Share

Bab 7

Penulis: Icas Sia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-18 12:09:02

"Bener-bener ya kamu!"

Elena mendengus kesal dengan tingkah putranya. Pasalnya Enzo meninggalkan Aylin seorang diri. Hal itu lah yang membuat Elena memarahi Enzo.

"Iya-iya Enzo minta maaf," ucap Enzo.

"Kok kayak gak ikhlas gitu jawabnya!?" protes Elena sengit.

Laki-laki bertubuh jangkung itu menarik napas dalam. Daripada terjadi perang dunia lebih baik ia mengalah.

"Iya Bunda cantik Enzo minta maaf," sahut Enzo seraya memamerkan deretan giginya.

Namun wanita paruh baya itu masih saja menggerutu. Ia sungguh tidak bisa menoleransi kelalaian putranya. Bagi Elena Aylin tak kalah penting karena sudah ia anggap seperti putri kandungnya sendiri.

Tidak mempan dengan pujian Enzo mencoba memutar otak mencari cara. Guratan serius mulai terpancar dari wajahnya yang biasanya jenaka. Sungguh pemandangan yang langka.

"Bun tadi Enzo beli gulali loh," bujuk Enzo merayu sang Ibu agar luluh.

Apakah cara itu akan berhasil? Aylin geleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan bujukan Enzo kepada mertuanya. Memangnya Ibunya anak kecil?

"Oke dimaafkan."

Hah? Aylin mengerjapkan mata tidak percaya dengan ucapan Elena sang mertua. Ia tidak menyangka semudah itu mertuanya luluh. Bahkan Elena sudah terlena dengan sebungkus gulali berbentuk kelinci ketimbang dirinya.

"Benar-benar keluarga yang absurd," lirih Aylin berjalan menuju kamar.

Berbeda dengan Elena, Markus yang baru saja tiba dari kantor lantas bergegas menuju kamar bernuansa pastel.

"Kamu tidak apa-apa Ay?" cecar Markus khawatir kepada menantunya yang ditinggal begitu saja oleh Enzo.

Aylin menghela napas lega, ternyata masih ada orang waras di keluarga itu. Dengan tersenyum hangat Aylin menyambut sang ayah mertua.

"Ay baik-baik saja Yah," jawab Aylin membuat Markus sedikit tenang.

Markus memutuskan untuk mencari keberadaan putranya. Perbuatan Enzo terlalu sembrono. Bagaimana jika ada yang menculik Aylin. Walau bagaimanapun Aylin masih dibawah umur.

"Sini kamu!" seru Markus menarik tangan Enzo dari kursi di ruang keluarga.

"Yah mau dibawa kemana anaknya?" tanya Elena tidak terima.

"Bun, dia sudah keterlaluan harus diberi pelajaran. Bisa-bisanya istri ditinggal gitu aja."

Diantara adu debat kedua orang tuanya. Enzo mengacak rambut pusing. Ia tahu ia salah tapi ia tidak suka jika orang tuanya sampai berdebat.

"Enzo sudah minta maaf Yah," ungkap Elena mencoba mendebat suaminya agar Enzo tidak jadi mendapat hukuman.

Lagi Enzo mengacak rambutnya sendiri frustasi. Ia mendadak ingat dengan luka lebam di pipi Aylin. Tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Ia diam-diam pergi menuju kamar gadis mungil yang belum lama menyandang status sebagai istri sahnya.

"Belum tidur?" tanya Enzo setelah membuka pintu kamar.

"Aaaa!"

"Stttttttt, diam jangan berisik nanti ketahuan Bunda."

Aylin mendelik menatap waspada laki-laki yang dengan lancang masuk kamarnya. Ditambah Enzo membungkam Aylin dengan jemarinya yang panjang dan lebar. Aylin benar-benar tidak bisa bersuara.

Mau apa dia? Batin Aylin takut. Jantungnya berdegup dengan kencang. Waspada dengan kedatangan Enzo yang mendadak seperti tahu bulat.

Enzo menatap dalam wajah gadis mungil yang nampak ketakutan itu. Alisnya bertaut dengan serius.

"Pipimu masih sakit?" tanya Enzo memecah pikiran Aylin. Serentak dengan tangan Enzo yang juga mulai mengendur tidak lagi membungkam Aylin.

