Lima belas menit kemudian, Pras benar-benar dan sudah berada di depan Sinar yang hanya bisa pasrah menunggu pria itu di teras rumah. Kalau bukan karena ponselnya yang masih berada di tangan Pras, Sinar tidak akan sudi untuk menunggu pria itu sampai kapanpun.
Namun, ada yang berbeda pada penampilan Pras kali ini. Pria itu berpakaian kasual, teramat santai. Hanya memakai kaos polos berwarna hitam dengan model V neck, serta celana pendek kargo yang berwarna senada.
Surai legam yang biasa tertata rapi dengan pomade, kini terhambur separuh basah. Menguarkan kesan seksi tersendiri, hingga membuat Sinar sempat membayangkan merajut erat jemarinya,, pada tiap helai lebat yang bertahta di kepala pria itu.
“Pengen bilang, jangan dipendam,” ujaran Pras barusan, terkesan mengejek di telinga Sinar. “Kapan terakhir kali kamu having sex, Nar?”
Sinar mengerjab pelan. Kembali memutar pertanyaan Pras di otaknya. Apa dia tidak salah dengar? Pras berta
Pras mengikuti sang mami hingga masuk ke kamar. Pikirannya tidak bisa menerima dengan keputusan atau rencana yang sudah dibuat oleh Aida. Apa telinganya tidak salah dengar? Aida akan melamar Sinar setelah wanita itu melahirkan? Lelucon macam apa ini, pikir Pras. Semua pasti sudah direncanakan, sebelum Sinar bekerja sebagai sekeretaris pribadi papinya. Pras yakin sekali akan hal itu. Pras menutup pintu kamar, berjalan menuju sofa bench yang terletak tepat di sisi kaki ranjang. Duduk santai dengan menekuk satu kakinya di atas sofa. “Mami serius mau menikahkan Bira dengan Sinar?” “Serius,” tekan Aida yang baru saja keluar dari walk in closet untuk meletakkan tasnya. “Kenapa? kamu gak terima? Atau kamu sendiri yang mau nikah sama Sinar.” tantang Aida Detik itu juga, Pras memuntahkan satu tawa kering, lalu menggeleng. “Dia itu anak koruptor, Mi. Apa Mami gak pernah mikir sampai ke sana? Papi sedang dalam proses pencitraan, mencari dukungan untuk maju dalam
Sinar melempar tasnya di ranjang. Hal selanjutnya yang dilakukannya yakni mencari charger ponsel lalu mengisi dayanya. Dadanya masih saja naik turun, kesal tidak terkira. Setelah diturunkan di pinggir jalan, Sinar tidak langsung pulang, ataupun pergi ke kediaman Raja. Ia mencari tempat makan terdekat dan kembali mengisi perutnya yang semakin lapar ketika di dera amarah seperti sekarang. Sinar berniat pulang ke rumah. Hanya saja, ia menunggu jam kepergian sang bunda ke butik terlebih dahulu, agar July tidak curiga. Terlebih, karena sang bunda tahu, kalau Sinar pergi dengan Pras. Setelah ponselnya bisa menyala, Sinar segera membuka aplikasi mobile bankingnya. Ingin melihat berapa tepatnya saldo yang dimilikinya saat ini, serta mutasi selama tujuh hari ke belakang. Sejauh ini, Sinar masih belum memeriksa, berapa jumlah uang yang dikeluarkannya untuk membayar 6 porsi fine dining kala itu. Dan anehnya, tidak ada mutasi apapun selama 7 hari terakhir. Teruta
Satu minggu? Bersikap formal dan profesional dengan Sinar selama seminggu? Pras membatin geli dan meremehkan. Siapa Sinar, hingga ia harus berbuat baik selama satu minggu ini, dengan wanita itu. Apa yang sudah Sinar beri, hingga harus diperlakukan sebaik mungkin? Pras bisa bersikap profesional, atas nama pekerjaan yang saat ini dijalaninya, tapi, bersikap baik? Pras sangsi akan hal tersebut. Entah mengapa, selalu saja ada perasaan kesal jika melihat Sinar. Wanita itu, seperti tidak pernah menganggap Pras ada, dan selalu saja membantahnya. Pras baru hendak memutar tubuh untuk berbalik. Kembali masuk ke dalam rumah setelah bersantai di balkon rumah depan, untuk menikmati matahari pagi. Tapi suara deritan pintu gerbang, telah mengusik hatinya untuk memutar kepala. Dan di sanalah, Pras kembali melihat Sinar berjalan kaki di pekarangan rumahnya. Sebelum itu, Pras sempat melihat, Sinar tampak berbicang-bincang sekilas dengan security yang menjaga di pintu gerbang.
