Aku berjalan ke lemari. Memilih pakaian yang pas.
“Aku harus terlihat sempurna.”
Dan tak lama kemudian, bell apartemenku berbunyi.
Sial!
Aku mengambil stelan jas, dan sepatu pentofel.
Setelah memastikan bahwa penampilanku sempurna, aku berjalan menuju pintu. Mengintip dari lubang pintu terlebih dahulu, Daisy sudah berdiri di depan pintu.
Aku semakin gugup.
Aku menarik napas berulang kali, lalu membuangnya. Aku lakukan hal itu terus-menerus.
Sebelum akhirnya, aku membuka pintu.
“Sebenarnya, aku memang sudah pernah menikah dengan Alice.”Daisy membuka mulutnya untuk beberapa saat. Mungkin sulit untuknya menerima kenyataan pahit yang selalu aku sembunyikan kepada siapapun.“Dua tahun yang lalu.” Aku melanjutkan. “Awalnya pernikahan kami baik-baik saja. Kami juga sepakat untuk tidak punya anak dulu, karena waktu itu umur kami masih muda. Yah, ternyata perniakahan kami tidak berjalan dengan mulus. Di usia pernikahan kami yang ke satu tahun, Alice ketahuan selingkuh dengan lelaki lain. Aku tidak kenal siapa si brengsek itu. Tapi, setelah mengetahui hal itu, aku langsung mengusir Alice.”Aku menarik napas dulu.“Alice wanita yang picik. Dia pergi bersama selingkuhannya dengan membawa banyak uangku. Aku dan kel
Membuat Daisy syok. “Sudah cukup, Drew. Berhenti menyakiti dirimu sendiri, dan juga aku.”“Aku akan buktikan semuanya kepadamu, Daisy. Semuanya! Kalau aku benar mencintaimu, dan rela melakukan apa saja untukmu. Tunggu saja, aku akan mencari bukti kalau anak yang dibawa oleh Alice itu bukan anakku.”“Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai kata-katamu lagi, Drew.” Daisy tertekuk lesu seolah sudah menyerah dengan keadaan.Aku langsung berlutut di hadapan Daisy. “Aku mohon. Percayalah padaku. Setidaknya, kasih aku satu kesempatan lagi.” Aku terlihat lemah dan bodoh.Daisy menarik napasnya dalam-dalam. “Okey. Satu kali kesempatan lagi, Drew. Hanya sekali.”“Iya, hany
Kenapa, Drew? Terima saja kenyataan kalau ini memang anakmu.”“Dia bukan anakku!”Aku beranjak dari kursi dan segera pergi menemui Ayah dan Ibu. Berani-beraninya wanita jalang ini menemui orangtuaku dan mengakui anak dia dan selingkuhannya adalah anakku.***Aku melajukan mobil menuju rumah kedua orangtuaku. Aku masuk dengan tergesa-gesa.“Di mana mereka?” Aku bertanya pada salah seorang asisten rumah tangga.“Mereka sedang bersantai di taman belakang rumah bersama Alexa.”“Alexa ada di sini?”Asisten rumah tangga tersebut mengangguk. Aku segera berlari menuju taman belakang rumah.
Aku masih tidak terima dengan kenyataan pahit ini. “Ayah, anak itu bukan anakku. Bagaimana dia bisa menjadi anakku? Aku … aku sangat mencintai Daisy.”Aku menangis. Untuk yang pertama kalinya aku menangis di depan Ayah dan Ibu. “Drew, aku tahu perasaanmu ….” Alexa menyentuh pundakku. “Tapi, Daisy pun akan menikah dengan orang lain.”“Apa?”“Kakaknya bilang, dia akan menikah dengan orang lain.” Alexa kembali memperjelas.“Bagaimana bisa—“ aku kehilangan kata-kata. Sialan! Bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi.Akhirnya aku menghindar dari keluargaku. Mungkin itu pilihan yang terbaik untuk
“Lepaskan tanganmu dari wanita ini, bodoh!”Seketika bioskop menjadi heboh. Tiba-tiba lampu bioskop menyala dan security membawa aku dan lelaki ini keluar.“Apa-apaan kau ini!” Lelaki itu memperbaiki pakaiannya. “Apa yang kau lakukan terhadap Disy! Kau tahu dia siapa? Dia calon istriku!” Aku berteriak murka.Lelaki itu tertawa. “Hahahah! Jangan berhalusinasi.”“Aku bisa memenjarakanmu karena kau sudah melecehkan Daisy.”“Tidak benar, semua itu tidak benar.” Lelaki itu bicara pada beberapa orang yang mengelilingi kami. “Benar, laki-laki itu sudah melecehkanku
Sambungan terputus. Aku terus curi-curi pandang ke arah Daisy sambil tersenyum. Setelah mendapat alamat yang dikirim Rehan melalui pesan. Aku langsung putar arah."Kita mau kemana?" Daisy terkejut. "Membawamu ke suatu tempat untuk membuktikan bahwa Alice telah memfitnahku."Daisy mengerang kesal. "Ah, itu lagi. Aku sudah tidak ingin berurusan dengan kau, dan mantan istrimu. Hubungan kita sudah berakhir, Drew. Tolong jangan bawa aku ke dalam masalahmu terus.""Aku tidak akan bisa tidur dengan tenang seumur hidup jika tidak membuktikannya padamu.""Sudahlah, hentikan omong kosong ini. Aku mau, kau menghentikan mobil ini, atau aku akan lompat di jalan." Daisy tiba-tiba membuka pintu mobil di saat aku tengah menyetir.
"Sama-sama, Pak. Oh iya, ini Roy. Mantan Alice." Rehan menunjuk seorang lelaki yang sudah duduk di kursi dengan santainya. Selingkuhan, mantan, setan, atau apalah itu namanya. Aku sudah tidak peduli lagi. Lelaki itu bangkit dari kursi dan mengulurkan tangan padaku. "Senang bertemu Anda lagi." Ia tersenyum smirk. Membuat aku ingin menonjoknya habis-habisan jika harus mengingat kejadian dulu. Aku tidak membalas uluran tangannya. Nanti aku bisa gatal-gatal. Aku duduk saja di kursi di depannya, menarik Daisy untuk ikut duduk di sebelahku dengan terpaksa."Kau sudah menerima pembayaran awal?" Aku langsung saja to the point. Agar tidak banyak cerita.Si brengsek di depanku mengotak-atik ponselnya. "Sudah. Kapan aku bisa mendapatkan uangnya penuh?""Setelah kau berani bersaksi di depan Alice dan
Daisy tertawa yang dibuat-buat. "Hahahaha, sudah cukup sandiwaranya." Daisy hendak pergi meninggalkan kami."Tunggu." Roy menahan langkah Daisy. "Aku punya bukti."Roy mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan isi gallery di ponselnya kepada Daisy. Ada bukti rekaman ketika Alice akan melahirkan. Di video tersebut terlihat Roy tengah mengelus dan mencium perut Alice yang buncit sambil berujar."Hai, sayang, ini Daddy. Daddy sangat menantikan kehadiranmu."Lalu, Alice bertanya. "Jika anak kita lahir, akan kau kasih nama siapa dia?""Kazie Lavender Marteen," Roy menjawab. Mengambil alih ponselnya dari tangan Alice dan kini merekam Alice. "Semangat sayang, semoga kalian berdua selamat."Kemudian Alice dibawa oleh Dokter menuju ruangan operasi."Saat itu, aku masih punya banyak uang. Bahkan, sampai sempat membawa Alice melahirka