Gadis mungil itu menggelengkan kepala. "Tadi sudah di kompres bunda," jawab Aylin.

Mendengar hal itu Enzo merasa sedikit lega. Dan berlalu meninggalkan Aylin di kamar. Sementara Aylin hanya bisa bertanya-tanya. Apa yang menjadi alasan Enzo meninggalkan dirinya begitu saja?

KRINGGGGG!!!!!

Bel istirahat berdering nyaring. Tidak seperti biasanya yang bersemangat. Aylin kembali terduduk lesu mendengar bel istirahat kedua. Tidak ada bedanya dengan istirahat pertama. Semenjak kejadian beberapa Minggu lalu Aylin tidak berani keluar saat istirahat. Ia masih takut berhadapan dengan kakak kelasnya yang bernama Misel.

"Serius Ay kamu gak ke kantin?" tanya Sesil yang merasa aneh dengan perilaku Aylin. Ia hafal betul sahabatnya itu selalu semangat pergi ke kantin.

Aylin mengiyakan pertanyaan Sesil dengan lemah. Tanpa mampu protes sedikitpun.

"Kenapa? Takut ketemu kak Misel?"

Insiden tentang pertengkaran Misel dan Aylin sudah menyebar di penjuru sekolah. Gosip itu menyebar dengan sangat cepatnya. Dengan pasrah Aylin kembali menganggukkan kepala.

"Aylin."

Suara khas laki-laki yang begitu Aylin hafal membuat ia mendongakkan kepala. Matanya membulat melihat siapa yang tengah masuk ke dalam kelasnya. Seorang laki-laki yang membuat dirinya mendapat tamparan keras hingga lebam. Laki-laki itu kini berada dihadapannya. Rasanya tidak masuk akal.

"K-kak Devin."

Kedatangan Devin sebagai kakak kelas membuat suasana menjadi riuh. Devin begitu terkenal di sekolah lantaran kharismanya yang kuat.

"Oh my God, kak Devin beneran kesini dong."

Aylin menginjak kaki Sesil yang dengan berani berkata demikian. Apa Sesil lupa Devin memiliki pawang yang begitu menyeramkan. Mengingat wajah Misel membuat bulu kuduk Aylin meremang.

"Sakit ogeb!" lirih Sesil meringis menahan sakit di kakinya.

"Jangan bicara sembarang Sil," tutur Aylin dengan tegas. Walaupun hanya Sesil yang dapat mendengar dengan jelas.

"Wah ada apa nih. Kak Devin sampai bela-belain dateng ke kelas XI?" sindir salah satu siswa di kelas Aylin.

Dengan percaya diri Devin berjalan mendekati Aylin yang diam terpaku. Laki-laki menyunggingkan senyuman menawan seperti biasanya lengkap dengan kedua lesung pipi yang manis. Hal itu justru membuat Aylin kesulitan bernapas. Jantungnya berdetak tidak karuan.

"Ay kamu mau gak jadi pacarku?" ungkap Devin dengan sekali tarikan napas. Jantungnya bergemuruh hebat. Seolah seisi ruangan dapat mendengar detakannya.

Bak disambar petir disiang bolong. Tubuh Aylin semakin kaku. Perkataan Devin sungguh diluar nalar. Tunggu bukankah Devin sudah mempunyai pacar?

"Terima! Terima! Terima!" sorak kompak teman-teman Aylin menggema di kelas. Tak lupa dengan bertepuk tangan membuat suasana kian mendebarkan.

Devin yang semula begitu percaya diri pun mulai goyah. Peluh mulai mengucur dahinya tanpa tertahan. Ia begitu ingin memiliki Aylin namun disaat bersamaan ia juga takut Aylin menolak perasaannya.

"Ta-tapi ..." Aylin terbata. Tenggorokannya tercekat susah sekali untuk berbicara dan menelan saliva.

"Devin!!" seru gadis bertubuh sintal menerobos masuk kelas Aylin.

Kehadiran Misel membuat suasana meriah menjadi mencekam. Ditambah lagi tatapan bengis Misel seolah mengisyaratkan akan menelan Aylin bulat-bulat. Tangan Aylin berkeringat dingin. Bayangan Misel menampar dirinya kembali muncul ke permukaan.

