bulan pun berlalu Dengan cepat, kini waktunya wisuda pun tiba, akhirnya Jihan menjadi seorang dokter, begitu juga dengan Maura, meski harus melewati satu proses lagi, agar Jihan dan Maura benar-benar menjadi seorang dokter. Sedangkan Septian dan Alex. Mereka pun kini menjadi seorang pembisnis meski dengan cara melanjutkan perusahaan milik keluarga masing-masing. Dan usia kandungan Jihan pun sudah memasuki bulan ke 7, perut jihan pun sudah membuncit dan untuk sementara Jihan hanya bisa berdiam diri dirumah dan menunda keinginan nya untuk menamatkan pendidikan terakhirnya untuk jadi dokter.
Sementara Septian, kini dia mulai bergabung dengan perusahaan milik ayahnya.
"Tian...!" Teriak Jihan. memanggil suaminya dengan teriakan dasyatnya sehingga Reno, Aleta dan Kiara pun mendengarnya, sedangkan Septian hampir tersedak makanan yang baru saja akan Septian kunyah.
"Dengar tuh mam, pasti Jihan baru bangun tidur deh. Terus li
Hari-hari kini dilewati Jihan dan Septian dengan penuh kebahagiaan. Meski Septian harus bersabar karena sikap manja Jihan, yang kadang berlebihan, membuat Septian kewalahan dibuatnya, namun itu menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Namis, dia jadi merasakan betapa sulitnya jadi seorang ayah, dan mungkin Jihan lebih dari itu, karena dia yang semakin sulit untuk bergerak karna perutnya sudah semakin membesar karena usia kandungan Jihan sudah menginjak 6 bulan, setelah selesai makan Septian dan Jihan pun kini sedang bersantai dikamar mereka."Sep, lihatlah sekarang perutku semakin besar, dan aku tidak bisa memakai baju seksi lagi, dan kamu. apakah kamu akan mencari wanita lain diluar sana nanti?" Ucap Jihan. Dengan mata yang berkaca-kaca, sambil memperhatikan bentuk tubuhnya dicermin, membuat Septian terkekeh dengan tingkah istrinya yang tengah merajuk."Astaga, sayang. Kumat lagi ya bapernya " Ucap batin Septian sambil menggele
Jihan dan Septian kini sedang duduk berhadapan dengan Dokter Naina, untuk memeriksa kandungan Jihan.Setelah Dokter Naina memeriksa kandungan Jihan, dia pun menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Jihan agar kandungannya selalu sehat dan mendapatkan posisi yang terbaik untuk bayinya, setelah selesai Dokter Naina pun meminta Jihan untuk berbaring di Brankar yang ada diruangan itu. Dokter Naina adalah Dokter kandungan pribadi Jihan yang dipilihkan oleh ibu mertuanya. Aleta. Karena kebetulan dia adalah teman baik sang ibu mertua."Baiklah Han, kamu berbaringlah dibrankar itu! hari ini aku akan memeriksa jenis kelamin calon bayi kalian. Baik kita mulai USG ya.""Baik, Dokter." Jihan pun kini sudah berbaring dibrankar didampingi oleh Septian yang menggenggam erat tangan Jihan."Baiklah, apa kalian sudah siap untuk mengetahui jenis kelamin bayi kalian? Ayo kita lihat bersama-sama," Ucap Dokter Naina. Mendengar
Septian baru saja keluar dari kamar mandi. Dia kini melihat Jihan sedang bersandar di kepala ranjang sambil mengelus-elus perutnya yang semakin buncit. Septian pun tersenyum saat melihat apa yang Jihan lakukan.Jihan yang melihat suaminya menatapnya dengan terus tersenyum pun menjadi bingung. Apakah suaminya salah makan hari ini?"Sep, aku perhatikan kamu senyum-senyum terus dari tadu? Kenapa, hm?" Tanya Jihan. Sambil menatap Septian yang kini kembali memggosok rambutnya yang masih basah."Tidak ada sayang. Aku cuma bahagia dan aku tidak menyangka, Sebentar lagi aku akan sah menyandang gelar baru yaitu menjadi seorang ayah. Hanya tinggal beberapa bulan lagi, iya akan bertemu dengan putri kita. Dan setelah dia lahir, maka aku dan kamu benar-benar akan jadi orang tua seperti ayah dan bunda. Kamu tahu ini seperti mimpi bagiku, mimpi yang sangat indah," Ucap Septian. sambil kembali tersenyum pada Istrinya. Mendengar apa
