Share

6. Rival

Suasana aneh dan canggung terlihat sangat kentara saat Sherly, Nick, dan Dean duduk berhadapan dalam satu meja. Tatapan waspada, dingin dan penuh dengan selidik saling mereka lemparkan satu sama lain.

Malam ini mereka duduk di satu meja untuk makan malam bersama di apartemen Sherly. Entah mengapa, Nick sangat bersikeras untuk ikut makan bersama sepulang kerja tadi.

"Mari kita mulai makan," Sherly membuka percakapan agar suasana tegang yang tercipta di atas meja makannya sedikit mencair.

Sepulang dari kantor tadi Nick bersikeras mengantarkan Sherly pulang ke apartemennya. Mau tidak mau mobil Sherly harus ia tinggalkan menginap di kantor.

"Silakan ..." Dean bersikap sopan dengan mempersilakan Nick menyantap hidangan makan malam yang telah disiapkannya. "Semoga cocok dengan seleramu," ucapnya lagi dengan wajah datar.

Mereka mulai menyantap hidangan yang Dean siapkan.

Dari raut wajahnya, terlihat jelas Dean merasa sedikit kesal, pasalnya saat ia sedang menyiapkan makan malam tadi, Sherly muncul dengan pria yang entah dari mana asalnya yang terlihat begitu akrab dengannya, tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Sayang, ini ..." Dean menyodorkan piringnya yang berisi steik yang sudah terpotong-potong kepada Sherly. Sherly sedikit terkejut dengan perlakuan mesra Dean yang tiba-tiba. Dirinya masih merasa asing dengan panggilan yang ditujukan untuknya itu. Walaupun ia tahu Dean hanya berpura-pura di depan Nick, tapi sebelumnya memang tidak ada yang pernah memanggilnya seperti itu.

Dean menukar piringnya dengan piring milik Sherly. Mau tak mau Sherly menerimanya. Walau sebenarnya Sherly merasa canggung dan malu karena Nick selalu mengawasinya, tetapi di dalam hatinya, ia juga sekaligus merasa melayang dengan perhatian Dean.

Aksi Dean tadi memancing reaksi Nick, tepat sesuai dengan prediksi yang Dean pikirkan. Nick sedikit mengerutkan alisnya, sangat tidak suka dengan pemandangan yang tersaji di hadapannya itu.

"Sudah berapa lama kalian menjadi kekasih?" tanyanya tiba-tiba.

Nick sangat kesal, karena dimatanya juga Dean hanyalah seorang pria asing yang entah dari mana datangnya, tahu-tahu merebut satu-satunya gadis yang sudah dijaganya sejak lama.

"Belum lama." jawab Dean sambil memasukkan satu suapan ke dalam mulutnya.

"Oh ya, bagaimana kalian bertemu?

"Aku adalah tetangga Sherly" jawabnya lagi.

"Tetangga? Mengapa kau tinggal di apartemennya jika kau adalah tetangganya?" Rupanya Nick masih ingin tahu tentang Dean.

"Karena Sayangku ini yang memintaku untuk tinggal bersama." jawab Dean tenang. Sedang Sherly sendiri sedikit tersedak saat Dean lagi-lagi memanggilnya sayang.

Puas??! Sekarang bagaimana?! Batin Dean. Dean sedikit tersenyum sinis.

Nick refleks menoleh kearah Sherly. Matanya membulat karena terkejut. Tatapannya seolah bertanya tentang kebenaran ucapan Dean.

Sherly mengerjap tampak sedikit gugup. Ia kemudian meneguk segelas air di depannya untuk mengurangi kegugupannya.

"Begini, Dean kan habis menjalani operasi Nick ... dan ia membutuhkanku untuk merawatnya. Dirinya juga butuh tempat yang lebih tenang," Sherly sengaja tidak menyebutkan kondisi Dean yang sudah tidak punya tempat tinggal atau uang sepeser pun seperti yang dia yakini.

"Apa kau perawatnya? Bukankah kau juga memiliki pekerjaan yang harus kau lakukan?" tanya Nick lagi.

"Dia kekasihku." Potong Dean. Nick kembali menatap Dean dengan curiga.

Dean menarik napas panjang dan menghembuskannya. Ia balik menatap Nick dengan tajam.

"Sherly bukan perawatku, tapi kekasihku. Tidak ada alasan bagiku untuk menolak permintaan Sayangku ini, karena ia mengkhawatirkanku. Mungkin di kantor kau memang bosnya, tetapi untuk urusan pribadinya aku rasa kau tidak perlu terlalu jauh mencampurinya. Ia tidak perlu izinmu, melapor, atau semacamnya kepadamu perihal percintaannya bukan?" jelas Dean lagi.

