Share

3

Author: Ryoum ei
last update Last Updated: 2025-04-17 10:09:35

“Ibu, kemana kakak? Dia belum kembali sejak kemarin.”

Danastri, perempuan berusia 45 tahun itu mengambilkan sepotong paha ayam ke piring Freya sembari berujar, “Kakakmu mungkin tidak kembali. Makanlah. Ibu sudah berusaha menghubunginya tapi tidak kunjung dijawab.”

Freya sedikit tidak percaya tapi ia mengangguk mengerti. Pikirnya, mungkin saudaranya itu tengah sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak bisa pulang. “Kakak mungkin sibuk.”

Danastri tersenyum kecil dan kembali dengan makanannya. Mencoba mengabaikan pertanyaan Freya yang membuatnya juga khawatir akan sesuatu, namun pilihannya sudah bulat dan ia harus mengabaikan apapun yang terjadi.

Suara ketukan pintu membuat Danastri dan Freya saling pandang. Kerutan pada kening keduanya jelas mengatakan kebingungan. Siapa yang datang dipagi buta?

“Temanmu?”

Freya menggeleng. “Hari ini sekolah libur dan tidak ada tugas. Tidak mungkin temanku berkunjung apalagi sepagi ini, kan?”

Jawaban Freya membuat Danastri mulai bimbang dengan siapa tamu yang datang. Tidak mungkin Alena kembali, kan?

“Aku akan membuka pintunya.”

Danastri tidak bisa mencegah Freya yang lebih dulu berjalan pergi sebelum sempat ia cegah. Danastri menghembuskan napas berat berharap yang datang bukanlah Alena atau perempuan itu.

“Kakak!”

Danastri memejamkan matanya dalam. Ia belum siap memberitahu apapun kepada Alena dan kenapa anak itu pulang sepagi ini? apakah keluarga mempelai pria membuat anaknya tersiksa?

“Dimana, Ibu?’ tanya Alena lembut dan merapikan rambut Freya yang sedikit berantakan. Tetapi bukannya menjawab, Freya terus menatap sosok di belakang Alena yang seolah tidak peduli dengan keberadaannya.

“Kakak … siapa dia?”

Alena tersenyum kecil. “Dia-”

“Kakakmu dijual padaku.”

Freya membulatkan mata mendengar jawaban pria tersebut serta Alena yang berusaha tetap tenang dengan sahutan Geovan. Bisa-bisanya pria itu!

“Jangan dengarkan dia. Ayo masuk dulu.”

Alena menarik lengan Freya untuk masuk ke dalam rumah. Mengabaikan Geovano yang mengikuti mereka dengan mata mengedar melihat rumah kecil Alena yang bahkan tidak sebanding dengan rumah yang ia miliki. Sungguh perbedaan yang menakjubkan.

Alena mendapati Danastri yang duduk di ruang makan tanpa mau menoleh sedikitpun padanya. Melihat raut wajah ibunya membuat Alena tahu bahwa ibunya juga terpaksa melakukan ini padanya, meski Alena tidak tahu keuntungan apa yang diterima oleh ibunya, tetapi Alena yakin ibunya telah memikirkan semuanya.

Alena kecewa tetapi tidak menyalahkan ibunya.

“Ibu, kakak sudah pulang.” Freya memberitahu dengan senyuman lebar sembari kembali duduk di kursinya. Mempersilakan Alena dan juga pria asing untuk ikut duduk.

Geovano menatap meja kecil yang digunakan untuk makan. Kursi tampak usang dan beberapa perabotan yang tergeletak di atas meja lain. Meski merasakan perbedaan yang luar biasa, tetapi Geovano berusaha tetap tenang. Rumah Alena sungguh tidak pantas dihuni.

“Freya kakak minta tolong kamu makan di dalam kamar, boleh?”

Freya menatap heran tetapi kemudian mengangguk dan segera pergi dengan membawa piring makannya. Alih-alih memusatkan perhatiannya kepada Alena, Danastri justru juga ingin pergi.

“Ibu.”

Danastri menahan tangis mendengar Alena memanggilnya. “Kamu boleh kecewa atau bahkan marah sama Ibu. Ibu tidak akan melarang karena ini memang kesalahan yang Ibu perbuat.”

