Share

3. Rencana

Sherly menghembuskan napasnya begitu masuk ke dalam mobilnya. Ia sedikit menahan tawanya setiap teringat kejadian yang dialaminya tadi.

Entah mengapa pasien yang ditolongnya itu menurutnya tampak begitu menggemaskan di matanya, karena tak bisa menahan buang anginnya.

Memang Sherly tidak dapat melihat jelas wajahnya. Tapi poni yang biasa menutupi matanya tadi sedikit tersibak sehingga Sherly dapat mencuri-curi mengamati wajahnya saat berbincang dengan Dokter Chris tadi.

Wajah pria itu menurut Sherly cukup menarik. Walau semalam ia sangat kesakitan, tetapi jelas terdengar bahwa ia memiliki suara yang cukup dalam dan berat.

Sherly masih dapat mengingat suara rintihan dan minta tolongnya saat Sherly menemukan pria itu di atas tangga. Suara serak maskulin yang seksi.

Seksi?! ... Oh My God Sherly!

Bisa-bisanya dirinya berkhayal tentang pria yang sedang terbaring lemah di rumah sakit.

Kendalikanlah dirimu! Kau seharusnya bersimpati padanya! 

Suara hatinya berkecamuk memikirkan pria itu. Pria kumal yang dianggapnya pemulung itu rupanya telah menarik perhatian Sherly.

****

"Sebaiknya kau memberi alasan yang tepat kali ini," Nick mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan tidak sabaran.

"Bukankah aku sudah meneleponmu tadi? aku sudah minta izin akan terlambat."

"Kau tidak minta izin. Kau hanya memberitahuku bahwa kau akan terlambat datang tanpa memberikan alasannya."

"Aku mengantarkan seorang ... ng anak terlantar ke rumah sakit tadi malam. Karena orang tuanya sangat sibuk bekerja, jadi pagi tadi aku mampir untuk melihatnya. Itu saja"

Nick menimbang-nimbang penjelasan Sherly sambil menatapnya tajam.

"La ... lagipula aku mempertimbangkan jadwalmu juga. Aku tidak mungkin akan meminta izin jika tahu pagi ini kau ada meeting dengan klien. Dan Bos ... aku sudah menyelesaikan pekerjaan yang sempat menumpuk kemarin." Sherly sedang membujuk Nick secara halus agar tidak kesal lagi padanya.

Nick mengamati wajah gadis itu lagi.

Jadi karena itu pagi ini ia terlihat sedikit lelah dan ada kantung mata yang menggelap di sana? Batin Nick.

"Ya ... oke. Berikan semua yang sudah kau selesaikan semalam. Aku akan memeriksanya. Jika tidak ada pertemuan lagi sore nanti, kau bisa langsung pulang untuk beristirahat. Aku bahkan bisa melihat kantung matamu dalam radius 100 meter!"

Sherly memutar kedua bola matanya. "Oke ... itu berlebihan. Tapi, terima kasih Bos!" ucapnya girang.

*****

"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" tanya Chris

"Entahlah, mengerjakan pekerjaanku seperti sebelumnya aku rasa,"

Chris melotot sambil melemparkan kulit jeruk pada sahabatnya itu, "Aku yang akan datang sendiri dan membunuhmu dengan pisau bedahku jika kau berani-beraninya menggerakkan tubuhmu itu!"

"Cerewet sekali ... " gumam Dean

"Kau tahu tidak, kau sudah terlalu banyak menggunakan tubuhmu itu! Dengan keadaanmu yang sekarang kau akan mati tiba-tiba jika tidak mematuhiku. Luka operasimu setidaknya membutuhkan waktu pemulihan 4 minggu, dan luka sayatan di perutmu membutuhkan waktu 6 minggu!" jelas Chris.

Dean memicingkan matanya. Entah mengapa ia merasa Chris sedang menipunya. "Apa kau yakin kau tidak sedang membohongiku?" selidiknya.

"Ya ... tentu saja. Aku doktermu, aku yang tahu kondisimu. Walau kau aku operasi menggunakan prosedur Laparoskopi, tetapi waktu pemulihan yang kau butuhkan hampir sama dengan operasi metode bedah terbuka. Kau memerlukan waktu untuk pulih lebih lama mengingat semua riwayat kesehatan yang rata-rata hampir mengancam nyawamu itu! Ck! ... kau dan pekerjaan sialanmu itu!" umpat Chris

"Hentikan ocehanmu ... kau sudah berlagak seperti seorang istri yang cerewet"

"Aku akan jauh lebih cerewet dan mematikan dibanding istri yang akan kau miliki besok!" balas Chris. Dean hanya menggeleng

"Apa kau sudah menghubungi gadis yang menyelamatkanmu?" Chris mengupas jeruk lagi dan langsung melahapnya.

"Tidak, aku tidak akan menghubunginya ... lebih baik dia tidak usah berhubungan dengan pria sepertiku dan ... "

"Grekkkk ...!!!" Pintu kamar tiba-tiba terbuka.

