Alena mengernyitkan kening. Jadi … Geovano mengajaknya ke rumah keluarganya?
Alena segera turun dan mengikuti pelayan yang menjemputnya. Bisa dilihatnya rumah mewah milik keluarga Geovano yang bahkan lebih luas dari rumah yang Geovano tinggali. Pria itu benar-benar kaya!
Alena tersenyum kaku begitu sampai di depan keluarga Geovano, sedangkan pria itu bahkan duduk santai dengan bermain ponsel.
“Menantu kita sangat cantik.”
Alena sangat kaku mendapatkan pujian dari nenek? Alena tidak yakin, tetapi melihat ke empat orang di sini wanita itu memang sudah berusia dengan rambut yang berwarna putih dan kerutan wajah yang terlihat jelas.
“Duduklah.”
Alena mengambil duduk di samping wanita ber-uban yang memberikannya isyarat. Pelukan hangat bisa dirasakan oleh Alena setelahnya, melihat senyuman ketiga orang yang terlihat tulus. Sangat berbeda dengan pria es yang duduk diujung sana.
“Siapa namamu?”
“Alena.”
Velonia, ibu Geovano tersenyum. “Nama yang cantik seperti orangnya.”
“Terimakasih, Nyonya.”
“Nyonya? Dia mertuamu, Sayang. Panggil dia ibu seperti Geovano.” Nenek Della memberikan penjelasannya, membuat Alena terasa semakin kaku berada diantara mereka.
“Geovano lupakan saja tentang Alisya. Dia mungkin punya alasan mengapa mengganti pengantin dengan Alena. Alena tidak kalah cantik dan baik. Ibu menyukainya.”
Geovano meletakkan ponselnya, menatap penuh pada Alena yang berada di dalam pelukan neneknya. Geovano tersenyum sinis.
“Orang yang ku cintai Alisya bukan dia,” tegas Geovano tanpa mencoba menyembunyikan apapun. Biarlah Alena tahu bahwa Geovano memang hanya mencintai Alisya meski telah menikah dengannya.
Hendrick, ayah Geovano mengangguk mengerti. “Untuk sekarang terserah kamu ingin mencintai siapa, tetapi jangan lupakan bahwa kamu dan Alena sudah menikah. Cinta bisa datang kapan saja, tetapi Geovano ….”
Geovano menatap ayahnya.
“Ada bagusnya ucapan ibumu. Alena baik dan cantik.”
“Baik dan cantik saja tidak cukup membuatku jatuh cinta, Ayah.”
“Benar. Memang benar bahwa baik dan cantik saja tidak bisa membuatmu langsung jatuh cinta. Akan tetapi, untuk sekarang Alisya bahkan meninggalkan dirimu saat pernikahan. Apakah dengan tindakannya yang seperti itu masih membuatmu merasa dihargai sebagai pria?”
Geovano diam.
“Asalkan kamu memperlakukan Alena dengan baik tidak jatuh cinta tidak masalah. Waktu masih panjang untuk saling mengerti. Alisya pasti juga sudah memikirkan konsekuensi dan berpikir panjang sebelum memutuskan meninggalkan dirimu.”
Velonia beralih menatap Alena yang diam saja sejak tadi. “Apakah dua hari ini Geovano memperlakukanmu dengan baik, Sayang?”
Alena melirik Geovano yang langsung mengalihkan pandangan. Ia mengangguk. “Cukup baik, Ibu.”
Velonia tersenyum. “Jika Geovano melakukan sesuatu yang membuatmu tersakiti hubungi aku. Aku akan memberinya pelajaran karena membuatmu menderita.”
Alena tersenyum tipis.
“Tolong jangan membuat Geovano tertekan, Ibu, Nenek dan Ayah. Aku juga merasa bersalah karena menggagalkan pernikahannya dengan Alisya, tetapi kami sudah setuju untuk melihat kebenarannya dulu.”
“Kalian menyelidiki Alisya?”
“Eum. Ini pilihan yang baik dan tidak akan membuat kami menyesal. Lagipula kami tidak saling mengenal, apalagi tiba-tiba menjadi pasangan. Rasanya sungguh canggung sekali, tetapi aku akan mencoba yang terbaik untuk mendukung Geovano.”