Sore itu, Sinar dan Raja bergantian menjabat tangan, dengan kedua tamu mereka yang baru saja datang. Ada seorang pria paruh baya tapi usianya masih berada di bawah Raja. Catra Adiyaksa, ialah pemimpin redaksi dari Okenews, sebuah media online berita dan hiburan. Selain itu, Okenews juga mengelola beberapa bisnis media lain, diantaranya, media cetak, radio dan televisi. “Saya itu kaget, loh. Waktu Pak Raja bilang kalau sekretaris pribadinya itu kamu, Nar.” kata Catra ketika menyalami Sinar. “Udah gak betah di Metro, ya?” Sinar tertawa kecil dengan ramah. “Tawaran Pak Raja lebih menggiurkan, Pak. gak bisa ditolak!” tidak mungkin, kan, kalau Sinar mengatakan bahwa ia dipecat oleh pemilik Metro yang baru? Cerita yang ada nantinya akan memanjang. Terlebih, jika Catra tahu, ternyata pemilik Metro yang memecatnya adalah Pras, anak sulung Raja. Sepertinya akan membingungkan. Pras memecat Sinar, tapi, sekarang wanita itu malah bekerja dengan Raja. Bisa jadi gosip hang
Sinar terlampau bingung, dan hatinya pun tidak bisa menebak-nebak apa sebenarnya yang kini direncanakan Pras kepadanya. Pria itu bersikap baik beberapa hari ini. Benar-benar mematuhi persyaratan yang diberikan Sinar kala itu, untuk tidak menyentuhnya. Sikap yang ditunjukkan Pras juga sungguh profesional. Apa mungkin, Aida sudah menegur Pras akibat aduan Sinar kala itu. Ya! pasti karena hal tersebut, yang membuat Pras menjadi baik kepadanya, Tapi … kenapa cuma satu minggu? Bagaimana jika tujuh hari itu telah terlewat? Apa Sinar akan kembali mendapat perlakuan menyebalkan dari pria itu? Tapi, ada hal yang bisa Sinar simpulkan ketika mengenal Pras lebih dekat, meskipun hanya secara Singkat. Pria itu memang tidak suka dibantah dan sangat suka mengatur. “Mau ke mana? Kamu sebaiknya duduk! gak usah pergi ke mana-mana dan ikut bantu-bantu.” Raja dan Catra sudah menemukan satu rumah strategis, untuk dijadikan sebagai pos pemenangan pada pilkada nanti.
“Mas Bin baru dateng? Atau sudah dari tadi?” Sinar memasang senyum seramah mungkin, ketika menghampiri Bintang yang tengah bercengkrama dengan Raja. Tidak lupa keduanya pun berjabat tangan dengan formal, layaknya relasi kerja pada umumnya. Benar-benar menjunjung tinggi profesionalitas. “Belum ada lima belas menit.” Tidak ingin membuat kecanggungan diantara mantan suami istri itu, Raja lalu menepuk pelan bahu keduanya. “Carilah tempat duduk, kasihan Sinar kalau harus berdiri. Dan, Bintang, nanti kita bicara lagi setelah semua ini selesai.” “Baik, Pak.” jawab Bintang dengan anggukan formal, begitu pula dengan Sinar. Ketika Raja telah beralih. Bintang mencari tempat duduk kosong dan yang dapat diduduki oleh mereka dengan berdampingan. Dan, berakhirlah keduanya berada pada kursi, yang berada di sepanjang sisi tembok pagar di pekarangan rumah. “Apa Pras ada di dalam?” Kenapa harus itu, hal pertama yang ditanyakan oleh Bintang, batin
“Hhhhh.” Mulut Pras mengeluarkan desahan panjang. Tangannya masih mengalung pada tubuh Sinar. Menghidu wangi, surai kelam yang sangat menyegarkan. “Posisi seperti ini, itu, lebih enak dilakukan sambil rebahan.” Kontan saja Sinar langsung menginjak sepatu pantofel Pras, sekuat tenaga yang ia punya. Sinar kira, ada satu sisi dari diri Pras yang saat ini ikut berempati dengan dirinya. Ternyata tidak. Pras, tetaplah Pras. Isi otaknya, hanya ingin membawa Sinar ke ranjang untuk tidur bersamanya. Setelah menginjak kaki Pras dengan keras, Sinar mengurai pelukannya. Mengusap semua jejak basah yang masih tersisa di pipi dengan kedua tangannya. Pras seperti tidak terpengaruh, dengan apa yang telah dilakukan Sinar pada kakinya. Sepertinya, tenaga yang dikeluarkan Sinar belum cukup mampu untuk menyakiti kaki pria itu. “Kamu dicari, Mas Bin di luar. Pergilah sana!” “Nope,” kata Pras lalu bersedekap, masih berdiri di posisinya yang sama. “Apa yang kalian bi
“Hapemu!”Seru keduanya nyaris berbisik bersamaan di atas bibir masing-masing, setelah melepaskan tautan basah mereka. Dalam keadaan bingung, terkejut, dan debaran dada yang tidak beraturan. Keduanya belum menyadari, dering ponsel yang masih bersuara, berasal dari milik siapa.Pras berdecak ketika mengetahui dering tersebut berasal dari ponsel miliknya. Mengeluarkan dari saku jas dan terpampang nyata nama Georgina Tan di atas layar, dan Sinar pun dapat melihatnya dengan jelas meskipun dari arah yang berlawanan.“Pacarmu nelpon!” seru Sinar yang seketika telah menyesal, melakukan hal yang tidak senonoh di taman belakang bersama Pras. “Minggir!”Bodoh! Sinar membatin dan merutuk sejadi-jadinya. Sedikit mencondongkan tubuh untuk mengintip, ke tempat di mana Raja sempat berbicara dengan seseorang di telepon, lalu menghela lega.Sinar sampai tidak menyadari, sejak kapan Raja sudah pergi dari sana, karena terlalu larut