Geovano terkekeh. “Sudah tahu salah juga merugikan saya.”

Danastri menundukkan pandangan. “Maaf.”

“Kamu pikir dengan maaf semua masalah saya selesai? Dimana Alisya?”

Alena sedih melihat ibunya tersudutkan, tetapi ia juga tidak berhak melarang Geovano yang memang dirugikan dalam masalah ini. Bagaimanapun juga, Alena sudah menyetujui untuk bekerja sama dengan Geovano untuk mengusut masalah Alisya.

Danastri menggeleng. “Saya tidak tahu dimana perempuan itu. Saya hanya bertemu sekali dan tidak ada komunikasi sama sekali.”

Geovano tertawa. “Kamu pikir bisa membodohi saya? Saya bisa menuntut keluarga kamu karena melakukan penipuan.”

Alena menatap Geovano yang mengancam ibunya.

“Saya sungguh tidak tahu dimana perempuan itu. Saya tidak berbohong.”

Danastri beranjak dan memberikan ponsel sekaligus amplop dengan isi uang di dalamnya. Memberikannya kepada Geovano untuk diperiksa.

Geovano segera mengecek ponsel dan tidak menemukan nomor apapun. “Dimana kamu bertemu dengan Alisya?”

Danastri menatap Alena, merasa bersalah dengan anaknya. “Di hotel starlight.”

Itu hotel yang dirinya gunakan untuk melakukan pernikahan.

Geovano menghembuskan napas panjang lalu beranjak. Berjalan keluar tanap memperdulikan Alena yang masih berdiam diri menatap Danastri.

“Ibu.”

Danastri tidak bisa menahan air matanya. “Maafkan Ibu, ya? Ibu janji tidak akan mengulangi kesalahan lagi.”

Alena memeluk ibunya. Keluarganya memang miskin setelah ditinggalkan oleh ayahnya yang meninggalkan banyak hutang, apalagi Freya juga memiliki penyakit yang membutuhkan biaya banyak.

“Jaga diri baik-baik sama Freya, ya? Alena akan berusaha membantu.”

Danastri mengangguk. “Kamu juga jaga diri. Kalau ada yang menyakiti kamu bilang saja sama Ibu.”

“Mereka baik, Ibu. Tapi keberadaan Alena yang salah dan membuat mereka kecewa.”

“Maafkan, Ibu.”

“Sudah tidak apa-apa. Alena bisa mengerti posisi Ibu juga sulit. Alena akan berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik dan membantu ekonomi keluarga kita, ya?”

***

“Kenapa kamu mengancam ibuku?”                                           

Geovano melirik Alena yang baru saja masuk ke dalam mobil setelah cukup lama pria itu menanti. “Kamu pikir dengan bicara baik-baik wanita itu akan mengerti?”

Alena menatap tidak suka bagaimana Geovano merendahkan ibunya. “Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan ibuku berhubungan dengan Alisya, tetapi tidak juga menggunakan kekerasan, bukan?”

“Kekerasan?” tanya Geovano menatap murka pada Alena. “Ibumu yang menyetujui dan menggantikanmu ke pernikahanku. Dimana letak aku melakukan kekerasan padanya? Dia masih baik-baik saja dan menerima uang yang tidak seberapa.”

“Tuan aku tahu kamu kecewa. Lagipula kita masih harus menyelidiki semuanya. Ibuku sudah mengatakan bahwa dia tidak berkomunikasi dengan Alisya dan hanya bertemu satu kali. Bagaimana kamu langsung meng-klaim kalau hanya ibuku yang bersalah?”

Geovano menarik rahang Alena, membuat gadis itu meringis. “Jelas-jelas ibumu juga bersalah. Kenapa kamu membela orang yang bahkan menjerumuskan dirimu pada hal yang tidak kamu sukai?”

Geovano tertawa menyadari sesuatu. “Ah … atau memang ini rencanamu menggagalkan pernikahanku? Kamu ingin menikahi pria kaya untuk membuat keluargamu hidup layak?”

Alena mengerutkan kening. Sungguh tidak mengerti isi pikiran Geovano yang semakin merendahkan dirinya. Ia melepaskan tangan Geovano paksa. “Jikapun ingin aku tidak akan memilih pria sepertimu, Tuan.”

