“seperti kamu harus lebih berhati-hati mulai sekarang.” ucap Revan.
Ucapan itu mengundang pertanyaan besar, kesalahan apa yang telah Aelyn lakukan, dia menyelesaikan segala tugasnya dengan baik dan Tuan Kevino Johanes selalu memuji hasil kerja kerasnya sebelum pria bernama Ethan itu masuk.
“Lelucon-mu sangat tidak lucu, Van!” Aelyn menepuk bahu pria itu dan kembali fokus ke lorong, menelusuri beberapa divisi lainnya, ruangannya memang jauh.
“Aku sedang tidak membuat lelucon apapun, aku hanya merasa. Seperti akan ada yang mengawasimu, itulah aku mengatakan untuk lebih berhati-hati.” ucap Revan, dia bisa mengartikan tatapan dari pria bernama Ethan Stevano, jelas jika pria itu penasaran dengan Aelyn.
Aelyn hanya diam, dia tidak menanggapi ucapan itu penuh keseriusan, sebaliknya dia hanya menganggap itu biasa. Sekarang hanya perlu menjadi dirinya, Mencari kebahagian yang tidak pernah dia dapatkan lagi.
********
Seminggu berlalu begitu saja.
Sudah seminggu dia menempati posisi kursi itu. Ceo Crop Vic Stevano. Dan selama seminggu ini dia belum bisa mengenal secara personal tiap karyawan naungan-nya. Hanya hitungan beberapa orang yang sering berdiskusi dengannya mengenai project-project penting yang sedang dijalankan olehnya.
Sementara itu, dia sedikit lupa dengan gadis yang mengabaikan dirinya di hari pertama dirinya bekerja disini, dia juga tidak sempat untuk mencari tahu siapa gadis itu.
Hanya sekilas membaca profil yang dia lihat dari data karyawan beberapa hari yang lalu.
Gadis itu bernama, Aelyn Isabelle. Berusia kurang lebih 24 tahun, dan menjabat sebagai asisten dari Tuan Kevino Johanes. Dari divisi Advertising, selain itu, tidak ada lagi hal yang bisa Ethan ketahui perihal gadis bernama Aelyn Isabelle.
Karena itu, saat waktunya tidak disibukkan lagi dengan pekerjaan, Ethan berusaha mencari tahu seperti apa sosok Aelyn dari karyawan lainnya. Termasuk meminta bantuan pada Tuan Kevino. Walau Ethan sendiri belum begitu dekat dengan pria itu.
“Bagaimana? Apa ada informasi dari gadis bernama Aelyn Isabelle?” tanya Ethan, dia itu duduk di sofa miliknya dengan Tuan Kevino yang berada di hadapannya, kebetulan keduanya baru saja melakukan diskusi dan Ethan juga memiliki waktu luang saat ini.
“Oh. Aleyn?” ucap Tuan Kevino, usianya tidak jauh dengan Ethan, jadi suasana tidak begitu canggung, tidak seperti sebelumnya dimana mereka berdiskusi dengn investor dengan rata-rata usia 35 keatas.
“Asisten-ku? Aelyn Isabelle?”
“memang di perusahaan ini ada nama yang sama dengannya? Aku rasa hanya dia saja.” ucap Ethan dengan santai, dia tidak suka ucapan yang terlalu bertele-tele, to the point adalah kebiasaannya.
Dan Ethan juga yakin, dirinya sudah membaca seluruh profil karyawannya dan hanya ada nama satu, yaitu Aelyn Isabelle. Dan Ethan tidak pernah salah mengenali wajah seseorang walau memenga mereka baru bertemu.
“kau benar. Apakah kau tertarik padanya? Aku pikir Aelyn cukup cantik dalam tim divisi Advertising.” lanjut Kevino, pria itu menyesap kopi di tangannya.
Ethan yang sedang meminum Ice Americano, tersedak hingga terbatuk-batuk, dia memberikan tatapan serius pada pria itu, dan tersenyum masam, tidak mungkin dirinya tertarik?
Ayolah bahkan tanpa Ethan melakukan apapun. Seluruh gadis di Crop Vic Stevano. Mengantri untuknya, dan Ethan yakin dirinya selalu menjadi pembicaraan mereka setiap hari.