"Gi-Gilang." Jihan sangat terkejut sekaligus terlihat bahagia, karena dia bisa bertemu kembali dengan teman baiknya selain Maura dan Alex. Tapi tidak dengn Septian, kini dia terlihat kesal karena kedatangan tamu yang mungkin saja bisa disebut saingannya, meski dia kini sudah memiliki Jihan seutuhnya tapi entah kenapa Septian sangat tidak suka. Saat melihat Gilang hadir kembali dalam kehidupan Jihan."Jadi kalian sudah saling kenal?" Tanya Oma Nadia. Yang kini menghampiri Gilang dan tersenyum pada cucu angkatnya itu."Iya Nek, kebetulan kami pernah satu kampus, dan jujur aku pernah menyukai cucu nenek." Gilang pun tersenyum kearah Jihan. Membuat ibu hamil itu tersipu malu, sedang sang suami tersenyum sinis kearah Gilang sambil memeluk pinggang Jihan dengan sebelah tangannya dan terlihat sangat posesif. Namun, Gilang tidak menanggapinya dia malah kembali fokus pada sang nenek."Oh ya Nek. Maaf ya ayah dan ibuku tidak bisa da
Pembicaraan Jihan dan Septian via Handphone📱"Sep, hari ini aku ada cek kehamilan loh," Ucap Jihan. Melalui ponselnya."Iya sayang, tapi aku besok baru bisa pulang, kamu sama bunda aja ya ke Dokternya," Sahut Septian."Ya udah deh, padahal kan aku perginya pengen sama kamu. Sepeti di bulan-bulan biasanya, tapi ya udah deh aku minta diantar sama Bunda aja, tapi kamu hati-hati ya disana, jangan nakal loh," Ujar Jihan memperingatkan."Nggaklah sayang, mana mungkin aku berani macem-macem, cuma satu macem aja kok, itu pun sama istriku yang paling cantik dan manis. Gak akan sayang, aku pasti sudah tidak waras kalau sampai berbuat yang nggak-nggak.""Iya aku percaya sama kamu sayang, cepat pulang ya, aku sama dedek bayinya udah kangen banget sama kamu, sayang." Jihan pun tersenyum setelah mengatakan hal itu."Iya aku juga kangen sama kamu dan juga dedek bayinya,
Kini Jihan pun sudah berada diruang rawat. Jihan kini sudah berbaring dibrankar karena dia merasa sakit dibagian pinggulnya, namun sesekali dia terduduk, dan mengambil ponselnya. Tapi tak ada pesan satu pun dari suaminya."Bun, apa Tian ada telepon Bunda?" Tanya Jihan. Yang kini menatap Aleta yang sedang duduk bersama Kiara disofa."Cie, ada yang kangen nih kayaknya Bun. Kakak ini baru 4 hari ditinggal kak Tian, tapi kayaknya udah kangen banget yah," Goda Kiara."Iisshh..., kamu ini ngomong apa sih Kia, aku cuma nanya aja," Ucap Jihan. sambil tersipu malu, karena Kiara terus menggodanya."Sudah-sudah jangan ribut. Tian tadi bilang sedang diperjalanan pulang, jadi dia gak bisa telepon atau menerima telepon, dia bilang tidak ingin mengganggumu istirahat sayang. Tapi Bunda sudah bilang kalau dia langsung kerumah sakit aja, Bunda tahu pasti kamu udah kangen banget," Ucap Aleta. Jihan pun hanya tersenyum lalu d
Jihan kini sudah dibawa pulang kerumah setelah 3 hari dirawat dirumah sakit pasca melahirkan putri pertamanya, keluarga pun kini tengah berkumpul dikediaman keluarga Wijaya, untuk melihat si mungil yang kadang menangis saat digendong oleh Aleta dan Sabrina."Aduh cucu nenek kok gak mau digendong sih, kan neneknya pengen gendong," Ucap Sabrina. Sambil menimang cucunya yang mungil dan menggemaskan itu."Mungkin dia blm kenal kita Bina jadi pas kita gendong dia nangis, oh ya diberi nama siapa putri kalian Sep, Han?" Tanya Aleta." Anindya Violetta. Nama panggilannya Nindya, iya kan sayang," Ucap Septian dengan Antusias, lalu dijawab anggukan oleh Jihan yang kini tengah duduk disofa bersama Septian."Wah Nama yang cantik seperti baby nya cantik dan imut," Ucap Aleta."Hey Nindya, Cucu nenek yang cantik," Lanjut Aleta. Sambil melihat menatap Cucunya itu."Wah kayaknya dia setuj
Septian, Jihan dan Nindya pun sudah rapih dengan pakaian serba putihnya. Septian dengan baju santainya, sedang Jihan dengan dress putihnya, begitu juga dengan Nindya, kini mereka pun tengah duduk diranjang dengan Namis yang menggendong putrinya."Wah Princess papah udah wangi banget ya," Puji Septian. Lalu kini mencium kening mungil Nindya."Kalau mamanya, wangi gak?" Tanya Jihan yang kini memeluk Septian dari belakang dengan manjanya."Gimana de wangi gak mamanya?" Tanya Septian pada putri kecilnya, untuk menggoda Jihan, membuat wanita itu cemberut."Iiihh..., kamu mah gitu, udah gak sayang lagi ya sama aku," Rajuk Jihan. Yang kini duduk disamping Septian."Cie yang cemburu, ingat yang kamu bilang sayang. gak boleh cemburu sama putri kita." Septian mengingatkan dan Kembali menggoda istrinya itu, tapi saat melihat sang istri semakin menekuk wajahnya. Septian pun berbisik sesuatu yang