Nick hanya membalas ucapan Dean dengan tatapan tajam. "Apa pekerjaanmu Dean?" tanyanya lagi.

Dean meletakkan garpu dan pisaunya di atas piring. Menatap Nick secara terang-terangan, "Apa sekarang aku sedang diwawancarai?" tanyanya. Kali ini Dean sedikit tersenyum, tetapi sorot matanya menyiratkan sebaliknya.

"Mungkin saja ..." Nick mengangkat kedua bahunya dengan acuh.

"Aku hanya bertanya karena bentuk rasa sayang dan peduliku sebagai seorang teman terbaik dan terdekatnya. Aku hanya ingin tahu kekasih seperti apa yang dipilih Sherly, yang menurutku mungkin lebih pantas untuk menjadi ayahnya itu," sindir Nick halus.

Dean tertawa seolah tak percaya dengan apa yang telah di dengarnya.

Apa katanya? Ayah?! Wah! ... aku tidak setua itu dasar bocah! Batinnya kesal.

Sherly melirik Dean dan Nick dengan was-was. Ia masih mengamati keadaan yang diprediksinya akan semakin memanas seiring percakapan yang terus berlanjut diantara mereka.

"Benarkah? Jika aku ayahnya, maka aku anggap kau hanya seorang bocah yang mungkin sedang merengek untuk mencari perhatian saja?" ledek Dean halus.

"Bo... bocah?!" seru Nick kesal.

"Jika bukan begitu, kau seharusnya bisa menerima fakta bahwa semua yang Sherly mau, dan keputusan yang ia ambil adalah haknya. Dan kau seharusnya menghormati itu. Bukan memperdebatkan dan mempermasalahkan semuanya."

Sherly akhirnya menghela napasnya, "Bisakah kita makan dengan tenang?" Timpalnya kemudian.

"Nick, aku tahu kau mencemaskanku. Maaf aku tidak memberitahumu sebelumnya. Aku akan menceritakan semuanya nanti" Sherly menepuk-nepuk ringan tangan Nick, berusaha untuk menenangkannya.

"Dan Dean, kau sudah berlaku tidak sopan kepada tamuku."

Dean menatap Sherly kesal karena tidak suka dengan apa yang dilihatnya, dan dengsn tegurannya itu. Nick tersenyum puas.

"Tapi Sayang ... dia yang memulai duluan"

"Tapi tetap saja ..." Sherly menghentikan ucapannya. Entah mengapa hatinya tergelitik setiap kali Dean memanggilnya sayang. Ia hanya berdehem kecil karena merona.

"Dan kenapa juga kau harus menceritakan semuanya kepadanya? Seperti kau berhutang penjelasan atau semacamnya saja?" tanya Dean sedikit gusar.

"Lalu ... memangnya apa yang akan kau ceritakan? Apa kau akan menceritakan semua kegiatan kita di dalam apartemen ini?" Dean kesal dengan pertanyaannya sendiri, terlebih kepada Sherly.

"Hah? Ma ... maksudku bukan begitu Dean... hanya saja..." Sherly sedikit terkejut dengan nada ketidaksukaan Dean. Dean imut yang dilihatnya tadi pagi seolah menghilang dan berganti dengan Dean yang kesal. Yang pasti ia tampak merajuk dan seperti kekasih sungguhan yang sedang cemburu kepada pasangannya.

"Memangnya ia tidak bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri? Kau adalah kekasihku dan kita sekarang tinggal bersama." tegas Dean.

"Bukankah itu sudah jelas Tuan Nick? Jadi jangan mencampuri urusan kami lagi. Sherly sudah memilikiku, tidak ada ruang lagi baginya untuk peduli atau memikirkan perasaan pria lain." lanjut Dean yang ditujukan untuk Nick.

Nick menggenggam erat garpunya. "Oh ya? Well ... tapi bagaimana ini, sayangnya aku bukan hanya sekadar pria lain bagi Sherly." jawabnya kemudian. Dean memicingkan matanya mendengar balasan Nick.

Sherly menghela napasnya lagi. Ia mulai terlihat kesal dengan ketegangan yang terjadi diantara kedua pria itu.

"Oke cukup...!! Ada apa sih dengan kalian? Bukannya kalian baru pertama kali bertemu? Kenapa seolah sudah tercipta permusuhan diantara kalian? Coba kalian jelaskan!"

