Raka pun menatap tajam wajah gadis polos itu.
“Maaf...?Hah, apa kamu bercanda, dengan ucapanmu barusan?Kamu tahu apa kesalahanmu?” tanya Raka dengan wajah geramnya.
“I...iya pak. Aku tak sengaja melakukan hal itu. Aku benar-benar menyesal!” Rania menundukan kepala.
“Apa sepatu ini milikmu?” tanya Raka sinis.
“Bukan milik-ku. Sepatu itu milik gadis sana.” Jelas Rania sambil menunjuk ke arah pegawai wanita.
Pria ini menoleh ke arah pegawai wanita,dengan tatapan geramnya.
“Apa yang harus ku-lakukan?Pak Raka menatapku dengan penuh amarah.” Gadis itu dengan nada ketakutan dan rasa khawatir yang tersirat di wajahnya.
“Mengapa kamu bisa melempar sepatu itu tepat mengenai wajahku? Apa kamu sengaja,hah?” Raka dengan nada tinggi.
“Saya benar-benar minta maaf, Tuan. Saya tidak sengaja melakukan hal itu,” Rania merendah.
“Kamu tahu lagi berhadapan dengan siapa?” lelaki itu dengan nada angkuhnya. Ia berbicara seakan memandang kecil kedua gadis itu.
Rania menggeleng sambil menundukan kepala. Gadis ini tak tahan melihat tatapan mematikan dari pria itu.
“Dia benar-benar pria yang sangat menyeramkan!” batin Rania lirih dan sambil mengernyitkan bibirnya.
Rupanya Raka memperhatikan tingkah Rania yang ketakutan sejak tadi.
“Wajahmu tak menampakkan penyesalan sedikit pun. Apa kamu sengaja melempari wajahku dengan sepatu murahan ini,hah?Jawab!Ini benar-benar membuatku muak dan kehilangan akal!” Pria itu masih dengan nada tinggi.
Tampaknya kekesalan Raka masih berlanjut. Dia merasa telah di hina oleh gadis itu,karena sudah berani melempari wajahnya dengan sepatu.
“Kalian berdua harus menanggung akibatnya. Aku tak akan mentolerir atas penghinaan ini!” Nada ancaman keluar begitu saja dari pria tampan nan angkuh.
Pegawai wanita itu langsung menghampiri Raka dan memohon agar tak di pecat.
“Pak, tolong jangan pecat saya!Saya benar-benar menyesal!Semua itu gara-gara ulah gadis itu.” Wanita itu menunjuk ke arah Rania dan melimpahkan semua kesalahan pada gadis polos yang berdiri di antara mereka.
Sementara Rania masih terdiam dan tak melakukan pembelaan diri sedikitpun. Ia ikhlas jika kesalahan itu harus di limpahkan padanya. Terlebih lagi, mungkin wanita itu masih lebih butuh pekerjaan di banding dirinya. Rania benar-benar bukan gadis yang egois dan maunya menang sendiri.
“Kamu nggak usah merengek minta maaf di depanku. Aku paling muak berhadapan dengan orang seperti itu. Apalagi yang hanya melimpahkan kesalahan pada orang lain. Anda perlu berkaca diri!Besok saya harap, surat pengunduran dirimu sudah ada di atas mejaku!” jelas pria ini yang terdengar tanpa belas kasih.
Sementara Rania tak menyangka jika kejadiannya akan seperti ini.
“Dan teruntuk anda, jaga sikap!Jika kamu bukanlah seorang wanita, aku akan melakukan sesuatu yang tak pernah ada dalam bayanganmu sedikit pun. Aku sadar dan masih memiliki hati nurani untuk memaafkan perbuatanmu itu.” Raka dengan amarahnya yang hampir meledak. Kemudian ia berlalu pergi dari hadapan kedua gadis itu.
Sementara pegawai wanita itu masih dalam keadaan sedih karena ia harus keluar dari perusahaan. Perjuangan yang tak mudah untuk masuk ke dalam perusahaan PT ASHER. Ini merupakan pukulan terberat dalam hidup gadis ini. Semua yang terjadi adalah akibat dari balasan kesombongannya. Ia masih saja tak berhenti menyalahkan Rania.
“Semua ini gara-gara kamu!Kamu harus membayar semua yang telah terjadi!” wanita itu dengan nada marah dan kesal.
Rania mengerti atas kemarahan gadis itu. Memang tak mudah untuk mencapai posisi itu jika tak bekerja keras. Raniapun memahaminya. Iapun mendekati wanita sombong itu dan menanyakan profesi dari gadis itu.
