Share

10. Maka dimulailah

Aku membuka pintu lemari dengan terburu-buru, bersiap mental menghadapi muka masam Mr. Airlangga. Namun yang aku ketemukan membikin aku terbelalak, dia sedang duduk bersila dengan mata tertutup, wajahnya tampak tenang seperti sedang beryoga di tengah pesawahan hijau, bukan di lemari yang tertutup. Aku berjingkat-jingkat mundur beberapa langkah, mencoba memberikan ketenangan ke Mr. Airlangga. Dia sedang bermeditasi, dia membutuhkan ketenangan.

Klontangggggg ….

Kakiku menabrak botol hair spray yang entah kenapa memilih gegoleran manja di lantai, bukan duduk manis di meja seperti seharusnya. Aku melirik ke arah Mr. Airlangga, memberikan senyum terpolosku. Ternyata matanya masih terpejam, kok bisa?

“Aku belum pernah menemukan orang yang sangat pandai membikin kegaduhan sampai aku bertemu dengan kamu”

“Whoops … sorry” aku meletakkan hair spray di meja rias, menatap Mr. Airlangga yang sekarang sudah membuka mata. “Jadi sudah dapet wangsit untuk jalan pulang belum?”

“Kamu semangat sekali mengusir aku dari jaman ini?”

“Look mister, aku tahu kamu suka bakmi GM, penggemar Dan Brown, tapi aku hampir saja ketahuan oleh kakaku semata wayang bahwa aku menyelundupkan laki-laki di apartemenku. Bisa digoreng seperti tempe aku nanti” aku bermonolog panjang lebar yang hanya dibalas kerutan dahi olehnya. Sialan, pikirku.

Dia berdiri dan keluar dari dalam lemari “sekarang kamu tidur. Besok kamu bantu aku untuk mencari jalan pulang”.

Aku terlonjak, terlalu bersemangat mendengar perkataan Mr. Airlangga “jadi kamu sudah tahu bagaimana bisa pulang?” tuntutku tidak sabar. Aku tidak berani membayangkan kalau dia terlalu lama terjebak di jaman ini, bagaimana aku bisa menjelaskan ke dunia luar? Ke Mas Rio, ke Inge dan Arini? Aku bisa dikira gila kalau mengatakan bahwa lelaki tegap yang sekarang stuck di apartemenku ini adalah bukan orang sembarangan, seorang Pangeran dari kerajaan Singosari yang sudah berumur ratusan tahun namun tetap terlihat muda dan seksi bak Edward Cullen si vampire itu.

“Tidur. Duniaku akan terasa lebih tenteram kalau kamu berada di alam mimpi.”

Sialan!

******

Mr. Airlangga melahap toast yang sudah aku olesi selai strawberry dengan gembira. Di jaman Majapahit tidak ada strawberry apalagi selai, makanya dia seneng banget dengan makanan satu ini. Aku terkagum-kagum memandang dia makan sembari menyeruput kopi dukun hitamku.

“Kalau kamu bisa pulang apa kamu mau bawa ini?” tanyaku sambil menunjuk toples selai.

“Tidak ada roti di jamanku, tidak mungkin aku memakan ini dengan nasi bukan?” jawabnya yang menurut aku sangat masuk akal.

“Jadi kamu sudah punya titik terang bagaimana bisa pulang?”

Dia menghentikan aktifitas makannya, mengelap mulutnya dengan tissue yang tersedia di meja makan. Sumpah, dia ini cepet banget beradaptasi dengan jaman ini. Aku tidak yakin kalau seandainya aku yang tersasar ke jaman Majapahit bagaimana aku akan bertahan hidup.

“Negarakertagama.”

“Maksudnya?” Aku kurang mengerti dengan maksud ucapannya.

“Kitab Negarakertagama. Aku harus membaca kitab itu, di sana kemungkinan ada pesan tersembunyi mengenai penjelajah waktu.” Otakku akhirnya nyambung, kitab Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Tapi masalahnya aku tidak tahu di mana benda bersejarah itu berada.

“Aku nggak tahu di mana menemukan kitab itu,” jawabku polos. Langsung malu dengan pengetahuan sejarahku yang sangat minim.