Nick dan Dean refleks menatap Sherly secara bersamaan. Benarkah?? Apa gadis itu benar-benar tidak mengerti situasinya? Batin mereka. Dean dan Nick sangat gemas melihat ketidakpekaan Sherly.

Kau! Kaulah alasan kami bermusuhan! Kau dengan kecerobohan alamimu yang tiba-tiba memiliki kekasih dan membiarkan orang asing ini masuk! Batin Nick kesal.

Tak butuh alasan. Jelas bocah ini dulu yang mulai memusuhiku dan menggangguku dengan mulut berisiknya! Batin Dean.

Dua-duanya bergumul dengan pikiran masing-masing. Jelas tak ada satu pun diantara mereka yang menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri ketegangan tersebut.

Sherly menggeleng tak percaya. Ia meletakkan garpu dan pisaunya. "Aku rasa aku sudah tak berselera makan lagi. Aku akan masuk ke kamarku. Aku harap kalian bisa menyelesaikan masalah kalian, apa pun itu."

Dean dan Nick menatap Sherly dengan bingung.

"Ta ... tapi kau kan sudah menghabiskan makananmu, Sayang ..." timpal Dean sambil mengawasi kepergian Sherly.

Sherly menatap Dean sinis, "Hanya untuk kesopanan saja aku menghabiskannya, oke?" terangnya. Sherly langsung pergi meninggalkan mereka.

Walau begitu, setelahnya mereka tetap saling menatap dengan tajam. Sama-sama saling memicingkan matanya.

"Oke ... aku akan langsung saja." Nick memulai pembicaraan.

"Kau tahu benar kan, hanya laki-laki bodohlah yang tidak menyadari atau mengetahui dengan jelas betapa polos dan baiknya Sherly. Aku juga tahu benar, kita tidak termasuk ke dalamnya. Jadi aku akan bertanya padamu, kapan kau akan pergi darinya? Karena entah bagaimana caramu memperdayanya, dari penglihatanku kalian bukanlah seperti sepasang kekasih sungguhan."

Dean mengerutkan sedikit alisnya. Tampak tidak terlalu suka dengan pernyataan Nick. Walau memang tebakannya benar. "Kau menyukainya bukan?" tembak Dean langsung.

Nick sedikit terkejut. Rupanya Dean sudah menyadari perasaannya. Ia tak mengira pria itu begitu cepat tanggap.

Tebakanku benar rupanya... Batin Dean.

"Apa pun yang kau rasakan aku tidak peduli. Apa karena itu maka kau menahannya untuk tetap berada di sisimu bagaimana pun caranya? Jangan membebaninya dan mempersulitnya dengan perasaanmu. Jangan memanfaatkannya hanya untuk kepentinganmu."

Nick menggebrak meja makan dengan wajah memanas.

"Aku? Memanfaatkannya?! Di sini jelas kaulah yang sedang memanfaatkannya! Awas saja kalau kau macam-macam dengannya." ucap Nick geram.

Dean menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. "Aku kekasihnya. Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Yang seharusnya melindunginya dari pria yang memiliki maksud tersembunyi adalah aku. Bukan porsimu"

"Dan untukmu, cukup pada posisimu yang sekarang saja, jangan melebihi batas. Bukankah hal yang paling kau takuti adalah jika kehilangannya, jika kau mengungkapkan perasaanmu padanya? Jika kau ingin Sherly tahu perasaanmu maka ungkapkanlah dan jangan membuatnya bingung atau kesusahan. Tapi jika kau terlalu takut untuk mengungkapkannya, maka diamlah selamanya." tegas Dean.

Nick mengepalkan kedua tangannya. Menatap Dean dengan geram tanpa mengatakan sepatah kata pun. yang diucapkannya memang benar. Dan Nick tidak dapat membantah itu. Nick membalikkan badannya, dan keluar begitu saja dari apartemen Sherly dengan kesal.

Sekepergian Nick, Dean melempar lap makan dengan asal-asalan. Entah mengapa perasaannya menjadi kesal. Memang benar yg dikatakan pria itu, bahwa ia sedang memperdaya dan memanfaatkan Sherly. Tapi bukankah dirinya juga begitu? Dan mengapa ia merasa kesal berlebihan hanya karena ada seorang pria yang dekat dengan Sherly? Merasa kesal dan cemburu seperti kekasih sungguhan?

Dean mengumpat dan mengutuki dirinya sendiri. Ia akui sikapnya memang sudah berlebihan. Seperti diluar dari kebiasaannya.