“Sekali lagi saya minta maaf!Saya benar-benar tak sengaja melakukan hal itu. Jika anda mau mempercayai saya, tolong berikan saya satu kesempatan untuk bisa bicara pada anda!Tolong sebutkan nama dan profesi anda dalam perusahaan itu!Mudah-mudahan saya bisa membantumu.” Jelas Rania yang kemudian mencoba bersahabat dengan wanita sombong itu.
“Mengapa anda menanyakan nama dan profesiku?Memangnya anda bisa membalikkan keadaan?Jangan mimpi. Tuan Raka adalah CEO di perusahaan ini. Dia terkenal dengan kesombongan dan tanpa belas kasih. Lupakan dan tak perlu jadi penyelamat. Aku tak butuh!” masih dengan nada sombongnya.
“Jika anda mempercayaiku, aku akan membalikan keadaanmu seperti semula. Anda tak perlu bekerja di tempat seperti ini. Apa anda tahan di perlakukan oleh pemimpin perusahaan yang sikapnya tempramen seperti itu?Ia tak akan menghargai kinerja anda selama ini. Perangainya terlihat seperti pria yang egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Sekarang pilihan ada di tanganmu, masih berdiam diri disitu tanpa mencari solusi atau segera berdiri dan mencari solusi?” ucap Rania. Ia mencoba untuk meyakinkan gadis yang baru di pecat itu.
Mendengar ucapan Rania, membuat gadis itu agak sedikit merubah pemikirannya. Rupanya ada sedikit keyakinan dalam hati gadis itu.
“Baiklah. Aku akan memberikanmu kesempatan. Namaku Cindy dan profesiku di bagian staff ke-uangan. Aku seorang senior yang sudah lima tahun bekerja di perusahaan ini. Kemampuanku sudah tak di ragukan lagi.” Jelas Cindy yang masih dengan gaya sombongnya.
Sepertinya Rania telah terbiasa mendengar gaya bicara dari Cindy yang terkesan angkuh.
“Jika yakin, aku akan membantumu!” ucap Rania serius.
“Iya. Memangnya kamu bisa melakukan apa?” tanya Cindy dengan nada sinis.
“Tapi kamu harus janji dulu!” sambung Rania.
“Janji apa maksudnya?Nggak usah bertele-tele. Aku malas mendengar ucapanmu yang tak jelas. Seperti teka-teki.” Cindy dengan nada ketus.
Rania tersenyum tipis mendengar ucapan dari Cindy yang selalu tak mau kalah berdebat. Padahal dia yang butuh pekerjaan, namun ia masih tetap saja keras kepala dan susah di atur.
“Pokoknya kamu harus janji dulu!Kalau kamu setuju, aku akan membantumu,” Jelas Rania. Pernyataan ini semakin membuat Cindy penasaran.
Cindy pun sudah terlanjur melangkah, ia tak ingin berhenti begitu saja.
“Iya. Janji apa dulu?Kalau yang aneh-aneh aku nggak mau,” Ketusnya. Dengan gaya bicara ala Cindy.
“Permintaanku nggak yang aneh-aneh. Ini tugas mudah untukmu.” Rania dengan nada santai. Rupanya ia masih senang membuat Cindy si Cewek sombong ini kebingungan.
“Ya udah, ngomong aja sekarang. Kamu kelamaan sih,” ketus Cindy.
“Kamu harus janji bisa merubah diri kamu menjadi pribadi yang lebih baik. Hilangkan sikap aroganmu dan lebih menghargai orang lain. Hanya itu permintaanku, mudah kan?” jelas Rania. Gadis polos ini kembali bertanya dan menanyakan kesiapan Cindy.
“Ya udah, aku setuju. Ayo cepet kasih tau apa maksudmu!Kamu jangan membuatku bingung dan semakin penasaran.” Cindy pun menyetujui permintaan Rania.
Rania langsung menuliskan alamat perusahaan milik Ayahnya.
“Kamu pergi ke alamat perusahaan ini besok!Bilang aja kamu temennya Rania yang akan melamar di perusahaan itu bagian staff ke-uangan,” ucap Rania. Ia langsung memberi potongan kertas itu pada Cindy.
“Apa kamu gila, ya?Jangan mimpi! Inikan perusahaan terbesar kedua se-Asia?Bener-bener gila ya!” Cindy dengan tatapan tak percaya.
“Aku hanya berusaha membantumu. Semua pilihan tergantung padamu. Jika kamu berubah fikiran, silahkan ke alamat itu dan langsung hubungi nomor yang sudah ku tuliskan. Jangan lupa untuk menyebutkan namaku!” jelas Rania. Gadis sederhana ini tersenyum dan berlalu dari hadapan Cindy.
