Share

5. Rahasia jaman ini

Pelan-pelan aku turun dari tempat tidur, dan dengan gerakan sehalus ninja aku berjingkat-jingkat ke arah pintu. Persis seperti maling, bedanya aku berada di rumahku sendiri.

Ceklek!

Duh kenapa ini kunci suaranya berisik banget, aku merutuki kunci pintu yang hanya bisa diam tak berdaya. Dengan gerakan sangat pelan aku membuka daun pintu. Treeeettt … terdengar suara pintu yang berdecit memilukan, arrrggghhh … nih pintu kenapa jadi tidak bersahabat begini! Aku mengintip dari celah pintu yang berhasil aku buka. Dia ada di sana! Aku kejapkan mata dan kukucek berulang-ulang, berharap dengan kucekan mata akan merubah keadaan.

Aku intip lagi. Dia masih ada di sana, duduk di lantai dengan kaki bersilang dan tangan di atas lutut masing-masing seperti sedang melakukan yoga. Eh yoga?

Kali ini aku berdiri di ambang pintu melupakan acara intip-mengintip. Dia duduk dengan sangat tenang, kedua mata tertutup dengan nafas naik turun yang teratur. Mungkin dia sedang meditasi, orang-orang jaman dulu sering meditasi atau bertapa gitu kan? Pikirku seolah-olah aku tahu saja kebiasaan orang jaman dulu.

“Kamu bisa ke sini kalau kamu mau.”

Aku terlonjak hampir kejedot pintu, aku pikir dia tidak melihat. Matanya masih tertutup tapi dia tahu aku ada di sini.

“Kamu masih berdiri di sana?” kali ini dia menoleh ke arahku. Mukanya terlihat segar, pasti dia mendapat beauty sleep semalam. Tapi tunggu, bantal dan selimut masih terlipat rapi di sofa. Dia tidur di mana? Di lantai?

“Kamu tidur di mana?” tanyaku sembari menunjuk bantal dan selimut yang teronggok rapi dan manis.

“Aku bermeditasi, lebih memberikan aku ketenangan,” katanya dengan suara setenang samudra tanpak ombak.

“Jadi ini bukan mimpi” gumamku lirih, memandang ke arah Mr. Airlangga yang sekarang membuka matanya. Dengan semburat sinar matahari pagi wajahnya terlihat lebih jelas, ada aura agung yang terpancar darinya. Mungkin benar dia adalah seorang Pangeran. “Ok, jadi kamu beneran Pangeran dari kerajaan Singosari yang nyasar ke tahun corona ini … ”

“Corona … apa itu?” dia memotong kalimatku.

“Corona itu virus yang bikin sejagad raja jadi nyesek. Anyway itu nggak penting sekarang, yang lebih penting adalah apakah kamu tahu bagaimana bisa kembali?” dengan asumsi dia ingin kembali ke dunianya. Dia memandangku lurus yang membuat aku agak lega, sepertinya pandangan ini berarti “I know what to do”.

“Aku sendiri belum tahu bagaimana aku bisa kembali ke jamanku.”

Arrrrgggghhhh ….

“Tapi kamu punya rencanakan, untuk bisa mendapatkan cara untuk kembali?” tanyaku memburu. Dia harus kembali ke jamannya, kalau tidak bagaimana dia bisa survive di sini? Dia

itu penduduk gelap, tidak punya KTP, tidak punya pekerjaan walaupun dari segi fisik dia cocok banget jadi bodyguard.

“Aku akan terus bermeditasi ke Shangyang Widi meminta petunjuk supaya aku bisa kembali.”

Aku mengerutkan kening, maksudnya apa bermeditasi, duduk bersila seperti tadi? Mana cukup? Hari gini mana bisa hanya duduk bersila terus kamu bisa keluar dari masalah.

“Memang tidak ada cara yang lebih konkrit?”

“Saat ini hanya itu yang bisa aku lakukan.”

Aku kurang puas dengan jawabannya, tetapi memang apa yang bisa aku lakukan juga? Aku bukan Tony stark yang super jenius dan bisa menciptakan robot dari rongsokan, masak telur ceplok aja nggak bisa.

“Ok, kita tenang dulu. Kalau kita tenang masalah pasti bisa dipecahkan,” padahal hatiku jauh dari tenang. Aku mau apakan orang ini, aku selundupkan terus-terusan di apartemenku? Gimana kalau Mas Rio tiba-tiba sidak ke sini? Baiklah, semua aku kesampingkan terlebih dahulu, sekarang ada hal lain yang lebih mendesak. Meeting dengan Mbak Dila!

*****

Aku meninggalkan Mr. Airlangga di parkiran, dia setuju untuk duduk manis di dalam mobil. setelah berdebat panjang dengan diri sendiri, aku memutuskan lebih baik dia diam di mobil dulu daripada membikin ricuh semua orang dengan baju dan celana yang dua size kekecilan itu. Setelah meeting selesai tujuan utamaku adalah mencarikan baju yang layak untuk dia. Dia akan tinggal di jaman ini untuk beberapa saat dan mempunyai pakaian yang layak adalah basic human right.

Mood Mbak Dila sangat baik pagi ini, mungkin karena awal bulan jadi baru saja gajian. Walaupun dengan posisi yang dia duduki aku tidak yakin akan ada bedanya antara awal bulan atau akhir bulan, kantong dia pasti sama tebalnya. Dia mengajukan beberapa ilustrasi cover buku, lebih tepatnya hanya menunjukkan karena pada akhirnya dia yang akan mengambil keputusan. Lagi pula aku tidak dalam mood untuk adu argumen dengan dia, aku punya masalah sendiri, rahasia yang orang seluruh dunia tidak tahu. Ya Tuhan, ini rahasia besar, aku bisa saja masuk BBC atau CNN kalau mereka tahu, jadi terkenal dan buku-bukuku bakalan jadi international best seller. Eh ngarep tetep ada.

“Jadi kita akan proceed dengan cover ini ya Lus,” kata Mbak Dila.

“Iya mbak, pilihan bagus” kataku manggut-manggut ingin cepat-cepat menyudahi meeting ini. Pikiranku tertuju ke Mr. Airlangga yang aku tinggalkan di parkiran, dalam hati aku merasa bersalah sudah meninggalkan dia sendirian, di parkiran pula.

“Ok, saya akan lanjutkan untuk proses layout supaya buku kamu bisa cepat dinikmati oleh para fans kamu,” kata mbak Dila sambil tersenyum.

Iya, biarpun aku bukan artis atau apa aku cukup punya penggemar. Para pembaca setia buku-bukuku, walaupun mereka bukan model yang berteriak-teriak ketika ketemu. Aku memang mengijinkan photo kecilku terpampang di akhir buku, para fansku biasanya mengenali diriku dari photo kecil mungil itu.

Aku berlari-lari menuju ke arah parkiran dan langsung bernafas lega menemukan Mr. Airlangga di sana, masih dengan posisi yang sama duduk di dalam mobil dengan kaca mobil yang aku buka lebar-lebar.

“Kamu nggak ke mana-mana sedari tadi?” tanyaku heran.

“Kamu meminta aku untuk menunggu di dalam sini,” katanya.

“Iya, tapi kamu juga boleh kok menunggu di luar mobil.”

Untung mobil aku parkir di bawah pohon yang cukup rindang, jadi udara lebih adem dari tempat lain yang tidak terlindung pohon.

“Ok Mister, sekarang waktu kamu mendapatkan basic human right!” kataku sembari menstater mobil.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status