Share

Bab 4 - Perang Part 2

Selepas kepergian Herman dari ruangan itu, Ax meraih garpu dan steak knife-nya, memulai perang part 2. “Saya penasaran. Jadi apa sebetulnya sebutanmu? Simpanan? Sundal?”

Cherie, yang sedang menenggak wine-nya itu tersedak. Dia dikata sundal? Sialan! 

Cherie tersenyum. Menahan geram. “Well, let me educate you, Mr. Ax,”

“First of all, saya bukan jalang seperti yang anda sebutkan. Dua, kedua kategori yang anda sebut tadi bisa anda temui di club atau hotel, dengan intensi untuk.. nina ninu. Apa saat ini kita ingin nina ninu, Mr. Ax?”

“Apa itu ninani..?” 

“Tidur. Apa setelah ini anda mau mengajak saya tidur bersama, Mr. Ax?” 

“Holy sh-! Ya, jelas tidak! Saya punya is-“

“Bagus. Saya juga nggak mau. Cause that’s not what I do,” 

“So?”

“That's called Sugarbaby. Selama itu hanya menemani makan, ngopi, nonton, ngobrol, yang tidak ada kegiatan seksualnya, biasanya disebut Sugarbaby.”

“Saya tidak melihat apa bedanya. Sama-sama-”

“Jelas beda, tuan. Pokoknya, yang saya lakukan cuma sebatas menemani, bukan jual diri. Tapi kalau anda mau menyamakan, silahkan saja, sih.” Ujar Cherie cuek sambil menyuap daging ke mulutnya.

“Bagaimana denganmu, Mr. Ax? Apa anda perjaka tua sampai harus dipaksa kencan sama Pak Tata? Atau.. Apakah anda gay yang berencana insyaf?” Tanya Cherie yang memulai serangan baliknya.

Kali ini, gantian Ax yang NYEMBUR. “For God’s sake, NO!” Ucap Ax tidak terima. 

“Saya punya istri dan saya cinta istri saya. Tapi.. tapi, itu complicated- HOLY SHIT! I don’t owe you an explanation?!” Ax jadi kesal, bingung sekaligus gelagapan sendiri. 

Cherie tertawa. “Saya cuma nanya doang, kok, Pak. Nggak maksa anda jawab,” 

“Tapi bapak tenang saja, saya ini orangnya nggak judgemental. Klien saya juga banyak yang bilangnya sayang istri, tapi masih jajan diluar,” ucapnya lagi. Dan ucapannya lagi-lagi sukses besar membuat lawan bicaranya KESAL.

Ax menggeram, MARAH. Tapi, terlanjur malas untuk berdebat. Cewek di hadapannya itu bukan gadis sembarangan. Jadi, ia memilih diam saja. 

Namun, diamnya cowok itu ternyata tak berlangsung lama. Mulutnya masih gatal rupanya. 

“So, do you do this for a living?” Ax bertanya, merujuk pada pekerjaan sampingan Cherie.

Cherie menjawab santai, “hm, kinda,” 

“Tarifmu berapa?”

Cherie berhenti mengunyah sejenak. Karena pertanyaan itu keluar dari mulut lelaki semenyebalkan ini, konteks pertanyaannya jadi terkesan merendahkan. 

“Kenapa anda bertanya? Berencana mau booking saya?” 

Sial. Cewek itu lihai sekali membalikkan keadaan. Ax mengangkat bahu, “Cuma penasaran,”

“Tidak perlu bertanya kalau begitu,” 

“Saya bisa merekomendasikan kamu ke teman-teman saya,”

“Tidak perlu. Saya sudah full booked,” 

Bersamaan dengan itu, Cherie selesai dengan makan malamnya. Dia puas, steak dagingnya enak. Dessert Creme Brulee-nya juga luar biasa. Nggak sia-sia dia memilih melanjutkan makan malam ini, rasa laparnya terbayar tuntas. Pulangnya, bawa oleh-oleh uang sepuluh juta pula! 

“Apa anda masih punya pertanyaan lagi, Mr. Ax? Saya sudah selesai makan. Jadi, saya sudah boleh pulang, kan?”

Ax tidak menjawab hingga dia selesai mengunyah suapan terakhirnya dan menyesap wine-nya hingga tandas. 

“Ya. Actually, saya punya satu pertanyaan terakhir,”

“Silahkan,”

“Siapa namamu, nona?”

“Manis,” 

“Manis?”

Cherie nyengir. “Nona manis.”

Ax memijat pelipisnya yang mulai berdenyut. Sejak tadi percakapannya dengan gadis ini nggak ada yang beres. Semuanya MELANTUR. 

“Nama asli?” Tanya cowok itu, LELAH. 

“Bapak, kok, semakin kesini, semakin kepo, sih? Tertarik sama saya?”

Ya Tuhan.. Ini sih judulnya bukan Cherie yang bersabar pada Ax, tapi sebaliknya.

Ax memerah bak banteng ketemu bendera merah. Sebelum diseruduk betulan, Cherie buru-buru menjawab,

“Okay, it’s Angelina,” ucapnya asal.

Ax menyipitkan mata, lalu menatap gadis itu lamat-lamat, “Angelina?”

Cherie mengangguk, “Kenapa? Nggak cocok, ya?”

Cowok itu menggeleng, mukanya skeptis.

“Kalau begitu, nama saya Cynthia.”

“JADI YANG BENAR ITU YANG MANA?!” 

“Yang menurut bapak cocok aja, lah!” Ucap Cherie sambil Cherie mencantolkan tas di bahu.

“Pak, justru serunya punya Sugarbaby itu sama kayak punya Barbie. Mau dikasih nama Siti, Nurlela atau Esmeralda, bebas. Customize penampilan aja bisa. Jadi, bapak nggak usah repot-repot ngafalin nama saya.” 

Cherie beranjak. “Mr. Ax, terima kasih banyak untuk makan malamnya. Senang berbisnis dengan anda. Selamat malam,” ucap gadis itu sebelum berlalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status