Cindy yang masih dalam rasa penasaran dan bimbang. Antara percaya atau tidak. Namun Cindy adalah tipe gadis yang tak suka di gantung dengan rasa penasarannya. Iapun akan mencoba untuk mengikuti apa yang Rania ucapkan untuk pergi ke perusahaan besok.
“Benar-benar gadis itu membuatku gila. Ia tak mengerti jika aku adalah orang yang tak ingin di gantung dengan rasa penasaran ini. Menurutku, itu sangat menyiksa dan mengganggu hidupku. Namun, aku juga tak punya pilihan. Apa salahnya mencoba untuk mencari peruntungan di tempat lain yang menghargai hasil kinerjaku, ia nggak Cin?” Cindy berbicara sendiri.
Sementara Rania tetap melanjutkan misinya untuk melamar sebagai OB di perusahaan ini. Ia sudah tak ingat lagi dengan ucapan Cindy tadi. Rania lupa, jika CEO dari perusahaan itu adalah pria arogan tadi.
Raniapun berlalu dari hadapan Cindy. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, Rania melangkahkan kaki untuk masuk ke perusahaan besar itu.
“Wah, benar-benar menakjubkan!Semua yang berada di dalam ini, pasti orang-orang penting.” Rania menghela nafas. Iapun sambil berjalan ke arah salah satu pegawai di perusahaan itu.
“Permisi mbak. Apa boleh saya bertanya?” ungkap Rania dengan wajah tersenyum.
Wanita itu, dengan wajah ke heranan sambil menatap ke arah Rania.
“Maaf, anda siapa?” tanya gadis itu sambil melirik Rania dengan tatapan yang penuh arti.
“Perkenalkan, namaku Rania.”Mengulurkan tangan dengan ramah.
Wanita itu menolak untuk berjabat tangan pada Rania. Ia hanya menatap Rania dengan tatapan angkuh.
“Nggak usah pake salaman. Aku nggak mau berjabat tangan dengan sembarang orang yang bukan levelku.”Wanita itu mulai menampakkan jiwa angkuhnya.
Lagi-lagi Rania harus bertemu dengan orang yang sama. Rupanya kesialan Rania hari ini adalah bertemu dengan wanita-wanita karir nan angkuh. Dari luar perusahaan, Rania sudah tertimpa masalah. Sampai di dalampun masalah belum juga selesai.
“Sepertinya, orang-orang yang bekerja dalam perusahaan ini semua bersikap arogan,” batin Rania.
Satu hal yang Rania lupakan adalah tentang pria arogan tadi. Ia tak ingat jika pria itu adalah CEO dalam perusahaan ini. Raniapun langsung lanjut bertanya pada wanita itu walaupun tatapannya sangat membuat orang lain tak nyaman.
“Sebelumnya maaf karena sudah mengganggu. Aku hanya ingin menanyakan, apakah di perusahaan ini masih membutuhkan posisi seorang OB?”tanya Rania.
Mendengar pertanyaan Rania, wanita itu langsung menjawab dengan sinis.
“OB?Kamu mau lamar jadi OB, ya?Memang posisi itu cocok buat kamu. Cuma mau jadi OB pake gaya salaman sama gue. Kamu tuh nggak level. Pasti tangan kamu bau dan banyak bakterinya.” Hina wanita itu.
Rupanya Rania tak mendapat jawaban atas pertanyaannya. Malahan hinaan dan cacian yang ia dapatkan dari pegawai wanita itu. Raniapun langsung berlalu meninggalkan wanita itu.
Walaupun demikian, Rania tak langsung putus asa. Ia sudah terlanjur melangkah, jadi harus menyelesaikannya hingga akhir.
“Aku harus semangat. Ini belum seberapa. Memang perjuangan itu tak mudah. Butuh kerja keras dan tekad yang kuat.” Rania menyemangati dirinya sendiri.
Ia pun langsung berjalan ke arah seorang laki-laki muda yang berumur sekitaran dua puluh lima tahun.
“Permisi pak. Apa boleh saya bertanya?” Rania tersenyum ramah.
Pria muda itupun membalas senyum Rania. Ia menatap Rania dari ujung kaki hingga wajah. Perlakuan pria itu sungguh membuat Rania salah tingkah dan merasa tak nyaman. Pria itu belum menjawab pertanyaan Rania. Ia rupanya masih asyik menatap wajah gadis polos ini.
“Mengapa anda menatapku seperti itu?Aku tak nyaman dengan tatapanmu.” Rania dengan nada polosnya.