"Hai, selamat sore!" gadis yang baru saja mereka bicarakan sudah muncul di ambang pintu.

Chris tersedak karena terkejut. Ia meloncat turun dari sisi ranjang Dean. Terbatuk-batuk dan segera melempar sisa jeruk yang ada di tangannya. Sedang Dean tidak sempat lagi untuk berpura-pura tidur karena gadis itu sudah melihatnya tadi.

"Hai ... halo, selamat sore Nona Sherly" sapa Chris kembali formal dan sedikit canggung.

Sherly perlahan-lahan berjalan memasuki ruangan. Ia tersenyum simpul, menatap Dean yang dilihatnya sedang bersandar setengah duduk di atas ranjangnya. Dean sedikit memalingkan mukanya karena gugup.

"Apa kau baik-baik saja, Tuan ...?" tanya Sherly hati-hati.

"Dean" jawab Dean singkat. "Aku baik-baik saja, terima kasih"

Sherly tersenyum lega. Dia meletakkan sekeranjang buah yang di bawanya lagi.

"Aku harap kau cepat pulih, Tuan..."

"Panggil Dean saja," potong Dean.

"Yah, baiklah ... Dean." Sherly sedikit tersenyum kikuk.

Chris memicingkan matanya, menatap tajam Dean. Ia seolah sedang memperingatkan sikap Dean yang dirasanya kurang bersahabat.

"Tidak perlu khawatir Nona Sherly, ia sudah membaik. Hasil operasinya juga bagus. Ia hanya perlu mengkonsumsi makanan bergizi, tidak melakukan beban dan aktivitas berat selama masa pemulihannya yang bisa berlangsung sekitar 6 minggu untuk benar-benar kembali sehat." terang Chris

"Oh benarkah? Lalu Dean, dimanakah tempat tinggalmu?" tanya Sherly. Dean melirik Chris sekilas.

"Sama seperti tempatmu tinggal," jawab Chris. Dean melotot ke arahnya saat Sherly tak memperhatikannya.

"Benarkah?! Jadi kau adalah tetanggaku?!" tanya Sherly tak percaya. "Di unit berapa kau tinggal?"

Dean berdehem, tampak sedikit enggan menjawab "Aku tidak akan tinggal di sana lagi ... " ucapnya kemudian.

"Kenapa?" tanya Sherly terkejut.

"Itu ... karena ..." Dean dengan kikuk berdehem lagi.

Mata Sherly tiba-tiba membulat, "Apa karena kau diusir dari sana? Kudengar nyonya pemilik apartemen kita adalah orang yang ketat dalam hal pembayaran sewa. Kita bebas melakukan apa saja asal sewa selalu terbayarkan tepat waktu. Benarkah begitu??!" tebak Sherly.

"Ya itu benar!" jawab Chris cepat. "Pasti berat baginya harus pindah dalam keadaan seperti sekarang ini. Ia perlu pemulihan dan waktu yang cukup untuk kesembuhannya pasca operasi." Chris memasang wajah seolah bersimpati dan menyayangkan hal itu.

"Andai ia memiliki tempat yang nyaman untuknya sampai lukanya pulih ... mungkin Anda bisa memberinya saran atau informasi di mana Tuan Dean bisa mendapatkan tempat tinggal, Nona?"

Wajah Sherly berubah cemas. Ia berpikir dalam kondisi seperti sekarang ini, Dean masih harus memikirkan dimana ia akan tinggal sementara dirinya juga harus fokus untuk pemulihan lukanya. Dan pria malang itu sedang tidak memiliki uang atau apa pun saat ini!

"Tinggallah denganku!" usul Sherly cepat.

Dean dan Chris sama-sama terbelalak.

"Ti ... tidak perlu sampai begitu, aku bisa ..." Dean tergagap.

"Aku setuju!" seru Chris tiba-tiba. "Mohon bantuannya, Nona. Ia hanya perlu tempat yang nyaman untuk masa pemulihannya. Ia tidak boleh melakukan kegiatan berat yang akan memperburuk lukanya. Bukankah terlalu beresiko jika dirinya harus kesana-kesini untuk pindah mencari tempat tinggal baru?"

"I ... iya benar ..." jawab Sherly terkejut karena Chris tampak begitu bersemangat.

"Apa tidak apa-apa memasukkan orang asing untuk tinggal di apartemenmu?" tanya Chris lagi.

"Aku rasa tidak masalah, karena setahuku tidak ada peraturan yang melarang bahwa kita tidak boleh memiliki teman sekamar. Lagipula aku memiliki dua kamar di sana."

Dan ia sepertinya orang baik, aku tidak keberatan memiliki teman sekamar yang menggemaskan sepertinya ... Batin Sherly lagi. Entah mengapa pikiran gilanya membuatnya begitu impulsif pada pria itu!