***
“Haruskah kamu mengatakan semua itu pada mereka? Menjengkelkan sekali.”
Alena mengambil duduk di ujung ranjang dan melepaskan heels-nya yang sudah membuat kakinya lecet seharian. “Jika tidak bagaimana rencanamu berhasil? Aku hanya tidak mau menyembunyikan apapun dari keluargamu. Terlebih, mereka adalah orang terbuka yang mau mendengarkan penjelasan kita.”
Geovano memijat pelipisnya. Tidak mengerti dengan pikiran Alena. “Kamu tidak melihat betapa mereka menyukaimu? Kamu ingin merebut kesempatan agar keluargaku lebih membelamu, begitu?”
Alena berjalan mendekati Geovano yang tidak tenang sejak keluar dari rumah keluarganya. “Apakah pikiranmu sungguh sedangkal ini tentangku?”
Geovano diam saja.
“Aku memang dari keluarga tidak mampu, tetapi harga diriku bahkan tidak bisa kau beli dengan mudah. Ingat satu hal, Tuan. Jika bukan karena terpaksa, aku juga tidak mau berada di sini dengan pria egois sepertimu.”
Geovano mengernyit sebelum kemudian terkekeh. “Tidak mau tetapi juga tidak pergi.”
“Aku ingin membersihkan nama ibuku dari semua tuduhanmu yang tidak berdasar.”
“Ah … sekarang kamu menyalahkanku dengan semua kejadian ini? Benar-benar wanita jalang.”
Alena menatap heran kepada Geovano. Meladeni Geovano dengan pikiran dangkal pria itu benar-benar menguras energy Alena. Gadis itu lebih baik segera menghindar daripada mereka terus beradu mulut tidak penting. Geovano benar-benar egois!
“Bertindaklah sewajarnya. Meski kamu istriku sekarang, aku tidak akan membiarkan kamu merebut posisi Alisya di depan keluargaku.”
Alena menoleh pada Geovano. “Mereka yang menyukaiku kenapa justru aku yang mendapatkan ancaman darimu?”
Geovano menarik lengan Alena dan mendorong tubuh gadis itu pada sisi tembok. Memberikan tatapan tajamnya dengan emosi yang siap meledak kapan saja.
“Aku memperingatkanmu baik-baik kali ini. Jika Alisya kembali, siap-siap saja pergi dari kehidupanku.”
Alena membuang wajahnya. Dirinya bahkan sudah tahu betul rencana seperti itu dari pikiran Geovano tanpa pria itu memperingati dirinya. Namun tetap saja rasanya sungguh menyedihkan menjadi orang yang bahkan tidak dibutuhkan oleh siapapun.
“Aku mengingatnya dengan baik.”
Geovano tersenyum sinis dan meninggalkan kamar Alena. Air mata Alena perlahan turun. Meski terlihat begitu berani di depan Geovano, nyatanya hati Alena tetap saja sakit melihat keadaan buruk yang menimpanya.
“Malang sekali nasibmu, Alena.”
***
Alena keluar dari kamar setelah Luna memanggilnya untuk turun makan malam. Tidak ada siapapun di ruang makan dan semua makanan masih utuh. Alena menoleh dan mendapati Luna, Mai dan Rose yang berdiri di belakangnya.
“Dimana tuan kalian?”
“Tuan tidak terbiasa makan bersama orang lain, Nyonya.”
Dia menghindariku atau apa?
Alena mengangguk mengerti. Ia segera makan dan tidak memperdulikan apapun. Lagipula dirinya di sini hanya menumpang dan mendapatkan pelayan yang bagus sudah lebih dari cukup untuk tetas waras akan keadaan mencekik untuknya.
“Kenapa kalian tidak pergi?”
Rose, Luna dan Mai saling pandang sebelum akhirnya Luna berbicara. “Tuan meminta kami untuk memastikan Nyonya makan dengan baik.”
Memintaku makan dengan baik dan dia menghindariku? Sungguh kekanak-kanakan!
Alena mengangguk mengerti. Segera menyelesaikan makannya. “Apakah ada wadah untuk membungkus makanan?”
Rose, Luna dan Mai saling pandang. “Untuk apa, Nyonya?”
