karena mereka mengenal Khanza sebagai teman yang baik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mopping Your Heart   Merelakan Hati

    Khanza hanya menyentuh bahu Vano dengan lembut. Menandakan jika Vano harus berhenti dan mulai mendengarkan Neneknya. Selanjutnya, Khanza pergi mendekati Nenek Vano dan mencium tangannya, kemudian berlari pergi."Nek, saya pamit. Selamat sore," pamit Khanza tanpa basa-basi lagi.Menatap Vano yang seperti tak ingin menyerah, Khanza semakin sulit untuk melepasnya. Sementara itu, ada Neneknya yang terbaring lemah di ranjang. Semakin membuatnya tak kuasa menahan egonya."Tuan, sampai bertemu lain waktu. Permisi!" ucap Khanza.Sebelum ia keluar, Khanza juga mencium tangan kedua orang tua Maria juga, Sembari menangis, Khanza berlari keluar meninggalkan rumah mewah Vano dengan hati yang hampa.Alam sedang berpihak kepadanya. Hujan turun begitu derasnya sehingga b

  • Mopping Your Heart   Antara Lamaran Dan Perjodohan

    Setelah selesai acara kelulusan, Vano mengajak Khanza makan bersama. Tempat yang sudah Vano siapkan rupanya sangat dekat dengan vila milik Vano. Di sana, Vano telah menyiapkan semuanya dengan rapi. Dimana ada musik, bunga, hidangan yang lezat, serta suasana romantis menyelimuti tempat tersebut."Kenapa harus di tutup sih matanya?" tanya Khanza."Namanya juga kejutan. Harus di tutup dong matanya," ucap Vano sembari menuntun kekasih hatinya ke tempat tujuan."Iya, kenapa juga harus pakai kain?" lanjut Khanza semakin penasaran."Sstt, jangan kacaukan kejutan ini. Nikmati alurnya, dan jangan banyak protes, oke?" bisik Vano.Dengan lembut, Khanza dibawa duduk di kursi depan meja makan ya

  • Mopping Your Heart   Pelajaran Untuk Mayang

    Vano terus menutupi robekan baju di punggung Khanza dengan telapak tangannya. Semua orang tertuju dengan kekompakan mereka. Hanif yang cemburu, tidak suka melihat kebersamaan Khanza dan Vano pun memutuskan untuk pergi. Acara telah usai, Vano tetap masih bersama dengan Khanza turun panggung."Kita berjalan hati-hati saja, ya. Saya akan mengantarmu ke ruang ganti," ujar Vano."Tunggu!" tahan Khanza."Ada apa, sayang?" ucapan sayang Vano membuat Khanza tersipu."Tuan Vano, maaf saya menyela. Tapi, saya hendak mengatakan sesuatu kepada Tuan saat ini juga!" Kepala sekolah tiba-tiba datang dan meminta Vano untuk mengikutinya ke ruangannya.Wajah Khanza nampak pucat sekali. Ia takut jika Vano akan meninggalkan dirinya disaat seperti itu

  • Mopping Your Heart   Luka Cinta

    Luka ditangan Vano, diketahui oleh Khanza. Seketika langsung berubah panik dan menarik tangan Vano. "Tangan Tuan, terluka? Biarkan aku bersihkan dulu darahnya, kebetulan aku selalu membawa plester luka di tasku," ucap Khanza dengan kepanikannya."Obati dulu lukamu. Lihatlah, tanganmu memar seperti ini. Saya tidak tega melihat tanganmu yang seperti ini Khanza," tutur Vano dengan penuh cinta.Khanza tetap keras kepala membalut luka Vano. Uraian rambut Khanza menambah rasa cinta Vano kepadanya. Baginya, wanita akan cantik jika rambutnya terurai seperti itu.Seolah, terdengar suara musik romantis yang membuatnya jatuh kedalam manisnya wajah Khanza. Gadis berusia 18 tahun itu ternyata menyadari kekasihnya tengah menatapnya. Kemudian, ia pun bertanya, "Ada apa Tuan?""Tuan, kenapa anda sangat baik

  • Mopping Your Heart   Mencari Kesempatan

    Bab selanjutnyaDi tempat lain, ternyata Vano sudah menunggu Khanza sangat lama di cafe yang sebelumnya sudah Vano katakan. Saking lamanya menunggu, Vano sampai tertidur di sana.Tak perlu dipungkiri lagi, Vano memang benar-benar menyukai gadis SMA itu. Sejak awal pertemuannya, Khanza sudah membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak.Vano ini memiliki dua sahabat, salah satunya adalah Justin. Sang pemilik cafe yang akan Khanza tempat bekerja."Heh, sang pangeran ternyata tertidur. Aku jadi semakin penasaran dengan gadis kecil itu." gumam Justin dalam hati.Tak lama kemudian, sampai juga Khanza di cafe itu. Melihat Vano juga ada di sana, membuatnya menjadi sedikit canggung. Justin, selaku manager cafe, menyambut kedatangan Khanza dengan ramah. Mereka juga berkenalan dan memulai negosiasi.

  • Mopping Your Heart   Hinaan Mayang

    Bab selanjutnyaApakah ini yang membuat dia tadi memelukku sangat lama? Jika dari dekat, dia terlihat tampan.Tuan Vano, aku juga menyukaimu, tapi siapa aku ini? Aku tak pantas untukmu." ungkap Khanza dalam hati."Jangan menatap seperti itu, saya laki-laki normal Khanza. Jangan salahkan saya, kalau saya bisa memakanmu malam ini juga. Jika kamu tidak segera menjauhkan tubuhmu, saya bisa lakukan apa yang tak seharusnya terjadi," ucap Vano masih dengan memejamkan matanya."Hah?" membuat Khanza terkejut danVano langsung menariknya, hingga gadis kecilnya berada tepat di atas tubuhnya. Khanza pun meronta-ronta, tubuh mungilnya tidak bisa mengalahkan tubuh besarnya Vano. Gadis 18 tahun ini tak bisa di bandingkan dengan Vano pria berusia 30 tahun yang gemar berolah raga. Mereka sudah sangat mengantu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status