Share

Kembali Takut

Andra melihat dengan tatapan sedih ke arah rumah Tiara. Di mana terlihat Tiara yang sedang menggendong Nayla sambil mencium tangan Raka di depan pintu. Mengantar Raka berangkat ke kantor pagi itu. Dia berdecak kesal melihat senyuman manis juga tatapan penuh cinta Tiara yang ditujukan kepada Raka.

Andra tersenyum senang saat melihat Raka sudah pergi mengendarai mobilnya itu. Dia pun berinisiatif turun dari motornya. Menyisir rambutnya dengan jarinya sambil berkaca di spion motornya terlebih dahulu kemudian berjalan menghampiri Tiara yang masih berdiri di depan pintu sambil menimang Nayla, membelakanginya.

Andra tersenyum haru melihat pemandangan manis tersebut. Dia lega melihat Tiara yang begitu menyayangi anaknya itu dan wanita itu juga mau mengurus dan membesarkan Nayla hingga menjadi anak yang sehat dan cantik.

"Nayla lagi nganterin Pa?" ucap Tiara kepada Nayla. "Pa...."

"Papaaaaa.." seru Nayla heboh sambil melambaikan tangannya kepada Andra yang sudah berdiri di belakang Tiara. Andra tersenyum senang melihat anak manis itu dan balas melambaikan tangannya membuat Nayla terkikik senang.

"Nak, Papa kamu kan udah berangkat kerja. Kenapa? Nayla masih kangen Papa? Iya?" Tiara masih belum menyadari keberadaan Andra.

"Papaaaa..."

"Iya, sayang. Ini Papa."

Deg!

Sontak Tiara berbalik dan terbelalak kaget menatap Andra yang tersenyum padanya itu. Dia mundur dan memeluk Nayla erat membuat anaknya itu terkejut dan menatapnya bingung.

"Tiara tunggu dulu!" pinta Andra sambil menarik lengan Tiara saat wanita itu ingin mencoba masuk ke dalam rumah.

"Lepasin!" Tiara berteriak takut.

Nayla menangis keras mendengar ibunya berteriak seperti itu. Andra jadi panik dan serba salah.

"Ra, aku cuma mau minta maaf sama kamu, tapi kamu nggak pernah mau ngasih aku kesempatan buat minta maaf. Kamu kabur terus, aku harus gimana?"

"Lepasin saya!" seru Tiara sambil menghempaskan tangan Andra sehingga dia berhasil terbebas dari cengraman laki-laki itu dan segera masuk ke dalam rumahnya sambil menepuk-nepuk punggung anaknya menenangkannya agar berhenti menangis.

Andra terlihat kecewa sekali lagi sambil menatap pintu rumah Tiara yang sudah ditutup keras itu dengan tatapan sedih.

"Gua harus gimana lagi biar dia maafin gua?" gumam Andra pilu.

Tiara pun membawa anaknya masuk ke dalam kamarnya. Ibunya mengikutinya masuk dan terlihat bingung.

"Kenapa Nayla bisa nangis gini? Emang siapa yang di luar itu kok kamu sampai nutup pintunya keras banget?" tanya ibunya penasaran.

"Nggak ada siapa-siapa kok. Nayla nangis karena nggak mau pisah sama Papanya. Udah ya, Nayla sayang maafin Mama tadi udah bikin kamu takut ya? Udah sayang, cup cup cup. Mama janji sama Nayla lain kali Mama nggak akan gitu lagi deh." Tiara terpaksa berbohong kepada sang ibu karena dia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya kalau Andra yang sedang di luar rumahnya itu.

Naylapun berhenti menangis. Tiara jadi lega. "Nah gitu, itu baru anak Mama yang cantik dan pintar juga nurut sama Mama."

Nayla terkikik senang karena pipinya diciumi ibunya.

Ibunya namun seperti tak percaya pada anaknya itu. "Yang bener kamu? Beneran nggak ada orang di luar sana?"

