Share

Bab 5

"Tian. kamu mau kemana, Nak? Kemarilah," Panggil Angga. Membuat Septian yang akan melangkah pergi meninggalkan pesta menghentikan langkahnya, dan memutar tubuhnya kembali dengan cengiran khasnya, karena ketahuan akan melarikan diri. Dan kini mau tidak mau dia menghampiri Angga karna pria paruh baya itu memanggilannya. Kini Septian pun sudah berdiri disamping Sabrina dan Jihan di atas panggung.

"Sayang mana cincinnya?" Tanya Aleta pada suaminya dengan begitu antusias.

"Sebentar ada dikantong celanaku," Jawab Reno lalu mengambilnya dan memberikannya pada Aleta. Kini Septian pun sudah berada di disamping Angga. Membuat Angga Tersenyum karena rencananya dan sahabatnya berhasil untuk menjodohkan putra, putrinya.

"Dan ini. Perkenalkan dia calon menantu saya namanya Septian Erlangga Wijaya. Dia putra dari sahabat saya. Reno Refriyansyah Wijaya dan Aleta Evelyna Wijaya. Dan malam ini putri saya dan putra mereka akan bertunangan," Ucap Angga dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

"APA!"

Mendengar ucapan Angga membuat Jihan sangat terkejut. Namun, tidak dengan Septian, dia tahu ini akan terjadi dan ini semua karena kecerobohannya tadi. Terjebak oleh pertanyaan Angga yang memang dia sedang tidak fokus pada saat itu, akibat pengaruh kecantikan Jihan.

"Tapi Pa, kenapa gak tanya dulu sama Jihan?" Tanya Jihan dengan pelan tapi terlihat sangat kesal.

"Sudah diam. kamu nurut aja sama Papa. Leta bawa cincinnya kemari," perintah Angga dengan suara pelan. Kini Aleta pun membawa cincinnya itu dan berdiri disamping Septian. Sedangkan Angga kini menarik tangan Jihan untuk berdiri disamping Septian. beberapa pengusaha yg ingin menjodohkan putra mereka pada Jihan putri dari Angga pun tampak kecewa karena mereka baru tahu kalau Angga sudah memiliki calon menantu pilihannya sendiri.

"Pakaikan ke jari manis Tian!" Perintah Angga dengan suara pelan.

"Tapi Papa. Jihan gak mau," Rengek Jihan berusaha menolak apa yang Ayahnya perintahkan.

"Iya sama Tian juga gak mau om," timpal Septian ikut menolak pertunangannya dengan Jihan yang dadakan itu.

"Nggak bisa pokoknya pakein sekarang kalian harus segera bertunangan. Kalau tidak..., Papa dan Mama akan mengambil pasilitas yang kamu pakai juga ATM kamu, akan Papa bekukan  Jihan!" Ancam Angga dengan berbisik tepat ditelinga Jihan.

"Iya nanti pasilitas kamu dan ATM kamu juga akan suruh ayah kamu bekukan Tian," Aleta ikut mengancam dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh para tamu undangan.

Meski dengan berat hati akhirnya Jihan dan Septian pun bertunangan. Karena tidak ingin kehilangan pasilitas yang orang tua mereka berikan. Setelah tukar cincin Septian pun tersenyum meski dengan senyuman terpaksa, melihat itu para tamu undangan pun bertepuk tangan mereka pun ikut tersenyum saat Septian dan Jihan tersenyum, karena mereka ikut bahagia meski ada beberapa orang terlihat kecewa, karena tidak dapat mewujudkan impian mereka untuk menikahkan putra mereka dengan putri Angga. Setelah acara pertunangan selesai, musik pun dimainkan, sebagian para tamu undangan pun mulai berdansa karena musiknya yg slow memang diperuntukan untuk para tamu yang ingin berdansa.

"Udah kalian Dansa sana." 

Aleta menyuruh Septian dan Jihan untuk turun dan berdansa, lagi-lagi mereka terpaksa berdansa karena desakan dari ibu Septian.

Sedangkan Angga, Sabrina, Aleta dan Reno. Kini mereka sedang asik merayakan keberhasilannya menjodohkan putra putri mereka dan malah kini mereka sudah bertunangan.

"Awww..., sakit bego kenapa lo injek kaki gue!" Ketus Septian namun dengan suara pelan, meski sedang  kesal dia tidak ingin yang lain mendengar makiannya terutama para tamu undangan.

"Upsh, Sorry. Gue kira itu tadi sepatu berjalan."