Wajar saja pria itu menatapnya, Rania benar-benar sangat cantik. Wajahnya yang oval, rambut lurus berwarna coklat dan di ikat biasa, matanya yang tajam serta bibirnya yang mungil dan tingginya semampai. Walaupun tampilannya sederhana, namun itu tak mengurangi kecantikannya.
Pria itu belum berkedip sama sekali. Ia masih dengan tatapan penuh arti pada seorang wanita asing yang baru dilihatnya. Melihat hal itu, Rania bingung. Ia langsung menepuk pundak pria yang berdiri di hadapannya.
“Anda kenapa pak?” tanya Rania.
Lelaki muda itu langsung ter-sadar dari lamunannya.
“I.....iya, kenapa mbak?Ada yang bisa saya bantu?” tanya pria itu dengan tatapan ramah.
“Perkenalkan, namaku Rania. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu tentang pekerjaan!” jelas Rania.
“Iya, boleh(tersenyum). Kamu tanya saja. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu.” Jawab pria itu yang masih bersikap ramah.
“Apa masih ada lowongan untuk posisi OB di perusahaan ini?Soalnya, aku ingin mendapatkan pekerjaan itu.” Jelas Rania dengan wajah serius.
“Masih ada. Apa kamu yakin mau jadi OB?” pria itu bertanya balik.
“Iya pak. Aku serius untuk mendapatkan pekerjaan ini.”Ucap Rania. Iapun berusaha meyakinkan pria itu.
“Oke, kalau begitu kamu mulai kerja besok pagi saja. Kamu di terima disini.” Jelas pria itu dengan wajah tersenyum.
Jelas saja Rania terkejut saat mendengar ucapan dari pria itu. Ia belum memasukan lamaran pekerjaan, bak ketiban apa sampai harus langsung di terima di perusahaan besar itu.
“Bapak jangan bercanda denganku. Aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Walaupun sebagai OB, aku akan bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan ini.” Rania dengan tatapan heran dan masih kurang percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
Pria itu tersenyum tipis. Nampak rona bahagia di wajah tampannya. Pria itu belum menjelaskan apa posisinya di perusahaan itu pada Rania.
“Aku nggak bercanda. Kamu boleh mulai bekerja di perusahaan ini besok. Selamat bergabung di perusahaan kami!” Pria asing itu mengulurkan tangan.
Rania tak menolak berjabat tangan dengan pria tampan nan ramah itu. Hanya pria itu yang memperlakukannya dengan lembut dan ramah. Walaupun masih dalam keadaan bingung, Rania tak lagi mempermasalahkannya.
“Kalau boleh tahu, apa bapak pemimpin dari perusahaan ini?” Rania masih dengan rasa penasarannya.
“Kamu nggak perlu tahu siapa aku. Aku hanya berusaha untuk membantumu mendapatkan pekerjaan yang kamu inginkan. Hmmmmm....aku lupa namamu siapa!Apa boleh kamu sebutkan sekali lagi?” dengan wajah yang sumringan.
“Namaku Rania Agrasiana. Nama bapak siapa?” gadis ini mengulurkan tangan dan bertanya balik.
“Namaku Galih.” Jawab pria tampan itu sambil menjabat tangan Rania.
“Oh, Pak Galih. Semoga Tuhan membalas kebaikan bapak!” Rania berterima kasih dengan sungguh-sungguh.
“Kamu nggak usah terlihat formal seperti itu. Aku hanya niat membantu kepada orang yang benar-benar membutuhkan. Asalkan bisa bekerja dengan serius dan giat. Aku suka dengan tipe seperti itu. Kamu nggak perlu memanggilku Pak Galih, panggil saja Galih. Kita kan masih se-umuran.” Tertawa kecil membuat gigi ginsulnya terlihat.
“Baiklah. Tapi apa itu terlihat sopan jika aku memanggil dengan sebutan itu?Kamu kan atasanku.” Rania dengan nada canggung.
“Kata itu hanya berlaku buatmu. Nggak semua orang bisa memanggil namaku. Anggap saja, ini adalah hari keberuntunganmu. Besok jam tujuh pagi kamu kesini!Aku ingin kamu datang tepat waktu. Nanti hubungi saja nomor ini ketika sudah sampai di kantor,” Jawab Galih. Ia pun sambil memberikan kartu nama beserta nomor telfon.
Setelah cukup lama bicara, akhirnya Galih pamit ke dalam untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Aku kembali bekerja dulu. Jangan lupa datang besok!” ucap Galih mengingatkan.
Rania yang masih terlihat heran dan bingung, iapun langsung memberikan senyuman pada Galih.
“Baik, semoga pekerjaan Pak Galih lancar.” Rania memberikan dukungan.