Geram dengan Devin yang terang-terangan menyukai Aylin. Misel naik pitam ia sudah bersiap ingin mendaratkan tamparannya kembali ke wajah Aylin.

"Misel jangan sentuh Aylin!" seru Devin seraya menarik tangan Misel yang hampir mendarat di wajah Aylin.

"Lepasin!" protes Misel mencoba melawan tarikan tangan Devin yang kuat.

"Aku suka sama kamu Vin."

Devin tertegun seketika. Ia tidak menyangka ucapan itu akan keluar. Rasanya begitu mustahil. Bagaimana bisa? Sejak kapan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Absurd CEO   Bab 35

    Enzo menindih tubuh Aylin yang sengaja ia baringkan diatas kasur king size miliknya. Ia tatap mata Aylin yang terlihat sayu. Cup!Enzo kembali memangut bibir Aylin. Tangannya sudah bergerlya meraih apapun yang ada ditubuh mungil Aylin. "Sayang ..." Aylin mengejang kala dengan lihai tangan Enzo memanjakan dirinya. Tubuhnya sudah terekspos bebas tanpa sehelai benang pun. Tak henti Enzo menikmati jengkal demi jengkal tubuh mulus Aylin. Tanda merah bertebaran hampir diseluruh bagian tubuh Aylin. Enzo pun sudah melepas seulas handuk yang melilit sebatas pusarnya. Menampakkan tubuh berotot yang membuat Aylin menelan ludah. "Om kenapa berhenti?" tanya Aylin ia tatap kembali Enzo yang ragu.Laki-laki jangkung itu memutuskan untuk memeluk tubuh Aylin dari belakang. Enzo benar-benar mengutuk dirinya sendiri. Jahat sekali ia memanfaatkan Aylin yang polos demi gairah bejatnya."Maaf sayang kita tidur saja."Meski bingung Aylin akhirnya menurut. Tapi ia yakin Enzo sangat menginginkan dirinya b

  • My Absurd CEO   Bab 34

    "Ampun om ampun!"Enzo menatap nyalang gadis berseragam khas anak SMA yang bersimpuh dihadapannya. Memohon ampun pada Enzo yang tak bergeming sama sekali."Kenapa kamu terus menganggu Aylin!?" Tubuh Misel bergetar, ia memerutuki dirinya sendiri yang ceroboh. Hingga jejaknya mudah dibaca oleh Enzo. Padahal jelas rekaman cctv sudah diretas namun dengan bodohnya Misel justru tak sengaja menjatuhkan gelang perak miliknya disekitar pot bunga dekat majalah dinding."Jawab?!" Tubuh gadis itu berjingkit. Napasnya kembang kempis mendengar hardikan Enzo. Ia begitu takut dengan laki-laki itu."Sa-saya cuma disuruh."Enzo memincingkan mata setelah beberapa detik keningnya berkerut. Disuruh? Itu artinya Misel tidak seorang diri melakukan semua itu. Termasuk penghapusan cctv. Tidak salah lagi."Apa orang ini yang menyuruhmu?" cecar Enzo dengan menunjukkan sebuah foto laki-laki berjas rapi.Bagaimana ini? Misel menelan saliva. Ia sudah berjanji tidak akan membongkar identitas seseorang yang telah

  • My Absurd CEO   Bab 33

    Elena mengernyit heran dengan kehadiran sepasang suami istri yang sudah duduk santai di ruang keluarga. Begitupun Markus yang juga terperangah dengan pemandangan dihadapannya."Loh kalian disini??" tanya Elena berjalan mendekati Enzo dan Aylin yang sedang melihat tv."Bukannya kata Bi Unah ...""Iya sudah ketemu Bun. Dia tidur dirumah pohon," kata Enzo memangkas perkataan ibunya. "Hah ngapain tidur ditempat kotor seperti itu?" Cemas Elena segera merangkul menantu kesayangannya. Melihat dengan teliti barangkali ada yang lecet. Ia tidak akan mengampuni rumah pohon itu jika terjadi sesuatu dengan Aylin."Aylin, penasaran sama tempatnya Bun. Terus ketiduran."Jawaban polos itu membuat seluruh keluarga Delwyn bergeleng-geleng tak habis pikir. Kecuali Frans, ia sudah tahu adik iparnya itu memang bersembunyi di rumah pohon. Ia bahkan sengaja memancing Enzo untuk mengungkapkan kebenciannya langsung dihadapan Aylin. Agar gadis itu sadar dimana ia berada sekarang. Keluarga Delwyn bukanlah kel

