Share

5

Author: Ryoum ei
last update Last Updated: 2025-04-17 10:13:22

Rose menggeleng. “Saya tidak tahu kemana nyonya pergi.”

Geovano mengangguk dan meminta Rose segera pergi. Alena benar-benar selalu mencari masalah dengannya. Tidak bisakah gadis itu berdiam diri dan menikmati semua fasilitas yang ada di dalam rumahnya tanpa melakukan sesuatu yang membuat Geovano berpikir?

Geovano akan keluar saat melihat Alena memasuki ruang kerjanya. Melihat penampilan gadis itu yang hanya mengenakan pakaian kusut dan wajah tanpa make up sama sekali. Penampilan seperti itu dibuat keluar rumah? Mau mencoba menjadi pengemis jalanan?

“Kenapa kau ke sini?”

“Rose mengatakan padaku kau mencariku. Jadi, aku datang.”

Geovano memberikan intruksi untuk Alena segera keluar. Gadis itu berbalik dan melangkah pergi, tetapi ketika berada di ambang pintu ia kembali menoleh. Melihat Geovano yang menatap ke arahnya dengan satu alis terangkat.

“Maaf aku tidak bilang sebelum keluar.” Alena menutup pintu setelahnya, membuat Geovano mengernyit.

“Wanita itu benar-benar!”

Geovano kembali melihat ponselnya. Melihat foto kebersamaan dirinya dengan Alisya. Kenangan indah bertahun-tahun yang mereka jalani, kenapa mendadak tidak ada dengan hilangnya kekasihnya itu?

Geovano menghembuskan napas panjang. Pikirannya sungguh kacau sejak pernikahan dilaksanakan. Alisya tidak pernah menyembunyikan apapun darinya, tapi kenapa hari hal buruk seperti ini harus terjadi kepada mereka?

Apa Alisya menerima kritikan atau ancaman dari seseorang?

Geovano benar-benar tidak bisa berpikir dengan jelas dengan langkahnya yang perlahan keluar dari ruang kerjanya. Kaki itu melangkah pasti pada salah satu kamar yang berdekatan dengan kamarnya. Segala kecurigaan terhadap Alena adalah sesuatu yang pasti menurut Geovano.

Geovano membuka pintu kamar Alena yang tidak dikunci. Langkahnya semakin dekat dengan ranjang dimana Alena sudah tertidur. Matanya menatap lekat bagaimana wajah polos Alena yang tampak tidak terganggu dengan apapun.

Tidak mungkin Alena mengancam Alisya, kan?

Geovano mendudukkan diri di kursi menghadap Alena. Gadis itu benar-benar tidur dengan nyaman. Sedangkan Geovano bahkan tidak bisa tenang sebelum menemukan semua fakta yang tersembunyi.

Geovano merasa frustasi. Pikirannya kacau tetapi mencoba tetap tenang. Ini adalah musibah dalam sejarah kehidupan Geovano yang selama ini baik-baik saja.

Suara isakan tangis membuat Geovano melihat Alena. Gadis itu terisak dalam tidurnya.

“Ayah … ku mohon jangan tinggalkan aku.”

Ayah?          

Alena … kehilangan ayahnya?

Geovano memang menyadari bahwa saat berkunjung ke rumah Alena tidak menemukan sosok pria dewasa. Hanya ada 3 perempuan di dalam rumah kecil itu. Jadi, dimana ayah perempuan ini?

Isakan Alena semakin menyakitkan. Jemari tangan Alena juga menggenggam selimut sangat erat. Gadis itu … kenapa?

“Sstt ….”

Meski kaku, Geovano berusaha menepuk-nepuk pelan pundak Alena. Mencoba membuat Alena tidur dalam ketenangan lagi meski tidak yakin. Namun bukannya kembali tertidur, Geovano dibuat terkejut dengan Alena yang duduk dengan napas tersengal-sengal.

“Kamu … tidak apa-apa?”

Mungkin jika Alena mendengar suara Geovano saat sedang tenang akan tertawa terbahak. Apalagi wajah bingung dan sedikit berbalut takut Geovano tidak bisa disembunyikan.

Alena menutup wajahnya. Berusaha mengatur napasnya lalu kembali menatap Geovano. “Kamu mau tidur di sini?”

