Setelah selesai mencuci jaket Andra, Tiara kemudian masuk ke dalam kamarnya itu dan duduk di atas tempat tidurnya ingin memakai body lotion. Dia hanya memakai handuk pendek yang menutupi tubuhnya."Ra? Aku mau..." Andra tersentak kaget begitu dia memasuki kamar Tiara tapi wanita itu malah menjerit histeris."Ngapain kamu masuk ke kamar aku? Pergi kamu!" teriak Tiara sambil memeluk bantalnya ketakutan."Ra, kamu kenapa sih? Aku kan ke sini cuma mau ngambil bonekanya Nayla." Andra terlihat khawatir dengan Tiara. Diapun berinisiatif untuk mendekat dan malah semakin membuat Tiara menggigil ketakutan.Andra bingung dibuatnya. Tiara kenapa ya? Bukannya sebelumnya wanita itu sudah tidak takut padanya? Tapi kenapa sekarang dia jadi seperti itu lagi?"Please, jangan lagi.." Tiara terisak kali ini.Akhirnya Andra mengerti satu hal. Tiara rupanya mengira dia akan berbuat hal yang sangat dia sesali dulu itu lagi. Andra menghela napas."Oke. Aku pergi." Andra berkata seperti itu sambil mengangkat
Haripun berganti malam dan sudah selarut ini tapi Raka belum juga pulang. Tiara mau tak mau jadi cemas juga karena semakin lama suaminya itu lebih sering pulang malam bahkan kadang tak pulang dengan alasan lembur. Apa memang benar kerjaannya banyak sehingga harus lembur terus?Tiara membaringkan dirinya di kasur dan memainkan ponselnya. Dia ingin membuat akun media sosial baru lagi. Ya, sejak kejadian kelam dulu itu dia langsung menutup akun medsosnya itu agar Andra tak bisa melacak keberadaannya. Dia tak ingin laki-laki itu kembali dalam hidupnya namun harapannya musnah. Karena entah bagaimana Andra tetap saja mampu menemukannya.Setelah selesai mendaftar dan lain sebagainya akhirnya akun medsosnya selesai dibuat. Dia tersenyum puas."Aku mau follow si Dina ah," gumamnya. "Terus Mas Raka."Mata Tiara melebar kaget begitu melihat postingan akun milik suaminya itu. Di mana ada foto Tasya yang sedang duduk di kafe bersama Raka. Mengapa mereka bisa sedekat itu? Apa hubungan mereka? Bukan
Besoknya di tempat kerjaan Tiara jadi terlihat murung, sebenarnya dia sedang tidak enak badan gara-gara semalaman menangis dan tidur di sofa ruang tamu karena tak enak jika menganggu Raka tidur. Namun suaminya itu malah mendiamkannya dan pagi-pagi sudah berangkat ke kantor tanpa mau menjelaskan lebih banyak kepadanya.Dina yang datang ke tokonya jadi bingung melihat sahabat baiknya sedih seperti itu dan diapun duduk di sampingnya. Kebetulan ini masih pagi jadi belum ada pembeli yang mampir."Kamu kenapa lagi, Ra?" tanya Dina penuh perhatian."Aku nggak apa-apa kok," sahut Tiara lirih.Namun yang namanya sahabat Dina pun tentu saja tak mempercayai jawaban Tiara itu. Dia pasti sedang ada masalah yang sangat serius."Udah cerita aja, Ra. Aku tau kamu pasti lagi ada problem kan? Soal Raka lagi?""Bukan kok, serius deh." Tiara menggeleng pelan.Dina kemudian mengusap-usap bahu Tiara. "Kita ini sahabatan udah lumayan lama loh. Jadi aku pasti tau lah kamu lagi jujur apa bohong. Udah cerita a
Malamnya pulang kerja Tiara berjalan kaki menuju rumahnya setelah turun dari busway. Pikiran dan juga fisiknya benar-benar lelah jadi dia ingin segera cepat sampai rumahnya dan beristirahat.Saat itulah seorang pengendara motor sport berhenti di sampingnya. Dia menoleh dan terkejut saat melihat ternyata orang itu adalah ya siapa lagi kalau bukan Andra. Laki-laki itu tersenyum padanya namun dia membalasnya dengan tatapan sinis."Ra, ayo naik!""Ogah! Mendingan aku jalan kaki daripada bareng kamu," balas Tiara sambil meneruskan jalannya.Namun karena orang itu adalah Andra jadi ya tetap dia mengikuti Tiara di sampingnya dengan menurunkan satu kakinya sambil menjalankan motornya pelan."Masih lumayan jauh loh. Udah sini aku bonceng aja.""Ogah amat!"Andra menghela napas, Tiara itu kenapa keras kepala sekali."Nayla pasti sekarang lagi nungguin kamu di rumah."Mendengar anaknya sontak langkah Tiara terhenti. Benar juga. Dia pun kemudian berbalik."Oke deh, tapi kali ini doang."Andra ter