“Perpustakaan nasional.”

“Maksudnya kitab itu berada di perpustakaan nasional?” Tanyaku antusias. Bagaimana bisa dia lebih tahu dari aku?

“Kamu mempunyai benda bernama laptop hanya kamu pakai untuk menulis dan melihat tiktok?”

Waduh dia tahu tiktok segala.

******

Aku memandangi gedung Perpustakaan nasional yang berdiri megah. Sumpah seumur hidup aku belum pernah memasuki tempat ini, sebagai seorang penulis aku menjadi malu, seharusnya tempat ini adalah tempat hangout ku, bukan di café sambil menyeruput americano. Menurut petunjuk dari Mbah G****e, yang informasinya sudah dengan terampil di dapatkan oleh Mr. Airlangga, kitab Negarakertagama mempunyai kode NB.9. Yang jadi masalah adalah benda bersejarah itu tidak diperbolehkan dipegang oleh sembarangan orang, tentu saja. Untuk menjaga keamanannya.

“Jadi kamu sudah Menyusun rencana bagaimana kita bisa membaca kitab itu?”

Aku membayangkan diriku memakai pakaian serba hitam, ditambah dengan topi masker hitam menutupi muka, bergerak cepat dan ringan seperti karakter-karakter pencuri benda seni berharga yang aku lihat di film-film Hollywood. Dia tidak menggubris pertanyaanku, malah melangkah memasuki gedung, aku terbirit-birit berlari kecil di belakangnya. Menguap sudah bayanganku menjadi pencuri hebat.

Dia memang bukan orang sembarangan, dari auranya sudah terlihat. Beberapa orang yang berpapasan dengan kami minggir dengan teratur, bukan terlihat takut, tetapi seperti hormat. Dia berhenti sejenak, dengan ketenangan luar biasa mengamati sekeliling ruangan. Aku langsung teringat salah satu adegan di film Jason Bourne, di mana dia dikejar-kejar oleh banyak agen ketika berada di stasiun kereta Waterloo. Jadi begini rupanya tingkah laku orang yang tahu banget seluk beluk berperang? Aku ikut mengamati berkeliling, tidak pasti untuk apa, hanya supaya terlihat cool saja. Aduh aku lupa membawa kacamata hitamku.

Aku berlari kecil untuk mensejajari langkah Mr. Gajah Mada yang panjang, kami mencari-cari di mana keberadaan naskah kuno yang berkode NB.9 tersebut. Akhirnya dia berhenti di depan lemari kaca kecil, di dalam kotak kaca terdapat tulisan-tulisan kuno di atas lontar.

“Ini Negarakertagama?” Tanyaku berbisik, takut terdengar oleh orang lain. Dia mengangguk kecil sembari mengamati naskah kuno tersebut, lalu pandangannya beralih menyapu ruangan.

“Ayuk, kita pulang” katanya.

Pulang? Maksudnya? Bukannya kita datang ke sini untuk menemukan kitab ini? Sekarang setelah kita berada di depan benda kuno ini lalu dengan entengnya dia mengajak pulang. Pemikiran orang jaman dulu memang sangat aneh.

“Loh kok pulang? Bagaimana kamu bisa mendapatkan kode rahasia jalan kembali ke jaman kamu?”

Dia membalikkan badan “kita tidak bisa meminjam benda ini di siang hari, dengan puluhan pasang mata bertebaran. Nanti kita akan kembali lagi.”

Aku langsung bersemangat. Jadi beneran aku akan bisa berperan seperti pencuri-pencuri keren di film-film itu? Mungkin aku harus mengenakan pakaian serba hitam nanti. Aku punya legging keren berwarna hitam, tapi aku tidak punya kaos berwarna hitam. Baiklah, aku akan mampir ke mall sebentar untuk mencari outfit pencuri. Eh tunggu, bagaimana dengan topengnya? Aku tidak punya! Aku bikin saja dari kain hitam dengan bagian mata yang dilubangi, persis seperti yang dipakai Zoro. Yes! Nanti foto dulu sebelum berangkat untuk I*******m.

Ok, foto bukan ide bagus tentunya.

Oh well, cuman buat bahan arsip pribadi saja.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status