“Aku tidak mengerti apa yang Tuan Kevino katakan.” Ucap Ethan, mengatur ekspresinya untuk tetap datar, dan mengabaikan ucapan pria itu yang sangat tidak masuk akal untuknya.
Tuan Kevino tersenyum, dia meletakkan kopi di meja, menatap pria dihadapannya. Sangat lucu pria itu tersedak karena ucapannya. Tapi itu malah menimbulkan sebuah penasaran dalam dirinya, seberapa ingin tahu pria itu pada asistennya.
“Aku hanya ingin tahu, gadis bernama Aelyn Isabella itu bagaimana. Sebagai pemimpin yang baik aku harus mengenal karyawan-ku dengan baik juga.” alasan yang cukup masuk akal, Ethan tersenyum bangga dengan otak cerdasnya.
“Aelyn itu—aku menyukai dirinya yang pekerja keras, dia cenderung lebih banyak diam, tapi sangat aktif dalam menyampaikan pendapatnya, dia seperti terobsesi pada pekerjaannya. Sangat jarang mengikuti jika ada acara makan malam, hidupnya seakan hanya ada pekerja dan rumah. Dan kabar yang kudengar dia sudah kehilangan ibunya, lalu ayahnya meninggalkan dirinya sejak bayi. Hanya itu yang ku-ketahui tentang Aelyn.” Jelas Kevino. Penjelasan sebagian besar diketahui hanya di kantor, dia tidak tahu apapun kehidupan Aelyn sebenarnya.
Ethan mengangguk paham, mencoba menyimpan informasi tentang gadis itu dengan baik, dirinya sedikit terkejut pada fakta terakhir, gadis itu tinggal sendirian di kota besar ini.
Dan Ethan mengerti kenapa Aelyn begitu tidak tertarik pada perkumpulan seminggu yang lalu.
Gadis itu memiliki kepribadian tertutup, dan sedikit misterius untuk Ethan.
“itu berarti Aelyn seorang introvert?” Tanya Ethan, dia masih banyak hal ingin segera diketahui.
Kevino menggeleng. “aku rasa Aelyn tidak seperti itu, dia bisa berteman dengan siapapun disini, dia juga memiliki teman dari divisi lain. Hanya saja dia tidak begitu menyukai keramaian.”
“apakah Aelyn memiliki kekasih?” Tanya Ethan Lagi, kali ini pertanyaannya melompat jauh dari pembicaraan.
“Dirinya tidak mungkin memikirkan dunia percintaan, kau tahu sendiri Aelyn begitu membatasi diri dengan pergaulan.”
Cukup masuk akal, tapi penjelasan itu belum cukup untuknya, Ethan perlu memastikannya lagi, dia juga melihat gadis itu berbicara dengan seorang pria selama pertemuan dan keduanya kembali bersama.
Kevino menatap Ethan penuh dengan kecurigaan, dia tidak yakin jika pria itu hanya ingin mengenal Aelyn. Mungkin saja ada tujuan lagi.
“Apa ada yang salah dariku? Atau ada sesuatu di wajahku?” Tanya Ethan, dia tidak suka dengan tatapan itu dan bahkan Alex seakan menyimpulkan sesuatu.
“Tidak, jika kau ingin mengenalnya, ajaklah dirinya bicara. Kau atasanya. Dan aku yakin dia tidak akan menghindarimu, daripada mencari tahu tentang dirinya melalui orang, yang jelas tidak tahu apapun, di hanya asistenku, Tuan Stevano.”
Ethan mencoba memahami ucapan Kevino, apa yang dikatakan pria itu benar, hubungan mereka hanya atasan dan asisten, bertemu hanya di kantor. Jika Ethan bisa bertanya langsung pada gadis itu secara pribadi? Tentu Ethan bisa mengatakan alasan profesionalitasnya. Tidak ada lagi mengenai Aelyn dengan orang lain, jika Ethan bisa mengajaknya makan bersama dan menanyakan beberapa hal padanya langsung.