Galih tersenyum manis kala mendengar kata-kata Rania yang terdengar bersahabat.
Tak dipungkiri jika Galih sangat senang bisa bertemu dengan gadis seperti Rania. Entah ada hal apa sehingga daya tarik Rania bagaikan magnet untuk seorang Galih. Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba Raka tak sengaja bertemu dengan Galih yang masih belum berjauhan di tempat Rania berdiri.
“Kamu kemana aja sih?Aku nyariin dari tadi.” Tanya Raka dengan wajah datarnya.
“Aku baru menyelesaikan urusanku. Ayo kita ke dalam saja!” ajak Galih.
“Aku lagi kesal dan nggak ingin bercanda, Galih. Kamu dari mana?” ucap Raka. Ia terdengar masih seperti mengintrogasi Galih.
“Kamu lihat wanita yang berdiri di arah sana?” tanya Galih. Ia pun menunjuk ke arah Rania yang masih berdiri disitu.
Raka langsung menoleh ke arah gadis itu tanpa basa-basi. Betapa terkejutnya Raka, ia semakin terlihat kesal dan penasaran pada gadis itu dan juga Galih. Ada hubungan apa antara Galih dan wanita yang sudah membuatnya kena sial sejak tadi?
“Kamu nggak lagi melakukan hal yang aneh-aneh kan?Jangan bilang kalau gadis itu mau minta uang ke kamu!” Raka dengan tatapan curiga.
“Maksud kakak, apa?” tanya Galih. Jujur saja, ia semakin tak mengerti dengan jalan fikiran Raka.
“Apa kurang jelas,hah?Pasti kamu sudah melakukan sesuatu hal yang aneh pada gadis itu,kan!Sehingga ia datang di kantor untuk minta uang padamu.” Raka dengan nada sinis. Pria arogan ini memberikan tatapan tak suka pada Rania.
“Kakak jangan ngomong kenceng-kenceng. Nanti gadis itu mendengar perdebatan kita. Aku nggak mungkin lakuin hal yang macam-macam. Aku masih waras.” Galih membela diri.
Tiba-tiba Raka dengan segala kecurigaan dan penuduhan,bia langsung menghampiri Rania.
“Kamu ngapain kesini?Apa mau cari masalah denganku lagi?Kamu tak puas dengan melempari sepatu di wajahku,hah?Sekarang kamu mau menggoda adik-ku lagi. Dasar wanita miskin!Nggak usah mimpi dan kebanyakan halu,ya!Aku pastikan kalau Galih tak akan memberimu uang sepeserpun.” Raka dengan nada tinggi dan penuh amarah.
Galih langsung saja menyusul Raka. Ia tahu jika kakaknya tak akan bisa mengontrol emosi. Dengan sikap dan gaya arogannya, Raka mempermalukan Rania di depan banyak orang.
Bak disambar petir, hati Rania begitu hancur ketika mendengar ucapan Raka yang merendahkan dirinya di depan banyak orang tanpa alasan yang jelas. Rupanya masalah belum selesai, malah semakin melebar kemana-mana. Ia tak paham dengan ucapan Raka barusan, itu seperti melukai harga dirinya.
Tiba-tiba Galih datang dan langsung menjelaskan kepada Raka tentang rasa curiganya yang sampai membuatnya marah-marah tak jelas.
“Jangan bicara kasar pada wanita. Ibu kita seorang wanita. Kakak hanya salah sangka tanpa bertanya lebih jelas padaku. Wanita ini tak melakukan kesalahan apa-apa.” Galih membela.
“Oh, jadi kamu mau membela gadis pembuat masalah ini?Kamu lebih milih gadis ini dibanding aku, kakakmu?” Raka dengan nada kesal.
Sementara Rania tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia tak membela diri meskipun tertindas oleh hinaan dari Raka sang cowok arogan. Sebenarnya, Rania bisa saja untuk marah dan membalas Raka. Namun, ia tahu bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat. Segala kekesalan dan kemarahan, ia pendam. Rania berusaha sabar untuk mendapatkan pekerjaan itu. Walaupun posisinya hanya OB, namun Rania tak menilai dari sisi itu. Tinggal selangkah lagi, Rania bisa mewujudkan keinginannya.
“Mengapa kamu menatapku seperti itu?Apa kamu senang karena melihat pertengkaran kami?Jawab!” masih dengan nada tinggi.
“Kakak harus bisa mengendalikan diri dari amarah yang tak jelas ini. Wanita itu hanya butuh pekerjaan dan tak lebih.” Galih menjelaskan.