Jemarin Geovano mencengkeram. Bisa dilihatnya Alena tidak peduli dan lebih memilih melihat ke depan. Geovano segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Membuat Alena berusaha kerasa menahan ketakutannya.

Geovano segera keluar dari mobil, berjalan masuk ke dalam ruamh mewah dengan dua orang yang menjaga pintu. Alena menghembuskan napas panjang. Jika tidak karena terpaksa, Alena sudah pergi dari kehidupan Geovano dan tidak peduli dengan apapun. Sayangnya mereka sudah terlanjur menikah.

Meskipun hanya formalitas, tetap saja jika berpisah Alena akan berubah status menjadi janda.

Tok! Tok! Tok!

Alena menoleh ketika kaca mobil diketuk. Ia menurunkan kaca mobil dan melihat satu pelayan yang tersenyum begitu melihatnya.

“Nyonya besar meminta Anda segera masuk dan menyapa keluarga, Nona.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   21

    Geovano tidak langsung pergi ke rumah Alena. Ia mulai menyadari bahwa Alena tidak kekanakan seperti dirinya dan mengadukan perbuatannya kepada keluarganya juga tidak akan membantu apapun. Namun kemana Alena bisa pergi dalam keadaan sakit dan sendirian?Mobil Geovano terhenti melihat sebuah kerumunan di jalan. Meski ragu untuk melihat, tetapi kakinya lebih dulu melangkah dengan pandangan fokus melihat ke depan. Memastikan bahwa pikiran buruk sesaatnya bukan kenyataan.Geovano menghembuskan napas panjang setelah pikiran buruknya terhempas, tepat dengan seseorang menepuk pundaknya.“Kenapa di sini?”Pertanyaan itu muncul dari bibir pucat Alena yang mententeng satu kresek makanan. Membuat Geovano lega karena Alena masih baik-baik saja dan ada di depannya. Sedangkan Alena bingung dengan ekspresi tidak terbaca Geovano yang menatapnya.“Kamu sakit. Kenapa malah kelayapan?”Alena menaikkan kresek yang ia bawa lalu memperlihatkan isinya.“Kamu bisa minta tolong sama orang di rumah. Nggak perlu

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   20

    Suasana menjadi canggung setelah Geovano mengungkapkan semuanya. Alena mulai tenang tetapi hati serta pikirannya masih begitu berisik. Menjalani kehidupan seperti ini, bukankah tidak mudah? Setiap ingin melakukan apapun merasa ragu jika saja salah?Geovano kembali menyuapi Alena dalam diam. Ia juga menyadari kekeliruan dalam hubungan singat ini, tetapi mau bagaimana lagi. Semua butuh membiasakan diri sebelum akhirnya menjadi terbiasa, bukan? Jika bukan keinginan setidaknya harus ada sedikit pemaksaan untuk memulai.Geovano keluar setelah Alena menyelesaikan makannya. Sedangkan Alena tersenyum getir. Bukan maksud dirinya ingin memiliki Geovano seutuhnya, tetapi tidak dianggap adalah hal yang mengganggu benaknya. Meski status istri sah ada padanya, tetapi apa gunanya semua itu jika sang pemilik hati bahkan tidak pernah mengharap akan hadirnya?Alena terkekeh. Menertawakan dirinya yang tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk membela harga dirinya seolah sudah lenyap dalam kegelapan tan

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   19

    “Hei … makan dulu.”Geovano menepuk pelan pundak Alena yang masih terasa hangat. Meski sedikit tidak tega karena mengganggu istirahat Alena, Geovano tetap tidak mau membiarkan gadis itu seperti ini.Alena menatap Geovano yang begitu teliti menyiapkan suapan untuknya. Faktanya, Geovano juga sama seperti dirinya. Berusaha menerima karena permulaan kisah yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Hanya saja, Geovano pandai menutupinya dengan segala sikap dinginnya yang berubah-ubah dan Alena yang kurang mengerti akan hal tersebut.“Aku nyusahin kamu, ya?”Geovano mengernyit. “Kenapa bilang seperti itu?”Alena menatap Geovano intens. Sedangkan yang ditatap sibuk dengan makanan di tangannya. “Aku nggak sengaja dengar pembicaraan kamu sama ibu tadi.”Geovano diam. Bukan karena merasa tersudutkan karena Alena tahu apa yang ia sembunyikan, tetapi lebih seperti … kenapa Alena ke luar kamar saat tubuhnya bahkan sangat lemas.“Lalu?” tanya Geovano seraya kembali menyuapi Alena, tetapi tangannya d