Geovano berdeham dan segera beranjak dari posisinya. “Aku hanya kebetulan mau mengambil senter lalu melihatmu menangis dalam tidur,” ucapnya dan berusaha mencari sesuatu di dalam nakas dan menemukan senter untuk menutupi kebohongannya.

Alena mengangguk lalu kembali berbaring. Memunggungi Geovano dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Geovano memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya gadis itu mengabaikan seorang Geovano Aldirge? Aneh! Sungguh Aneh!

Geovano segera melangkah pergi. Alena kembali membuka selimutnya dan melihat pintu yang baru saja tertutup. Gadis itu lalu mendudukkan diri. Mengusap kembali wajahnya.

“Mimpi ayah lagi. Kenapa rasanya sedih sekali?”

Alena menyibak selimut, mengambil minum lalu berdiri di depan jendela setelah membuka tirainya. Malam begitu sunyi di luar sana, begitu pula dengan hatinya yang tidak memiliki perasaan apapun saat ini.

Alena menoleh saat pintu kembali terbuka. Memperlihatkan Geovano yang berjalan mendekat.

“Kenapa tidak tidur lagi?” tanya Geovano seraya mengembalikan senter kembali di dalam nakas. Padahal itu hanya alasannya saja untuk melihat keadaan Alena. Ternyata benar dugaannya jika Alena tidak akan langsung tidur lagi.

“Aku bermimpi buruk sebelumnya. Jadi, ku pikir aku butuh menenangkan diri sebentar.”

“Tunggu sebentar.”

Alena mengernyit dengan Geovano yang langsung pergi meninggalkan kamar. Ada apalagi pria itu?

Alena kembali melihat ke luar. Hembusan napasnya terasa gusar tetapi pikirannya bahkan kosong. Alena benar-benar butuh waktu untuk memikirkan semua hal.

“Datang kemari.”

Alena menoleh. Geovano kembali datang membawa dua cangkir. Alena lantas mendekat setelah menutupi kembali tirai. “Apa itu?”

“Kopi hitam.”

Alena menerima satu cangkir yang diberikan Geovano.

“Minumlah.”

Meski ragu, Alena menurut tetapi setelahnya dirinya sungguh menyesal. Kopi itu bahkan tanpa gula!

“Kamu berniat membunuhku?!”

Geovano memutar bola matanya malas. “Rasa pahitnya akan berkurang kalau kamu meminumnya perlahan.”

Alena meletakkan cangkir di atas meja. Tidak mau tertipu lagi dengan ucapan dan ekspresi serius Geovano. “Aku tidak menyukai minuman pahit.”

Geovano mengedikkan bahu dan meminum perlahan kopinya. “Aku selalu minum kopi hitam saat tidak bisa tidur.”

“Justru kopi hitam akan mmebuatmu terjaga sepanjang malam.”

Geovano mengangguk. “Benar, tetapi setidaknya hatiku tidak resah.”

“Hati resah karena pikiran, Tuan Aldirge.” Alena memperjelas.

“Benarkah?”

Alena melihat penampilan Geovano yang masih mengenakan pakaian kerja. “Ah … atau kamu sengaja membuatkanku kopi hitam untuk menemani dirimu bekerja sepanjang malam, begitu?”

Geovano melihat dirinya sendiri. “Kamu punya kepercayaan sangat tinggi. Sayang sekali niat baikku malah mendapatkan balasan di luar nalar.”

Geovano beranjak dari duduknya, tidak lupa membawa kembali dua cangkir kopi. Alena … gadis itu benar-benar tidak tahu terimakasih. Bukankah harusnya dia berterimakasih kepada Geovano karena berusaha membuatnya tenang setelah mengalami mimpi buruk?

                                                                     ***           

Geovano kembali membuka kaca mobil untuk memastikan apa yang dia lihat. Alena … gadis itu menyiram tanaman? Untuk apa?

Geovano memanggil Mai yang akan melewati mobil. “Kenapa kamu membiarkannya melakukan pekerjaanmu?”

Mai menunduk. “Nyonya yang memaksa, Tuan. Maafkan saya.”

“Panggilkan wanita itu.”

Mai segera mendekati Alena dan memberitahukan apa yang terjadi. Alena menoleh dan benar saja, Geovano belum pergi sebelum dirinya datang. Pria itu kenapa selalu mempermasalahkan hal tidak penting?

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”

“Untuk apa kamu melakukan hal-hal seperti itu? Kamu lupa kamu NYONYA BESAR di rumah ini?”