Walaupun demikian, Raka tetap saja marah dan bicara tak jelas. Rupanya, Raka masih kesal dengan kejadian tadi. Ia merasa bahwa Rania sengaja melakukan hal itu dan membuatnya malu.
“Gadis ini memang pembawa masalah. Ia sengaja melempari wajah-ku dengan sepatu. Kamu lihat wajah-ku!” Jelas Raka. Iapun langsung menunjukan bagian pipi kanan yang kena dengan lemparan sepatu.
Sepertinya Raka mempunyai dendam pribadi terhadap Rania. Semua orang yang berada disitu menyaksikan kemarahan Raka. Semua tampak takut dan khawatir akan kena imbas dengan pekerjaan mereka. Tak ada satupun yang bicara. Mereka hanya pura-pura tak melihat apa yang terjadi.
“Sekarang kakak duduk dulu dan minum air putih ini. Kendalikan amarah dan sikap aroganmu. Tenangkan dirimu!Aku akan menjelaskan apa yang terjadi antara aku dan gadis itu,” ucap Galih. Ia langsung mengambil air dan menyuruh Raka untuk lebih tenang dan kendalikan amarahnya.
Sementara Rania tak bicara apapun sejak tadi. Ia hanya menyaksikan kemarahan dari seorang pria yang tak dikenalnya. Betapa mengerikan melihat pria tampan dan pemarah seperti itu.
“Mereka bersaudara tapi sifatnya jauh beda. Adiknya tampan,ramah, baik dan tak berbicara kasar pada seorang wanita. Sedangkan kakaknya, malah sebaliknya. Ini benar-benar pengalamanku yang paling buruk karena dipermalukan oleh pria asing. Sikap dan wajahnya sangat berbeda. Tampan tapi arogan,” batin Rania.Gadis cantik ini seakan membandingkan antara sikap Raka dan Galih.
Setelah suasana agak mereda, Galih langsung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Raka.
“Perusahaan kita lagi buka lowongan OB nggak?” tanya Galih.
Raka mengangguk saja. Wajahnya masih terlihat datar.
“Trus, kenapa kakak nggak tanya wanita ini datang untuk apa?” tanya Galih lagi.
Raka hanya terdiam dan kembali mendengarkan penjelasan Galih.
“Wanita itu lagi butuh pekerjaan, kak. Dia mau melamar jadi OB di kantor kita. Kebetulan kantor kita kekurangan OB, jadi aku langsung menerimanya tanpa persyaratan. Aku yakin jika wanita ini mampu menjalankan tugasnya dengan baik!Apa kakak sudah paham sekarang?Jadi, kakak harus minta maaf pada gadis itu!Dia hanyalah korban dari pelampiasan amarah kakak yang tak jelas,” ucap Galih. Ia terdengar sangat bijaksana dalam membela yang benar.
Raka terdiam dan memperhatikan wanita yang masih terdiam di hadapan mereka.
“Apa kamu yakin dia bisa melakukan tugasnya dengan benar?Aku nggak yakin dia bisa!” ucap Raka. Ia sepertinya meremehkan kemampuan Rania.
Sontak saja Rania langsung menjawab ucapan dari Raka dengan penuh rasa percaya diri.
“Saya pasti bisa!” Rania bersungguh-sungguh.
“Pekerjaan ini nggak mudah. Kamu harus berhadapan dengan debu dan kotoran. Berhubung aku nggak suka kantor ini kotor, jadi aku mengizinkanmu untuk bekerja disini tanpa interview. Tapi kamu harus membuat janji dulu padaku!Apa kamu sanggup?” tanya Raka. Pria arogan ini sepertinya sedang menemukan permainan baru yang dianggapnya sangat menarik.
Mendengar permintaan dari Raka, sontak saja membuat Rania terkejut dan was-was. Ia takut jika pria arogan itu meminta sesuatu hal yang tak wajar. Segala bentuk pertanyaan mulai timbul dalam hati dan fikirannya. Ia sudah melangkah sejauh ini. Tak mungkin menyerah begitu saja. Rania merasa ini adalah awal dari tantangan selama perjalanan hidupnya. Sangat tak nyaman harus menahan segala kekesalan demi mencapai tujuan yang di inginkan. Tapi begitulah hidup. Harus butuh usaha, kerja keras dan tekad yang kuat. Yang terpenting adalah kesabaran. Rania yakin, sebuah kesabaran akan membuahkan hasil yang manis.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Penasaran?!
Baca terus kisahnya hanya di GOOD N***L.
