Share

Pulang Arisan

Tiara dan ibunya sebelum acara arisan selesai sudah pamit pulang kepada Bu Rina dan ibu ibu arisan yang lain dengan alasan Nayla sendirian di rumah tidak ada yang menjaga. Raka juga kan belum pulang karena katanya sedang lembur di kantor. Alasan itu memang benar tapi juga ada alasan lainnya yang lebih penting yaitu ibunya mengetahui dengan pasti anaknya sangat ketakutan karena ternyata Andra juga ada di sana. Untung Bu Rina dan ibu ibu arisan lainnya itu bisa mengerti dan tidak curiga kenapa mereka berdua buru-buru pulang.

Tiara segera masuk ke dalam kamarnya dan menghempaskan tubuhnya telungkup di tempat tidurnya. Dia menangis sejadi-jadinya malam ini. Kenapa Andra selalu muncul di mana saja dia berada?

Ibunya pun terlihat sedih melihat putrinya itu, dia masuk ke kamar Tiara dan duduk di tepi kasur.

"Nak, sudah kamu jangan nangis terus. Mama kan jadi ikut sedih, Nak," bujuk sang ibu sambil mengusap-usap punggung Tiara agar tenang.

"Kenapa dia selalu muncul di mana aja ada aku, Ma? Apa dia nggak tau kalau aku ini takut liat dia? Dia maunya apa?" Tiara masih saja terisak.

"Kamu jangan takut, Nak. Dia nggak akan berani macem-macem sama kamu. Kan ada Raka yang jagain kamu sama Nayla."

"Iya, Ma. Tapi Mama kan tau juga kalau orang itu bisa nekat. Aku nggak mau liat dia lagi, Ma. Udah cukup."

Ibunya hanya terdiam karena dia memang tahu betul bagaimana sifat Andra terutama jika pria itu sedang dikuasai amarahnya bisa menjadi sangat menakutkan.

"Aku benci sama dia, Ma!"

"Udah, Nak. Mama minta sama kamu jangan teriak gitu nanti Nayla bangun jadinya kan takut nanti," bujuk ibunya.

Tiara pun bangun kemudian memeluk ibunya erat sambil terisak.

"Mama, pokoknya kalau pas dia ke sini tolong jangan biarin dia masuk ke rumah kita ini ya, Ma? Aku takutnya dia macem-macem sama anak aku pas aku lagi kerja."

"Iya, Nak. Mama bakalan jagain Nayla di sini tenang aja. Lagian dia nggak bakalan macem-macem sama anak kamu."

"Kenapa Mama bisa bilang gitu?" tanya Tiara yang melepaskan pelukannya untuk menatap ibunya dengan tatapan ingin tahu.

Ibunya menghela napas. "Dia kan pasti ngiranya kalau Nayla itu adalah anaknya jadi mana mungkin dia berani macem-macem sama anaknya sendiri kan?"

"Tapi Nayla bukan anaknya Andra," sahut Tiara sambil menunduk. Tatapan matanya dingin.

"Ya sudah, ini kan sudah malam jadi kamu istirahat ya, Nak! Mama juga mau istirahat."

"Iya, Ma." Tiara mengangguk.

"Mama tinggal ya? Udah jangan sedih dan takut lagi!" pinta ibunya sambil mengusap bahu Tiara dengan sayang.

Tiara mengangguk lemah sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.

Ibunya pun keluar dari kamar putrinya itu sambil menghela napas. Berarti benar dugaannya kalau Andra yang datang ke rumah mereka dan membuat Tiara menutup pintu rumah dengan keras itu. Dia jadi heran sebenarnya Andra itu mau apa lagi sampai menyusul mereka ke kota ini.

Sementara itu Andra sedang merokok di balkon rumah Damar. Melihat Tiara malam ini membuat hatinya pilu. Jelas sekali wanita itu selalu melihatnya seperti dia adalah monster. Dia menghela napas.

"Gua harus lebih keras lagi minta maafnya ke Tiara, gua nggak mau kehilangan dia lagi dalam hidup gua."

Damar datang menghampiri temannya itu dan berdiri di sebelahnya bersandar pada besi pagar.

"Lu nginep di rumah gua kan?" tanya Damar.

"Ogah lah, elu berisik kalau tidur!"

Damar berdecak. "Enak aja lu! Kagak lah."

"Pakai kagak ngaku lagi lu."

"Emang iye kok. Gua kalau tidur anteng kagak kayak elu yang berisik, ngigo mulu lu!"

Andra terkejut. "Kagak lah, ngarang aja lu!"

"Iye, lu ngigo orang gua pernah denger kok. Jelas banget malah, lu ngigo manggil-manggil nama Tiara, Tiara yang mana sih?" tanya Damar yang menatap penasaran ke arah temannya itu.

Andra yang mendengarnya jadi gelagapan.

"Oh gua ngerti nih, jangan-jangan Tiara itu Kak Tiara Mamanya Nayla itu ya? Parah lu, lu ngimpiin bini orang ya lu? Ckckckck..." Damar menatap ngeri ke arah temannya itu. Tidak menyangka temannya menyukai wanita yang sudah bersuami dan punya anak.

"Kagak lah, ngarang aja lu," bantah Andra yang salah tingkah itu. Untung Damar sedang tidak melihat ke arahnya lagi jadi tidak curiga.

"Ngarang gimana? Orang gua punya kuping, gua bisa denger lah pas lu lagi ngigo."

"Gua tuh kalau tidur anteng, mana mungkin sampai ngigo segala."

"Halah boong aja lu! Nih kuping gua denger sendiri lu manggil-manggil nama Tiara Tiara gitu! Eh lu ngimpi apaan? Jangan-jangan lu ngimpi jorok iya kan? Ngaku lu!" Damar bergidik ngeri. Tidak menyangka sohibnya itu ternyata bisa berpikiran mesum seperti itu.

"Udah lah gua dah ngantuk," sahut Andra yang kemudian berlalu pergi.

Damar pun semakin menjahilinya. "Wah, jadi bener lu ngimpiin jorok sama Kak Tiara yang itu? Parah lu! Bini orang itu, Bro!" ucap Damar yang berjalan mengikuti temannya itu ke kamarnya.

"Seandainya kalau iya gua beneran ngigo kayak yang elu bilang itu, itu juga pastinya bukan Kak Tiara yang itu lah. Gila aja lu gua berani ngimpiin bini orang!"

"Bisa aja kan?" sahut Damar yang ikut berbaring di kasurnya di sebelah Andra yang berbaring telentang menggunakan lengannya sebagai bantal itu.

"Bukan lah, lagian nama Tiara kan banyak."

"Ngeles aja lu!"

"Lu yang nuduh gua sembarangan."

"Udah lah gua mau tidur, udah ngantuk banget nih."

"Sono," sahut Andra. Dia diam-diam tersenyum tipis. Dia memang sering memimpikan Tiara dalam tidurnya.

"Awas lu kalau ngigo lagi!"

Andra diam saja, mulai memejamkan matanya. Dia berharap semoga malam ini Tiara hadir dalam mimpinya lagi karena hanya dalam mimpinya wanita itu tidak kabur jika melihatnya dan malah mereka berdua bisa mengobrol akrab seperti dulu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status