Melihat Septian yang meringis kesakitan karena ulahnya sendiri. Bukannya menyesal Jihan malah terlihat senang, dia pun tersenyum lebar.

"Ah loe. Gak asik ah, udahanlah dansanya takut kaki gue cedera karena dinjek mulu sama lo," protes Septian.

"Oke kalau gitu, kita udahan dansanya." Sahut Jihan. Lalu dia pun berlalu meninggalkan septian sendirian. Jihan langsung pergi ke kamarnya meninggalkan pesta kedua orang tuanya. Dia kini pun duduk di depan meja rias.

"Aduh kenapa susah sekali lepasinnya? Tahu gitu tadi gue gak mau pakai gaun ini," Ucap Jihan. Lalu dia merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Namun, saat Jihan mendengar langkah kaki mendekat ke pintu kamarnya. Jihan langsung pura-pura tertidur, karena malas jika harus kembali ke pesta yang membosankan baginya.

"Ya ampun udah tidur aja nih anak. Ya udahlah mungkin dia kecapekan sampai-sampai gaunnya dipake tidur," Ucap Sabrina seraya tersenyum saat melihat kelakuan putrinya, yang kini tidur memakai gaun pestanya. Lalu setelah menyelimuti putrinya, Sabrina pun pergi meninggalkan kamar Jihan dan kembali ke tempat acara pesta berlangsung.

Sementara itu setelah kepergian ibunya. Jihan kini dia tengah bersantai diranjangnya sambil memainkan ponselnya chat dengan Maura, yang tadi pulang lebih awal karena orang tuanya ada urusan mendadak, jadi Maura tidak tahu kalau Jihan bertunangan dengan Septian. Setelah selesai berchat ria dengan Maura. Jihan pun memutuskan tidur sebentar karena memang dia sangat mengantuk.

Jihan kini sedang tertidur dikamarnya. Namun, tiba-tiba dia merasakan hembusan angin yg menerpa wajahnya, dia pun menggeliat dan tersenyum seolah menikmati kesejukan yang menerpa wajahnya.

"Memang sangat cantik. Ih apa-apan sih lo Tian! Cewek jadi-jadian kayak gini loe bilang cantik," Batin Septian berbicara saat melihat Jihan yg kini masih tertidur sambil tersenyum. Lalu dia kembali menepis perasaan kagumnya pada Jihan dan kembali dengan niat jahilnya yang keluar kembali ingin mengerjai Jihan.

"Woi! Bangun kebo ada gempa...!" Teriak Septian yang kini mulai menggoyang-goyangkan ranjang Jihan.

Brukk

Jihan terjatuh dari ranjangnya karna teriakan Septian dan karena ranjangnya yang digoyang-goyang oleh Septian. Membuat Jihan terkejut sampai tidaj sadar dan langsung terbangun dan melompat dari tempat tidurnya sampai-sampai dia jatuh terduduk dilantai.

"Mana gempanya, mana?"

Jihan yg kini terlihat panik. Namun, dia baru tersadar saat melihat Septian yang malah tertawa. Jihan sadar kalau dia sedang dikerjai oleh Septian.

"Ihh..., dasar Curut!! Gila lo kaget tau gak gue, kirain gue beneran ada gempa, ternyata loe lagi yang bikin ulah. Bisa gak sih kalau ngebangunin orang tuh jangan sambil dikagetin. Lo tuh ya sehari aja gak jahilin dan gangguin gue bisa gak sih?!" 

Kini Jihan kembali dibuat kesal oleh Septian. Jihan mengomel sambil mengusap-usap bokongnya sakit karena terbentur ke lantai saat tadi terjatuh dari tempat tidurnya.

"Gak bisa. Entah kenapa kalau gak ngerjain lo sehari aja rasanya ada yang kurang, gue suka banget bikin lo menderita. Lo tahu gak? Tidur lo itu kayak kebo, gue panggil-panggil gak bangun juga dasar kebo. Jadi udah gue putusin buat ganggu lo dan ganggu saat lo tidur itu ternyata lebih menyenangkan," Sahut Septian sambil tertawa terpingkal-pingkal dihadapan Jihan.

"Emang ada yg lucu ya bang? begitu amat ketawanya." 

Kini Jihan menatap malas kearah Septian yang masih belum berhenti tertawa diatas penderitaannya, dan itu sangat menyebalkan bagi Jihan.