Permintaan Raka memang sangat sulit di pahami. Namun untuk mendapatkan pekerjaan, Rania pun tak menolak permintaan dari pria arogan itu.“Apa permintaan dari Bapak?Mudah-mudahan saya bisa memenuhinya.” Gadis ini dengan penuh rasa percaya diri.Dengan penuh keyakinan, ia menerima permintaan dari Raka. Tentunya sikap percaya diri Rania sangat membuat Raka merasa tertantang. Pria ini merasa jika dirinya sedang berhadapan dengan seseorang yang sikapnya pantang menyerah seperti Rania. Tak membalas ungkapan hinaan dan kemarahan Raka. Ia seperti sebuah tiang yang kokoh dan sulit untuk di robohkan. Itulah batin Raka dalam menilai Rania.Selama ini, hidup Raka tak ada yang menarik. Hanya belajar dan bekerja yang selalu menghiasi kehidupannya. Tak pernah menjalani asmara dengan serius. Kehidupannya sangat glamour dan terkesan mewah. Tak ada satu halpun yang membuat hidupnya berwarna selain dari aktivitas kerjanya.Dengan hadirnya gadis asing ini, rupanya Raka sea
Terlihat wajah sumringan Rania ketika keluar dari ruangan Tuan Raka.“Akhirnya aku bisa dapat pekerjaan. Terima kasih Tuhan!” ucap Rania. Gadis ini terlihat sangat bahagia karena baru saja mendapat pekerjaan baru. Walaupun hanya sebagai OB, namun Rania sangat mengharapkan pekerjaan ini.Baru beberapa meter berjalan kaki, tiba-tiba ada seseorang menepuk pundak Rania, ia tak lain adalah Galang.“Hei. Aku perhatikan kamu senyam-senyum sendiri sejak tadi. Ada kejadian apa barusan?Aku penasaran ingin dengar cerita kamu?” tanya Galih. Pria ini tersenyum ramah pada Rania.Tentu saja Rania kaget karena di tanyakan hal seperti itu oleh adik sang Direktur.“Eh, Pak Galih. Aku sampai kaget!Nggak ada kejadian yang aneh, Pak. Hanya saja, aku sangat senang karena bisa di terima kerja oleh perusahaan sebesar ini,” Jawab Rania. Gadis ini menjawab apa adanya dan sesuai dengan suasana hatinya sekarang.“ Selamat, atas keberhasilanmu!Aku fikir kamu akan menyerah kar
Gadis itu melangkahkan kaki perlahan menuju ke arah direktur. Rasanya ia ingin mencekik pria arogan itu.Rania menunduk-kan wajahnya dan tak ingin melihat wajah sang direktur.“Mengapa dengan wajahmu?Apa kamu malu dan merasa tak percaya diri dengan wajahmu yang terlihat biasa saja?” ucap Raka. Ia terdengar seakan menghina gadis itu.“Jika kamu bukan atasanku, aku tak akan membiarkan kata-kata hinaan itu keluar dari mulutmu.” Batin Rania lirih.Ia sesekali menarik nafas panjang.“Ada apa denganmu?Apa kamu tersinggung dengan ucapanku barusan?” tanya Raka. Pria ini seakan mencari masalah dengan-nya.Jika saja Rania mengikuti ego-nya, sejak kemarin ingin sekali ia menampar wajah pria arogan itu.Rania hanya tersenyum biasa kala mendengar ucapan yang tak masuk akal Raka. Walaupun sudah kesal, Rania berusaha untuk menahan diri agar tak membuat masalah dengan direktur. Ia merasa jika sang
“Gadis itu benar-benar pandai mencari masalah!Apa dia ingin cari mati?Jangan-jangan sikapku sendiri yang bermasalah?!Bukankah ini sangat memalukan jika ia membuka mulut kemana-mana?Aku harus terlihat tenang dan biasa saja. Jika marah sekarang, maka dia akan menertawakanku. Aku harus tenang dalam menghadapi situasi genting ini!Gadis ini sangat pandai mencari celahku. Aku tak boleh lalai dan kalah darinya!” batin Raka mulai khawatir.“Ada apa Tuan Raka?Kenapa wajah Tuan terlihat sangat gusar?Apa Tuan sakit kepala?Aku bisa membantu meringankan sakit kepala Tuan, itupun jika Tuan Raka butuh bantuanku.” Tambah Rania. Ingin sekali Rania tertawa sejadi-jadinya, namun ia menahan sekuat mungkin agar tak nampak di hadapan sang direktur angkuh.Tawaran Rania membuat Raka menemukan cara untuk mengerjai gadis itu. Sebenarnya, Raka tak sakit kepala atau apapun itu. Ia hanya memikirkan cara untuk menghindari pertanyaan konyol dan menjebak yang dilontarkan oleh Rania.“Karena kamu
