Share

37. Kotak Pandora

Semua serba putih. Plafon, tembok, tirai, lantai, entah kenapa warna putih ini membuat aku tertekan. Terlalu terang, terlalu bersih. Dingin stetoskop bersentuhan dengan kulitku, Ibu dokter yang juga berpakaian putih mendengarkan irama detak jantungku dengan seksama.

 Berkunjung ke dokter bukan menjadi sesuatu yang aku nanti-nanti, suasana putih bersih ini entah kenapa selalu sukses membikin aku depresi. Termasuk tangan si Ibu dokter yang notabene orang asing dan sekarang dengan semena-mena menekan-nekan perutku, membuatku jengah. Aku tahu dia adalah ahlinya, tapi aku benar-benar tidak mau ada tangan-tangan asing yang meraba-raba tubuhku. Kecuali tangan Airlangga.

Si Ibu dokter kembali ke arah meja kerjanya yang lagi-lagi berwarna putih, dengan serta merta aku bangkit dari tempat tidur kecil berlapis kertas panjang sekali pakai, dengan patuh duduk di seberang Ibu dokter, menunggu dia menerangkan pandangan ahlinya.

“Semua baik-baik saja,&r

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status