"Ada. Lucu banget malah saat ngeliatin kebo jatuh dari ranjang itu lucu banget hahaha...."

Lagi-lagi Septian tertawa namun kali ini sambil memegangi perutnya dan dia tertawa dihadapan Jihan yg masih terduduk di lantai.

"Orang tuh kalau lihat princess jatuh tolongin dibangunin gitu. Ini mah malah diketawain emang dasar curut got mah gak punya hati, sebel deh inces sama curut got. Minggat sono dari kamar gue kalau nggak...." Tiba-tiba ucapan Jihan terjeda karena mencari sesuatu untuk dia lemparkan pada Septian. Namun Jihan tidak menemukannya.

"Kalau gue nggak pergi lo mau ngapain gue? Mau cium gue gitu? Iya kan ngaku lo! Tapi boleh juga sih mumpung lagi sepi," Ucap Septian yang mulai menggoda Jihan sambil mendekatinya. Yang masih setia duduk dilantai.

"Apaan sih lo! Lo gak salah minum obat kan? sejak kapan lo punya pikiran mesum kayak gitu Curut?!" Melihat Septian makin mendekat. Jihan pun mulai ketakutan.

"Sejak tadi, setelah kita tunangan," bisik Septian yg kini mulai memajukan wajahnya ke wajah Jihan. Namun, tiba-tiba plakk sebuah pukulan mendarat dikepala Septian.

"Aww...! sakit bego. Ini mah lama-lama bisa geger otak, terus amnesia gue kalau deket-deket terus sama lo, habisnya kepala gue kena geplak mulu. Susah banget sih diajakin romantis-romantisannya," Ucap Septian yg kini duduk disamping Jihan, sambil mengelus-elus kepalanya yg baru saja kena geplak tangan Jihan.

"Habis lo mau ngapain coba kayak tadi? Mau nekad yah hem? Gak bakalan bisa Curut! Ciuman pertamanya Inces kan cuma buat cowok yg bisa bikin Inces jatuh cinta dan klepek-klepek sama dia," Ucap Jihan sambil bangun dari duduknya.

"Emang ada gitu cowok yg mau sama cewek jadi-jadian kayak lo? Bisa rugi mereka nanti, habis tangan lo kan enteng banget. Gue mau bilang ah ke tante Bina. Tangan lo suruh dirukiyah," ujar Septian yg kini buru-buru bangun dari duduknya saat melihat Jihan mendelik kearahnya dengan tatapan tajamnya.

"iihh..., serem. Gue kabur dulu ah sebelum kepala gue geger otak karena digeplakin cewek jadi-jadian yg kalau tidur kayak kebo."

Setelah mengatakan itu, Septian pun berdiri dan bermaksud untuk keluar dari kamar Jihan.

"SEPTIAN! Keluar lo dari kamar gue Curut!" Ketus Jihan yg sudah jengkel dengan ulah Septian.

"Oke-oke gue keluar. Lagian gue kesini karena tante Bina yg nyuruh bangunin lo, dan nyuruh lo turun ke bawah karena acaranya sudah mau selesai kalau gak mah mana gue mau. Gue pergi dulu, bye cewek jadian-jadian," Ucap Septian. Lalu Septian pun keluar dari kamar Jihan.

"Iihh..., amit-amit gue punya calon suami model si curut. Gak ada bagus-bagusnya  sama sekali, ini lagi cincin kenapa susah banget sih dilepasinnya? Iihh..., Sebel banget gue sama si curut gila!" 

Jihan yang sudah kesal pun berusaha untuk melepas cincin tunangannya dari jari manisnya namun, tidak bisa. Sebenarnya cincin itu memang akan sangat susah dilepaskan karena Sabrina dan Aleta memilih cincin yg ukurannya agak kecil dari ukuran jari Septian dan Jihan, agar tidak ada drama melepaskan cincin pertunangan saat mereka bertengkar nanti.

Pintar sekali kedua wanita itu.

Kini Jihan pun sudah kembali ke pesta dan menikmati pestanya kembali, orang tua Jihan dan Septian pun kini tengah asik berbincang-bincang Mungkin mereka tengah membicarakan tentang pernikahan Jihan dan Septian.

Sementara Septian dan Jihan mereka kini sedang asik dengan ponselnya masing-masing. Septian duduk didekat jendela sedangkan Jihan duduk di sudut jendela dekat pintu, entah apa yang sedang mereka lakukan dengan ponsel mereka masing-masing sehingga terlihat begitu serius pada ponsel mereka masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status