“Berikan saja padaku.”
Mai segera mengambilkan beberapa wadah. Rose, Luna dan Mai melongo ketika Alena bahkan membungkus semua sisa makanan di meja lalu memasukkan mereka kepada tas lumayan besar.
“Aku akan pergi keluar sebentar. Jika tuan kalian mencariku katakan saja.”
Alena kemudian segera pergi, mengabaikan ketiga pelayan yang masih bingung dan menatap semua piring kotor di meja. Mereka segera memberesi meja daripada terus berpikir aneh-aneh terhadap Alena.
Sementara itu, Alena memberikan makanan pada beberapa orang yang berada di jalanan. Daripada membuang sisa makanan yang bahkan hanya dia makan beberapa lebih baik memberikan sisa masakan kepada orang lain yang lebih membutuhkan, bukan? Biarkan saja jika Geovano tidak senang asalkan Alena bisa menikmati waktunya keluar sendiri seperti saat ini.
“Nyonya keluar dari setengah jam yang lalu, Tuan.”
“Kemana dia pergi?”
“Masih marahan sama pak Geo?”Alena menoleh begitu suara Abraham terdengar mendekatinya. Ia menerima secangkir teh hangat lalu menatapnya. “Siapa yang marahan?”Abraham terkekeh. “Muka kalian itu nggak bisa disembunyikan kalau nahan sesuatu.”Alena menyesap teh-nya. Jika saja Abraham bukan rekan kerja sekaligus sepupu Geovano, betapa beruntungnya Alena karena cukup akrab dengan pria baik sepertinya. Sayangnya, meski hanyalah pernikahan abal-abal, tetapi Alena tidak mau merendahkan dirinya demi kesenangan sekilas. Ia akan menghargai keberadaan Geovano sebagaimana suami.“Aku nggak marah, cuma kecewa saja, Pak. Saya nungguin dia 3 jam lebih. Kalau bukan karena cowok asing itu yang online taksi saya juga masih di sana sampai malem.”Abraham tersenyum kecil. “Pak Geo memang terkadang kekanakan, tapi percayalah dia orangnya perhatian. Semua diperhatikan bahkan hal sepele sekalipun.”“Semua diperhatikan tapi kalau melakukan kesalahan diabaikan. Begitu?”Abraham tersedak kopinya. Mau mengata
Abraham yang diundang ikut makan dengan Alena dan Geovano merasa ada yang aneh. Alena yang lebih pendiam dengan wajah cuek, lalu Geovano dengan wajah tidak pedulinya. Sangat terlihat jelas keduanya sedang tidak baik-baik saja.Alena makan dengan cepat, lalu pergi. Mengabaikan Geovano yang melirik dan Abraham yang terlihat tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Pertengkaran antar pasangan suami istri memang sedikit ngeri-ngeri sedap.“Kamu apakan itu istrimu?” tanya Abraham kemudian karena terlanjur penasaran. Sejak kedatangannya keduanya mendadak menjadi patung dimuseum. Tidak ada yang bicara sama sekali dan fokus dengan kegiatan masing-masing.Geovano mengedikkan bahunya. “Cuma aku tinggal di supermarket tapi sudah berubah menjadi sumala.”Abraham tidak habis pikir dengan ucapan enteng Geovano. “Tolol!”Geovano tidak menyukai Abraham yang terlihat membela Alena dibandingkan dirinya. “Kalau tidak ada alasan juga tidak mungkin aku tinggalin.”Abraham geleng-geleng kepala. “Padahal ta
Geovano menghembuskan napas. “Bisakah sekali saja jangan memalukan diri sendiri?”Alena mengambil beberapa bahan masakan di tangan Geovano sembari terkekeh. “Aku nggak malu. Memang bukan style kehidupan aku buat gaya-gayaan.”Geovano lagi-lagi harus dibuat menahan kesabarannya menghadapi Alena.“Kamu mau hidup di sini sampai berapa hari lagi? Ini terlalu banyak kalau buat 3 orang.”“Masak buat pengemis jalanan.”Alena memberikan tepuk tangan kecil. “Hebat juga pemikirannya.”Geovano yang berjalan berhenti lalu berbalik. “Tunggu di kasir sekalian bawa semua. Aku ada urusan,” ujar Geovano yang memberikan semua bahan masakan di tangannya kepada Alena yang terlihat kuwalahan.Alena menggerutu karena bahan masakan yang dialihkan oleh Geovano hampir menutupi penglihatannya saking banyaknya. Sedangkan pria itu sudah pergi entah kemana.“Selain menjadi istri ternyata terlihat seperti pembantu juga kalau seperti ini.”“Saya bantu bawa boleh?”Alena hampir berjengit kaget karena seseorang datan