Lain kali kendalikan dirimu Dean! Perintahnya untuk dirinya sendiri.

Dean dengan malas beranjak dari tempat duduknya dan mulai membenahi sisa makan malam tadi.

Sherly muncul tepat saat Dean selesai mengeringkan piring terakhir yang dicucinya. Sherly mengenakan baju tidur terusan warna pink selutut, dengan gulungan handuk yang masih terpasang di atas kepalanya yang masih basah.

"Nick sudah pergi?" tanyanya saat menyadari bahwa tamunya sudah tidak ada.

"Ya..." jawab Dean malas.

"Kalian tadi bertengkar bukan? apa yang kalian bicarakan? Apa kalian pernah bertemu sebelumnya?" selidik Sherly.

Ini dia ... sudah dimulai ... Batinnya.

Dean mengerutkan alisnya, sangat tidak ingin mendengar atau membicarakan si bocah berisik itu.

"Aku tidak mendengar jelas kalian berbicara karena sedang berada di kamar mandi. Jadi, apa kau mengenal Nick sebelumnya? Kau tidak mengusirnya kan? Walau entah mengapa tingkahnya hari ini begitu aneh, tapi sebenarnya ia baik."

Dean menarik napasnya sejenak. Lalu ia mulai berakting. Dean meraba bagian bawah perutnya tepat di mana bekas ia dioperasi. Sambil memejamkan matanya, Dean merintih kecil seperti sedang menahan sakit.

Sherly seketika terdiam dan terbelalak melihat akting Dean. Ia seketika panik, dan menghampiri Dean. Sherly menopang salah satu lengan Dean.

"Kau tak apa-apa? Apa kau kesakitan? Oh, apa mungkin karena kau terlalu capek? Kau seharusnya tidak perlu beberes dan mencuci piring. Bagian mana yang sakit?" tanyanya panik. Sherly memapah Dean menuju kursi terdekat. Karena dirasa mengganggu, Sherly meletakkan handuknya begitu saja, sembarangan.

Dean tersenyum kecil, rencananya untuk "membungkam" gadis itu bertanya dan berbicara tentang Nick ternyata berhasil.

"Tolong antar aku ke kamar," pintanya berlagak lemah.

Sherly menopang badan besar Dean, memastikan bahwa pria itu dapat berjalan tanpa kesakitan. Ia membantu Dean ke kamarnya, dan merebahkan badannya di atas ranjang.

"Kau tak apa-apa?" tanyanya lagi. Sherly menatap Dean dengan sorot cemas.

"Apakah bekas operasinya terbuka? Apakah sakit? Kau seharusnya tidak banyak bergerak. Apa karena kau memasak makan malam tadi dan mencuci piring jadi kau ..."

Dean meletakkan jari telunjuknya ke atas bibir Sherly untuk menghentikan ocehannya seketika. Sherly tertegun untuk beberapa saat.

"Aku tak apa-apa," ucap Dean.

Dean mengamati wajah gadis di depannya itu. Wajah polos Sherly yang tampak segar sehabis mandi tiba-tiba membuat Dean terpana. Baru kali ini ia benar-benar mengamati wajah gadis itu dari dekat.

Kulit polos Sherly yang merona tampak halus dan kenyal seperti bayi. Begitu juga bibirnya yang polos berwarna pink alami tanpa tambahan lipstik atau pewarna bibir lagi. Disamping itu, rambut basahnya yang tergerai berantakan membuat wajah polosnya jadi tampak lebih menggemaskan lagi di matanya.

Bagaimana bisa wajahnya bisa tampak seperti malaikat? Batin Dean.

Sherly rupanya sadar dengan tatapan Dean. Perlahan ia mengalihkan pandangannya. "Baiklah ... jika kau tak apa-apa, aku akan kembali ke kamarku" ucapnya gugup.

"Besok kau tak perlu mencuci piring lagi ya, jika kau yang memasak, biar aku yang mencuci piringnya. Aku akan melakukannya setelah pulang kerja."

"A .. atau sementara ini kau tak perlu melakukan apa-apa sampai kau pulih." lanjutnya lagi. Tanpa sadar Sherly mulai mengoceh lagi.

"Apa hubunganmu dengan Nick?" tanya Dean tiba-tiba.

"A ... apa?" Sherly mengerjap. Sedikit terkejut dengan pertanyaan Dean yang tiba-tiba. Ia hanya menatap Dean dengan bingung.

*******

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status