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   18

    Jika tubuh Alena sehat pasti itu mulut sudah ia sumpal dengan apapun. Bagaimana bisa Geovano berpikir dirinya hamil saat mereka bahkan tidak pernah melakukan apapun?“Kamu mending keluar dan istirahat sana. Jangan ganggu aku.”“Memang tidak tahu terimakasih.”Geovano bukannya segera pergi tetapi justru ikut berbaring di ranjang. Tidak lupa menyelimuti tubuhnya dengan satu selimut yang sama dengan Alena. Pria itu juga begitu perhatian dengan Alena yang sakit, seolah mengabaikan bahwa keduanya masih ada batasan yang Geovano buat sejak awal.Alena termenung saat Geovano begitu teliti merawatnya. Tanpa disadari oleh Geovano, tatapannya bertemu dengan mata yang menahan kesedihan. Tidak berucap, tetapi sorot mata itu sudah memberikan semua kenyataan menyakitkan yang sedang dihadapi.“Maaf untuk yang kemarin.” Mulut lancang Geovano berucap, tapi kali ini karena ada niat dalam dirinya. Dia tidak ingin menyakiti Alena, tetapi untuk beberapa keegoisan, Geovano masih saja melakukannya.Alena ber

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   17

    Bukannya menjawab, Alena justru masuk mobil dibagian penumpang. Memasang sealbelt dan mengalihkan pandangan ke luar jendela. Geovano yang melihat tindakan Alena merasa frustasi.“Kamu pikir aku sopir?”Tidak ada balasan apapun. Geovano semakin geram dibuatnya. Ia segera melajukan mobilnya dengan cepat. Akan Geovano tunjukkan bahwa tindakan Alena yang mengabaikan Geovano adalah pilihan yang salah.Alena merasa mual. Mobil melaju begitu cepat. Geovano mahir mengemudi dan Alena menyadari bahwa pria itu sengaja melakukannya. Jika tidak dalam suasan hati yang bagus, Alena sudah akan membalas perbuatan pria itu meski tidak tahu kalah atau menang. Sialan!“Bagaimana? Masih berpikir bisa melakukan apapun sesukamu, Nyonya Aldirge?”“Kekanakan.”Darah Geovano semakin mendidih dengan hinaan Alena. Bisa-bisanya gadis itu!Sial … kenapa Geovano juga semarah ini? Alena juga tidak terlalu penting dikehidupannya.Geovano berusaha menenangkan dirinya. Jika terus mengedepankan emosinya, ucapan Alena be

  • Mr. Aldirge Replacement Bride   16

    “Masih marahan sama pak Geo?”Alena menoleh begitu suara Abraham terdengar mendekatinya. Ia menerima secangkir teh hangat lalu menatapnya. “Siapa yang marahan?”Abraham terkekeh. “Muka kalian itu nggak bisa disembunyikan kalau nahan sesuatu.”Alena menyesap teh-nya. Jika saja Abraham bukan rekan kerja sekaligus sepupu Geovano, betapa beruntungnya Alena karena cukup akrab dengan pria baik sepertinya. Sayangnya, meski hanyalah pernikahan abal-abal, tetapi Alena tidak mau merendahkan dirinya demi kesenangan sekilas. Ia akan menghargai keberadaan Geovano sebagaimana suami.“Aku nggak marah, cuma kecewa saja, Pak. Saya nungguin dia 3 jam lebih. Kalau bukan karena cowok asing itu yang online taksi saya juga masih di sana sampai malem.”Abraham tersenyum kecil. “Pak Geo memang terkadang kekanakan, tapi percayalah dia orangnya perhatian. Semua diperhatikan bahkan hal sepele sekalipun.”“Semua diperhatikan tapi kalau melakukan kesalahan diabaikan. Begitu?”Abraham tersedak kopinya. Mau mengata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status