Walaupun terlihat kesal, Rania tetap harus mengikuti perintah dari sang atasan.Setelah masuk ke dalam ruang kerja Raka, ia memperhatikan penataan ruang kerja sang direktur dari setiap sudut ruangan.“ Wah....!Pantas saja ia dijuluki si Tuan bersih, ruangan-nya saja tertata rapi dan tak ada sedikit pun debu yang menempel dalam ruangan ini,” batin Rania kagum.Walaupun demikian, Rania sengaja tak menampakan wajah kagumnya kepada sang direktur. Ia tak ingin jika memuji sekarang, maka sang Direktur akan tambah besar kepala. Apalagi Rania berfikir jika direktur adalah tipe orang yang suka akan pujian.Masih asyik melirik suasana ruang kerja Raka, tiba-tiba sang direktur menyuruhnya duduk dengan nada sinis.“Mengapa bengong aja disitu?Mau berdiri terus sampai pelayanku datang mengantarkan baju?Cepat duduk!Jangan membuatku perlu mengulangi kata-kataku barusan!” ucap Raka dengan gaya arogannya.Mendengar sang Direktur menegur, akhirnya Rania langsu
Gadis itu sangat nekat,”batinnya lirih.” Detak jantung Raka, kini tak beraturan. Kacau-balau kini menghantui fikirannya. Imajinasinya,melayang kemana-mana.“Apa wanita ini sengaja ingin mencelakaiku?” semakin terlihat wajahnya yang pucat.Raka seakan memiliki trauma yang sulit untuk dilupakan. Tatapannya semakin memudar. Pandangannya kini samar-samar terhadap gadis yang sedang menyupir, ia tak lain adalah Rania.Gadis ini masih tetap dengan dramanya. Ia belum sadar akan penampakan pria yang duduk di belakang. Wajah direktur kian memucat. ”Tolong hentikan permainanmu!” ucapnya lirih. Nada suara yang biasa tinggi kini mulai merendah.“Ada apa denganmu, Tuan?Bukankah aku sangat pandai mengemudi?” Rania masih tak sadar juga. ”Cepat hentikan mobilnya!Aku...!” ucapannya terputus.Rania belum mengalihkan pandangannya ke belakang. Ia belum tahu apa yang terjadi pada sang Direktur.“Aku kenapa, Tuan?Mengapa tak melanjutkan kata-katamu?” R
Setelah kata-kata ancaman keluar dari mulut Raka, gadis ini sontak saja mengurungkan niatnya. Rania tak tahan diperlakukan seperti itu oleh sang Direktur. Hampir saja ia menyerah, namun tak mungkin jika harus angkat tangan dalam waktu yang singkat.Apalagi Rania telah membuat perjanjian dengan Raka.“Aku tak punya pilihan, selain mengikuti perintahnya sekarang. Toh, ini hanya sementara.” Gadis ini menenangkan diri.“Ngapain melamun, hah?Aku tak punya waktu untuk tinggal lama-lama disini. Kita pergi sekarang!” Raka terburu-buru.“Ta...,” ucapan Rania terputus.“Kenapa?Apa kamu kurang senang dengan perintahku?” bicaranya datar.Rania menarik nafas. Jika membantah dan membela diri pun, tak lantas akan membuat pemikiran sang Direktur berubah.“Dia kan pria berhati es, sangat dingin dan menyebalkan!” Rania membatin.Sang Direktur mengganti pakaian rumah sakit.“Dimana bajuku?Cepat bawakan kesini sekarang!” pria yang melemah kini
Setelah kejadian di stasiun itu, kini Raka seakan terlihat penasaran pada Rania. Mengapa demikian?Entahlah, pria itu pun tak mengerti.Waktu menunjukkan pukul enam pagi, Rania bangun seperti biasa. Gadis ceria ini terlihat tak bersemangat. Entah apa yang terjadi padanya, hanya dia yang tahu.Walaupun masih agak kesal dengan kejadian kemarin, namun Rania mencoba untuk tak mencampur aduk-kan dengan masalah pekerjaan. Apalagi hari ini, baru kedua harinya ia bekerja di perusahaan Raka.“Aku harus mandi secepatnya. Sebaiknya, aku tak bersikap seperti ini,” gadis ini mencoba kembali tersenyum dan melupakan semua kejadian kemarin.Langkah kakinya langsung menuju kamar mandi. Rania tak ingin Buk Tuti marah, hanya karena ia terlambat datang.“Aku tak boleh malas-malasan. Kasihan, Buk Tuti. Ia sudah cukup tua untuk marah dan membuang energi,” fikir Rania.Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, kini Rania langsung turun ke bawah. Tampak mami dan papinya lag