"Iya, Ma."

Ibunya tetap berpikir ada yang sudah terjadi pagi ini dengan Tiara.

"Ya udah kalau gitu Mama mau siap-siap dulu nyiapin baju, nanti malam kan ada arisan di rumah Bu Rina. Kamu juga ikut ke sana kan nanti malam?"

Ah iya Tiara baru ingat. Dia pun mengangguk mengiyakan.

Malamnya Tiara bersama Ibunya berangkat menuju rumah Bu Rina, Nayla terpaksa harus ditinggal di rumah karena anak itu sudah tidur pulas jadi tidak mungkin dibawa. Lagipula acaranya hanya akan sebentar saja jadi mereka tidak perlu terlalu cemas meninggalkan anak itu sendirian di rumah. Toh daerah mereka selalu aman dan terkendali.

Merekapun masuk dan disambut oleh Bu Rina dengan ramah. Mereka berdua pun menyalami mereka yang hadir di sana. Terlihat semuanya sudah siap ada berbagai camilan kue dan juga minuman di atas meja.

"Anak-anak ayo ke sini buruan makan dulu sini bareng sama ibu ibu arisan ayo ke sini, Nak!" panggil Bu rina.

Damar pun keluar dari arah ruang tengah bersama Andra. Mata Tiara melebar kaget dan jantungnya berdetak kencang seperti biasa jika melihat Andra.

Ibunya yang melihat Andra itupun terkejut juga, dan dia yang menyadari perubahan Tiara tersebut pun menenangkan anaknya itu. "Tenang, Nak. Nggak apa-apa ada Mama di sini. Kamu nggak bakalan kenapa-kenapa." Dia berusaha membujuk anaknya itu sambil mengusap-usap punggungnya lembut. Dan berhasil, Tiara sedikit tenang sekarang.

Andra yang melihat keadaan Tiara menjadi miris dan lebih merasa bersalah. Hatinya terasa hancur.

"Tante Rina, saya makannya di dalem aja ya?" pinta Andra sopan.

Damar menjadi bingung melihat temannya itu. "Ngapa sih? Udah makan di sini aja bareng-bareng. Ya nggak Ma?"

Bu Rina mengangguk sambil tersenyum keibuan. "Iya, Nak Andra makan aja di sini sama kita-kita. Kan kalau makan ngumpul gini kan jadi rasa makanannya tambah enak."

Tiara membuang muka ke arah lain saat Andra menatap ke arahnya.

"Ya udah deh, Tante."

"Wah, Nak Andra ini ganteng banget ya, udah punya pacar belum? Kalau belum nanti mau saya kenalin ke anak saya."

"Enak aja, Ibu. Orang saya udah antri lama kok mau jodohin Nak Andra sama anak saya yang masih kuliah."

"Saya duluan kok, Bu."

"Enggak saya duluan."

Begitulah para ibu ibu arisan itu saling berebut untuk menjadikan Andra sebagai anak mantu mereka lalu mereka pun tertawa bersama. Andra juga tertawa.

"Main jodoh-jodohin aja. Nak Andranya coba ditanyain udah punya pacar belum?" ucap Bu Rina.

"Saya udah punya," jawab Andra tanpa sadar sambil menatap Tiara.

Tiara yang mendengar pengakuan anak itupun menjadi takut kembali. Namun disampingnya sang ibu memeluknya erat, berusaha membuatnya tenang.

"Tuh kan, anaknya sendiri sudah ngaku udah ada pacar." sahut Bu Rina.

Sontak para ibu yang tadi berdebat itupun bersorak kecewa karena gagal menjodohkan anak mereka dengan Andra.

Damar pun sejak tadi tak terlihat peduli, dia sudah mulai sibuk makan camilan dengan lahapnya.

Andra duduk selonjoran di lantai sambil bersandar di tembok, matanya diam-diam mengawasi Tiara yang sedang makan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status