Alena memejamkan mata mendengar peringatan Geovano. “Daripada aku bingung harus melakukan apa lebih baik membantu para pelayan, bukan?”

“Dimana harga dirimu?”

“Kenapa malah membahas harga diri? Aku tidak melakukan sesuatu yang membuatku malu. Kamu kenapa?”

Geovano menghembuskan napas kasar. Alena ini pura-pura tidak tahu atau bagaimana. Bukankah status Nyonya rumah sudah membuktikan bahwa gadis itu harus lebih memperhatikan kegiatannya? Untuk apa menyiram tanaman? Para pelayan juga sudah memiliki jadwalnya sendiri.

“Mai!”         

Mai segera mendekati majikannya. “Ya, Tuan?”

“Jangan biarkan nyonya melakukan pekerjaan kalian lagi atau kalian yang akan tahu akibatnya,” peringat Geovano.

“Baik, Tuan.”

Mai pergi setelah Geovano memberikan isyarat. Sedangkan Alena memutar bola mata.

“Jika aku melihatmu melakukan pekerjaan rumah lagi, aku tidak segan-segan menghukum para pelayan yang membiarkanmu.”

“Maka izinkan aku bekerja dan melakukan apapun di luar.”

“Kamu mau mempermalukanku dan keluarga Aldirge?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   21

    Geovano tidak langsung pergi ke rumah Alena. Ia mulai menyadari bahwa Alena tidak kekanakan seperti dirinya dan mengadukan perbuatannya kepada keluarganya juga tidak akan membantu apapun. Namun kemana Alena bisa pergi dalam keadaan sakit dan sendirian?Mobil Geovano terhenti melihat sebuah kerumunan di jalan. Meski ragu untuk melihat, tetapi kakinya lebih dulu melangkah dengan pandangan fokus melihat ke depan. Memastikan bahwa pikiran buruk sesaatnya bukan kenyataan.Geovano menghembuskan napas panjang setelah pikiran buruknya terhempas, tepat dengan seseorang menepuk pundaknya.“Kenapa di sini?”Pertanyaan itu muncul dari bibir pucat Alena yang mententeng satu kresek makanan. Membuat Geovano lega karena Alena masih baik-baik saja dan ada di depannya. Sedangkan Alena bingung dengan ekspresi tidak terbaca Geovano yang menatapnya.“Kamu sakit. Kenapa malah kelayapan?”Alena menaikkan kresek yang ia bawa lalu memperlihatkan isinya.“Kamu bisa minta tolong sama orang di rumah. Nggak perlu

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   20

    Suasana menjadi canggung setelah Geovano mengungkapkan semuanya. Alena mulai tenang tetapi hati serta pikirannya masih begitu berisik. Menjalani kehidupan seperti ini, bukankah tidak mudah? Setiap ingin melakukan apapun merasa ragu jika saja salah?Geovano kembali menyuapi Alena dalam diam. Ia juga menyadari kekeliruan dalam hubungan singat ini, tetapi mau bagaimana lagi. Semua butuh membiasakan diri sebelum akhirnya menjadi terbiasa, bukan? Jika bukan keinginan setidaknya harus ada sedikit pemaksaan untuk memulai.Geovano keluar setelah Alena menyelesaikan makannya. Sedangkan Alena tersenyum getir. Bukan maksud dirinya ingin memiliki Geovano seutuhnya, tetapi tidak dianggap adalah hal yang mengganggu benaknya. Meski status istri sah ada padanya, tetapi apa gunanya semua itu jika sang pemilik hati bahkan tidak pernah mengharap akan hadirnya?Alena terkekeh. Menertawakan dirinya yang tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk membela harga dirinya seolah sudah lenyap dalam kegelapan tan

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   19

    “Hei … makan dulu.”Geovano menepuk pelan pundak Alena yang masih terasa hangat. Meski sedikit tidak tega karena mengganggu istirahat Alena, Geovano tetap tidak mau membiarkan gadis itu seperti ini.Alena menatap Geovano yang begitu teliti menyiapkan suapan untuknya. Faktanya, Geovano juga sama seperti dirinya. Berusaha menerima karena permulaan kisah yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Hanya saja, Geovano pandai menutupinya dengan segala sikap dinginnya yang berubah-ubah dan Alena yang kurang mengerti akan hal tersebut.“Aku nyusahin kamu, ya?”Geovano mengernyit. “Kenapa bilang seperti itu?”Alena menatap Geovano intens. Sedangkan yang ditatap sibuk dengan makanan di tangannya. “Aku nggak sengaja dengar pembicaraan kamu sama ibu tadi.”Geovano diam. Bukan karena merasa tersudutkan karena Alena tahu apa yang ia sembunyikan, tetapi lebih seperti … kenapa Alena ke luar kamar saat tubuhnya bahkan sangat lemas.“Lalu?” tanya Geovano seraya kembali menyuapi Alena, tetapi tangannya d