Sherly mengamati Dean dengan seksama. Dilihat dari dekat ia semakin terpesona kepadanya. Alisnya yang berkerut dan rambut-rambut tipis yang mulai tumbuh berantakan disekitar dagu dan bibirnya, membuat Sherly semakin gemas. Ingin rasanya ia membantu Dean untuk bercukur...

Ah...tidak! Untuk sekarang dibiarkan berantakan apa adanya pun tak masalah, ia tetap menggemaskan! Astaga!! Ada apa dengan dirinya? Sherly kembali heran dengan dirinya sendiri yang memikirkan Dean hingga seperti itu.

"Bagus!" Chris tersenyum puas. Sherly sedikit tergagap karena terhanyut dalam pikiran konyolnya lagi.

Dean menutup matanya dan memijat keningnya tanda frustasi.

"Kapan ia bisa keluar, Dokter?" tanyanya

"Panggil saja Chris ... dan ia bisa keluar besok pagi"

"Oh, benarkah? Besok aku libur, mungkin aku bisa membantu menjemputmu?" tanya Sherly.

"Tentu saja ... silakan. Bisa sekali. Tolong bantuannya ya, Nona," lagi-lagi Chris yang menjawabnya.

"Panggil saja Sherly," balas Sherly sambil tersenyum. Ia sedikit heran dengan tingkah Chris yang tampak antusias.

"Besok jam 9 pagi kau bisa menjemputnya di sini. Aku akan mempersiapkan semuanya." ucap Chris lagi.

"Baiklah ... kalau begitu sebaiknya aku pulang sekarang, aku akan menyiapkan tempatmu."

"Apa kau tak masalah membawa orang asing masuk?" ucap Dean tiba-tiba sebelum Sherly pergi.

"Oh ... aku tidak masalah, apa kau keberatan Dean? Aku ... hanya ingin sedikit membantumu, sebagai tetanggamu aku rasa itu sudah sepantasnya."

"Ucapkan saja terima kasih," lanjut Chris sedikit geram.

"Baiklah Sherly ... terima kasih atas bantuanmu. Ini hanya akan memakan waktu sementara." ucap Chris memotong lagi.

"I ... iya tak masalah ..." balas Sherly. Ia masih saja heran mengapa Chris yang selalu menjawabnya. Akhirnya dirinya pamit dan pulang dari sana.

Dean menghela napas panjang setelah kepergian Sherly. "Apa kau puas sekarang?!" ucapnya gusar.

"Sangat!" balas Chris sambil terkekeh.

"Luar biasa, aku baru menemui gadis yang sangat polos sepertinya. Ia begitu baik hingga mau membantu seorang pria yang tampak seperti pemulung dengan tulus. Dan bahkan sekarang menawarkan tempat tinggalnya! Ck! ... ck! ... ck! dilihat dari sisi mana pun penampilanmu yang sekarang ini tidak ada bagus-bagusnya," cemooh Chris.

"Tapi yah ... syukurlah kau bertemu gadis itu. Ingat kau berhutang nyawa padanya. Biarkan ia membantumu sampai tuntas jika itu bisa menenangkan hatinya. Mungkin hanya dengan cara itu kau bisa berterima kasih padanya."

"Dengan begitu bukankah kau juga tidak perlu pergi dari apartemen itu, bukan? Kau bisa sewaktu-waktu kembali ke kamarmu jika diperlukan. Tapi aku pribadi tidak menyarankan itu. Dan ingatlah lagi, kau sekarang hanyalah seorang pria yang tidak memiliki uang atau pun tempat tinggal. Kau pokoknya ... yah ... anggap saja saat ini sedang memiliki masa depan yang suram. Jadi sebaiknya jangan membuatnya curiga."

Dean menghembuskan napasnya perlahan. Dalam hati ia sedikit membenarkan ucapan Chris.

*****

Dua orang pria berjaket kulit tampak sedang terburu-buru menaiki anak tangga untuk menuju ke lantai 3. Gerak-gerik keduanya terlihat sedikit mencurigakan. Mereka tampak sedang mengawasi situasi dengan sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri. 

Setelah dirasa aman, mereka bergegas keluar dari pintu darurat dimana mereka tadi masuk.

Lantai 3 apartemen di malam ini tampak kosong dengan penghuni yang sebagian besar sudah terlelap di jam-jam seperti ini.

Dua pria tadi mengendap-endap. Dan dengan gerakan cepat mereka memasukkan kode pintu otomatis untuk unit kamar yang paling ujung.

"Kita berhasil!" ucap salah satu pria yang tampak lebih muda, setelah mereka berhasil masuk ke unit kamar tersebut.

"Jika sampai ketemu, habislah kau Dean!" geramnya.

"Cepat periksa dan bawa semua yang tampak mencurigakan, kita harus mendapatkan sesuatu sebelum pergi dari sini," ucap si pria berkumis yang tampak lebih tua.

*******

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Dean sindikat apa ni?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status