Tiara segera menghapus air matanya itu dan turun dari kasurnya saat dia mendengar suara Nayla yang memanggilnya itu. Segera dia kembali mengancingkan bajunya itu dan memasuki kamar anaknya."Mamaaaaa.."Terlihat sang anak duduk di atas kasurnya sambil mengulurkan kedua tangannya meminta digendong."Iya sayang, Mama udah di sini. Ada apa kok Nayla belum bobo?" Tiara pun mengangkat anaknya itu kemudian memangkunya dan menciumi pipinya gemas yang membuat anaknya itu terkikik senang."Nayla tadi udah tidur tapi tadi denger suara Papa terus kebangun, tapi ke mana Papa, Ma? Kan Nayla kangen mau ketemu Papaaa.."Tiara kemudian mencium kening Nayla dengan sayang. Ternyata benar kata ibunya Nayla semakin menyayangi Andra. Dia sedikit merasa bersalah kepada anaknya itu karena sudah berniat ingin menjauhkannya dari ayah kandungnya sendiri. Sekarang demi Nayla dia tidak boleh bersikap egois."Tadi itu Papanya Nayla cuma nganterin Mama pulang aja, sayang. Tapi Nayla jangan khawatir ya, besok pasti
"Iya boleh. Kakak mau nanya apa ya?" Damar mengernyit bingung."Gini, kamu kan temennya Andra. Nah kamu tau nggak dia lagi sibuk apa sekarang? Kok jarang keliatan ya udah beberapa hari ini."Damar tampak sedikit heran mengapa Tiara menanyakan tentang teman baiknya itu. Setahu dia kan mereka berdua tidak saling mengenal dengan akrab.Tiara rupanya menyadari ekspresi bingung Damar. "Jadi gini, maksud aku tuh, kan anak aku Nayla itu seneng banget main sama Andra. Jadi dia nanyain terus. Gitu."Damar manggut-mangut sekarang. "Oh gitu ya Kak? Tak kirain ada apa kok nggak ada angin nggak ada hujan kok Kak Tiara tetiba nanyain Andra."Tiara memaksakan diri untuk tersenyum. "Iya. Jadi dia di mana?"Mendadak ekpresi Damar terlihat sedih. Perasaan Tiara jadi tidak enak. Jangan-jangan benar dugaannya kalau telah terjadi sesuatu dengan Andra. Dia jadi semakin cemas sekarang."Jadi, si Andra itu udah ada tiga harian ini sakit, Kak," ucap Damar dengan ekspresi sedih."Sakit? Dia sakit apa?" tanya T
Tiara mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar kos Andra yang kecil namun rapi itu. Yang mana hanya ada satu meja kecil, lemari lalu kasur lantai busa. Dia jadi prihatin, ternyata demi anak mereka Andra sampai jauh-jauh ke sini, tinggal sendiri di kos-kosan."Kamu udah minum obat?" tanya Tiara.Andra menggeleng pelan. "Belum kalau hari ini."Tiara menghela napas kemudian dia mendekat kepada Andra dan memegangi dahinya. Andra tertegun dibuatnya. "Kamu masih panas banget gini. Kenapa belum? Kamu udah ke dokter?""Males aja minum obat mulu. Belum ke dokter juga, lagian aku tiduran aja juga nanti sembuh sendiri," jawab Andra santai.Tiara berdecak kesal sambil menarik tangannya dari dahi Andra. "Sembuh gimana? Buktinya udah tiga hari kamu masih gitu-gitu aja masih panas badan kamu, masih lemes juga tuh."Andra tersenyum tipis terharu dengan omelan Tiara, itu kan tandanya wanita itu masih peduli padanya."Males aja, Ra," sahut Andra sambil mencoba untuk bergerak namun dia langsung memegan
"Iya. Aku lakuin ini kan buat anak kamu," sahut Tiara tanpa sadar membuat Andra tersenyum bahagia mendengarnya bicara seperti itu."Aku suapin ya?""Nggak usah. Biar aku makan sendiri aja.""Tangan kamu masih gemeteran gitu tuh, udah nggak apa-apa, ayo buka mulut kamu. Aaa..." Tiara menyodorkan sesendok bubur itu ke mulut Andra. Andra membuka mulutnya dan memakan sesuap bubur darinya. Tiara tersenyum."Enak nggak?"Andra mengangguk cepat. "Banget, rasa masakan kamu dari aku kecil malah makin enak."Tiara tersenyum dipuji seperti itu. "Yang bener? Masa sih?" dia kembali menyuapi Andra. Andra mengangguk."Bagus, kalau gitu abisin ya. Pinter nih bayi kecilnya aku," ucap Tiara tanpa sadar."Bayi kecil apanya sih? Badan aku aja udah segede gini." Andra tersenyum."Emang iya kok. Kamu itu bayi kecil aku yang lucu.." barulah Tiara sadar dan segera menatap ke arah lain tak berani menatap Andra yang tertawa kecil itu."Kenapa ketawa sih?" tanya Tiara sinis."Nggak ada. Aku nggak ketawa kok. Ma