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   18

    Jika tubuh Alena sehat pasti itu mulut sudah ia sumpal dengan apapun. Bagaimana bisa Geovano berpikir dirinya hamil saat mereka bahkan tidak pernah melakukan apapun?“Kamu mending keluar dan istirahat sana. Jangan ganggu aku.”“Memang tidak tahu terimakasih.”Geovano bukannya segera pergi tetapi justru ikut berbaring di ranjang. Tidak lupa menyelimuti tubuhnya dengan satu selimut yang sama dengan Alena. Pria itu juga begitu perhatian dengan Alena yang sakit, seolah mengabaikan bahwa keduanya masih ada batasan yang Geovano buat sejak awal.Alena termenung saat Geovano begitu teliti merawatnya. Tanpa disadari oleh Geovano, tatapannya bertemu dengan mata yang menahan kesedihan. Tidak berucap, tetapi sorot mata itu sudah memberikan semua kenyataan menyakitkan yang sedang dihadapi.“Maaf untuk yang kemarin.” Mulut lancang Geovano berucap, tapi kali ini karena ada niat dalam dirinya. Dia tidak ingin menyakiti Alena, tetapi untuk beberapa keegoisan, Geovano masih saja melakukannya.Alena ber

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   17

    Bukannya menjawab, Alena justru masuk mobil dibagian penumpang. Memasang sealbelt dan mengalihkan pandangan ke luar jendela. Geovano yang melihat tindakan Alena merasa frustasi.“Kamu pikir aku sopir?”Tidak ada balasan apapun. Geovano semakin geram dibuatnya. Ia segera melajukan mobilnya dengan cepat. Akan Geovano tunjukkan bahwa tindakan Alena yang mengabaikan Geovano adalah pilihan yang salah.Alena merasa mual. Mobil melaju begitu cepat. Geovano mahir mengemudi dan Alena menyadari bahwa pria itu sengaja melakukannya. Jika tidak dalam suasan hati yang bagus, Alena sudah akan membalas perbuatan pria itu meski tidak tahu kalah atau menang. Sialan!“Bagaimana? Masih berpikir bisa melakukan apapun sesukamu, Nyonya Aldirge?”“Kekanakan.”Darah Geovano semakin mendidih dengan hinaan Alena. Bisa-bisanya gadis itu!Sial … kenapa Geovano juga semarah ini? Alena juga tidak terlalu penting dikehidupannya.Geovano berusaha menenangkan dirinya. Jika terus mengedepankan emosinya, ucapan Alena be

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   16

    “Masih marahan sama pak Geo?”Alena menoleh begitu suara Abraham terdengar mendekatinya. Ia menerima secangkir teh hangat lalu menatapnya. “Siapa yang marahan?”Abraham terkekeh. “Muka kalian itu nggak bisa disembunyikan kalau nahan sesuatu.”Alena menyesap teh-nya. Jika saja Abraham bukan rekan kerja sekaligus sepupu Geovano, betapa beruntungnya Alena karena cukup akrab dengan pria baik sepertinya. Sayangnya, meski hanyalah pernikahan abal-abal, tetapi Alena tidak mau merendahkan dirinya demi kesenangan sekilas. Ia akan menghargai keberadaan Geovano sebagaimana suami.“Aku nggak marah, cuma kecewa saja, Pak. Saya nungguin dia 3 jam lebih. Kalau bukan karena cowok asing itu yang online taksi saya juga masih di sana sampai malem.”Abraham tersenyum kecil. “Pak Geo memang terkadang kekanakan, tapi percayalah dia orangnya perhatian. Semua diperhatikan bahkan hal sepele sekalipun.”“Semua diperhatikan tapi kalau melakukan kesalahan diabaikan. Begitu?”Abraham tersedak kopinya. Mau mengata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status