Geovano diam saja. Alena masih terpejam digendongannya tetapi ucapannya membuat Geovano berpikir. Apakah sejak hidup bersama, dirinya terlalu jahat kepada perempuan ini?Geovano kembali meneruskan langkahnya. membaringkan tubuh Alena dan menyelimuti gadis itu. Hotel yang lebih mirip seperti apartement versi sederhana ini hanya memiliki satu kamar dan satu ranjang. Tidak mungkin Geovano tidur bersama Alena, kan? Meskipun mereka menjadi suami istri tetapi selama ini Geovano menjaga betul batasan mereka karena tidak mau menghancurkan Alena dengan tindakan sembrono.Geovano berbaring di sofa yang ada di ruang tengah. Menunggu kabar Alisya adalah hal terbodoh yang dirinya lakukan, tetapi karena tidak mau lagi salah dalam langkahnya, alangkah lebih baik menunggu kepastian juga memantapkan hati Geovano dalam memilih nantinya.Jika kembali melihat masalalu, Alisya lebih dari apa yang ia inginkan. Bukan paras cantik saja, kebaikan, perilaku serta apapun yang ada dalam diri Alisya, Geovano men
“Abraham yang mengajukan. Kalau menurutku tidak.”Alena mengangguk. “Memang sudah aku duga sih.”Geovano mengernyit. “Duga bagaimana?”“Ya itu, kamu tidak akan setuju.”“Bukan tidak setuju, tapi aku kasih pilihan lain.”Alena menerima sodoran map. Dilihatnya map tersebut yang berisi beberapa gambar desain pakaian yang berbeda-beda.“Aku akui gambar kamu bagus. Polanya tersusun dan desainnya tidak muluk-muluk, tapi kamu baru bekerja belum ada satu minggu di perusahaan sebagai asisten Abraham. Jadi aku buat opsi lain.”Alena menatap Geovano.“Tetap jadi asisten Abraham tapi kamu juga kerja sama dengan bagian desain. Kamu bagian gambar saja, untuk urusan lain biar mereka bagian desain yang kerjakan. Paham?”“Kerja rodi kalau begitu.”Geovano memutar bolanya malas. “Kerja rodi bagaimana? Kamu jadi asisten Abraham juga tidak terlalu banyak pekerjaan. Jadi disela-sela waktu luang kamu buat gambar untuk dikerjakan bagian desain. Selain kamu hobi gambar, juga menguntungkan perusahaan.”“Gajin
“Mau mempermalukanku dengan cara apalagi, hah?!”Alena melihat penampilannya lagi. Tidak ada yang salah, kenapa Geovano pagi-pagi harus banyak ceramah seperti sapi belum diberi makan?“Apa yang salah?” tanya Alena polos.Geovano menarik baju bagian pundak Alena dan menyeretkan kembali ke kamar. Membawa gadis itu masuk ke dalam walk in closet dan mencarikannya baju yang sekiranya ‘lebih baik’.“Selain tidak tahu nama makanan mahal paling tidak harus bisa berpenampilan menarik.”Alena diam saja melihat Geovano berpindah ke tempat satu ke tempat lain untuk mengambil beberapa set baju serta tidak lupa dengan aksesorisnya. Alena bukannya tidak bisa berpenampilan menarik, dia hanya menyukai sesuatu yang simple dan menggunakan banyak aksesoris atau tas mahal hanya akan membuatnya memiliki banyak keraguan. Ragu jika saja tiba-tiba dirinya dimaling kan tidak lucu apalagi semua barang hanya di ‘sewa’ kan saja kepadanya sebelum menemui tuannya. Ya … tuan dari semua barang wanita di rumah ini ada