  • My Absurd CEO   Bab 32

    Sorot cahaya rembulan mengusik Aylin yang terpejam. Matanya menyipit lantaran terkena cahaya bulan yang lebih terang dari malam sebelumnya. "Apa ini untuk merayakan hariku yang malang?" monolog Aylin seraya menatap agungnya sang rembulan yang membulat sempurna. Ditengah rasa kantuknya yang masih tersisa sedikit. Aylin terus mengucek bola matanya berharap rasa kantuknya agak berkurang."Hah apa ini?" ucap Aylin menatap lekat ukiran yang berada dirumah pohon yang kini sedang ia duduki.Enzo dan FransAylin mengusap tulisan yang terlihat samar namun masih bisa terbaca dengan jelas itu. Kayu yang sudah mulai ditumbuhi lumut tak membuat Aylin gentar mengusap beberapa ukiran yang terlihat sudah lawas."Sebuah kematian harus dibayar dengan jiwa"Mata Aylin mengerjap sepersekian detik membaca tulisan itu. Mendadak ia merasa sedang syuting film horor. Bagaimana bisa mereka bisa menuliskan hal semacam itu? Batin Aylin tidak paham. Dilihat dari gaya tulisannya yang acak-acakan sudah bisa dipas

  • My Absurd CEO   Bab 31

    "Bi, om sudah pulang ya?"Wanita berbadan tambun yang akrab di sapa Bibi oleh keluarga Delwyn reflek menoleh saat Aylin datang menghampirinya. Gadis itu nampak membawa segelas air putih."Sepertinya sudah Non. Tadi saya mendengar suara mobil."Aylin manggut-manggut mengerti. Setelah meneguk air putih ia beranjak dari kursi. Namun Aylin menyipitkan mata melihat Bi Unah yang datang membawa cangkir kosong menuju dapur."Loh memangnya ada tamu Bi?" tanya Aylin heran dengan cangkir yang biasa digunakan untuk tamu. Ia sedang dirumah sendirian tidak mungkin ada tamu penting saat rumah sedang kosong. Bahkan ibu mertuanya juga sedang ada acara keluar."Iya Non tadi ada mbak-mbak nyariin tuan muda."Aylin lantas berpikir, Mbak-mbak? Ah palingan rekan kerja Enzo di kantor. Aylin tidak ingin ambil pusing. Toh bukan urusannya juga."Non mau kemana?" tanya Bi Unah karena Aylin terlihat buru-buru."Mau nyari om Enzo Bi," sahut Aylin tanpa menoleh ke belakang. Ia terus fokus berjalan ke depan menuju

  • My Absurd CEO   Bab 30

    "Aku sudah mengganti semua harta Aylin menjadi atas namaku kak."Wow, Frans sungguh tercengang dengan penuturan adiknya itu. Bisa-bisanya ia tidak tahu akal bulus Enzo. Jadi itu musabab Enzo keluar kota beberapa hari yang lalu. Ada untungnya juga Aylin masih dibawah umur. Semua hak waris bisa diwakilkan oleh walinya."Ini baru adikku."Frans mengacak rambut Enzo bak anak kecil. Hal yang paling sering Frans lakukan dulu saat Enzo masih kecil nan polos. Kini adiknya itu sudah tumbuh menjadi pria dewasa. Yang bahkan jauh lebih licik dibandingkan dengan Frans."Tapi kenapa kamu tidak menceritakan tentang Aylin ke Viola?" Enzo nampak berpikir sejenak. Ia memang tidak pernah mengatakan apapun tentang Aylin kepada Viola. Untuk apa juga? Enzo merasa itu tidak penting baginya. Viola bukan ibunya yang harus mengetahui semua tentang kehidupannya."Bukannya kamu cinta mati dengannya, hahaha."Frans tertawa mengingat betapa cintanya Enzo dengan Viola. Gadis yang bahkan pernah menyelingkuhi Enzo d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status