Aelyn mengusap air matanya setelah rasanya cukup untuk menangisi seorang pria lagi, masalahnya Aelyn tidak bisa lagi menahan diri untuk berhenti menyakiti dirinya, sudah berulang kali dirinya untuk sadar tapi tetap saja terus jatuh seakan dirinya bisa melewati rasa sakit itu, tidak ada yang benar-benar baik dan buruk, hanya saja harus lebih berhati-hati menentukan. Aelyn menyadarkan kepalanya di kursi, tatapannya mengarah pada keluar jendela dimana sudah tidak lagi aktivitas yang begitu sibuk seperti pagi hari, tapi malam selalu di hiasi dengan lampu jalan yang begitu indah, Aelyn tidak ingin lagi menyukai siapapun, jika perlu hisakah hatinya mati rasa saja? “Nona, Menangis bukanlah hal buruk, terkadang kita butuh hal itu untuk sedikit menghilangkan rasa sedih,” Ucap sang supir, dia memberikan tisu saat mobilnya berhenti untuk menunggu lampu hijau. “Terimakasih Pak,” Ucap Aelyn, dia mengambil beberapa lembar tisu dan mengusap wajahnya, lalu kembali menatap ke arah luar lagi, dia but
Hari ini berjalan cepat di luar perkiraan Aelyn, dipukul yang sudah menunjukkan 7 malam, Aelyn masih berada di gedung Crop Vit Stevano. bukan dirinya sedang menunggu siapa-siapa tapi dimana malam ini dirinya akan tidur, dia tidak mau kembali ke apartemen Ethan atau kembali ke apartemennya yang lama, karena laporan yang Aelyn terima barang miliknya sudah hancur terbakar dan hanya beberapa yang bisa diselamatkan. Dia sudah mendapatkan apartemen baru yang ternyata milik Samuel, harganya cukup sedikit menyisihkan tabungannya, Aelyn memilih untuk menyudahi pekerjaannya dan memutuskan untuk merapikan seluruh barang di atas meja kerjanya, dirinya tidak tahu akan kembali tapi tidak ada pilihan selain pulang ke apartemen barunya. Di dalam sana sudah disediakan seperti apartemen pada umumnya, hanya saja Aelyn tidak memiliki pakaian untuk pergi ke kantor besok atau setidaknya piyama untuk tidur malam ini. Haruskah dirinya pergi ke Mall? Tapi ini sudah malam bukan? bagai
Aelyn kembali ke ruangan kantornya dengan perasaan yang tidak nyaman, sorotan mata itu membuatnya tidak bisa melakukan pembelaan untuk dirinya, sudah jelas jika semua orang memiliki pemikiran mereka sendiri tentang kejadian itu, dan percuma saja Aelyn membuka suaranya, menjelaskan segalanya tidak akan membalikan keadaan, itu sudah terjadi dan Aelyn hanya mencoba berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi.Gadis itu melewati ruangan kantor yang sudah di penuhi oleh karyawan lainnya, menarik kursinya dan duduk di sana, tidak mempedulikan apa yang mereka pikirkan dan berharap kejadian itu bisa di lupakan secepatnya, padahal hari ini Aelyn masih ada beberapa hal yang harus di lakukan di ruangan pria itu tapi—seperti dirinya akan menunda atau menyerahkannya pada yang lain.semua yang di dalam satu departemen dengan Aelyn hanya menatap gadis itu dan memperhatikan kekacauan yang tertulis jelas di wajahnya, tidak sedikit yang berpikir jika Aelyn diam-diam memiliki hu
Aelyn membalik tubuhnya hingga harus melangkah beberapa, dia terkejut melihat saat melihat siapa yang menarik tangannya, dia bahkan menjatuhkan Americano yang ada di tangannya.“Hai! Aelyn,” Sapanya, dengan senyuman manis yang membuat dirinya semakin tampan dan tidak tahu kenapa dirinya bisa berada di sini lalu bertemu dengan Aelyn.Aelyn hanya diam saat pria itu terus menatap dengan jarak yang begitu dekat, Aelyn sampai tidak bisa bergerak sedikitpun dan masih dalam balutan keterkejutannya, bagaimana bisa—jika seperti ini dirinya semakin tidak bisa hidup tenang! kenapa semua datang di waktu yang sulit untuk dirinya terima, Aelyn harus bagaimana?“Aelyn? Kau mendengarku?” Tanyanya, pria itu sampai melambaikan tangannya ke wajah gadis itu, lalu terpaksa menariknya menjauh dari lift karena mereka cukup mengganggu berada di depan sana.“Ah? Ya—Apa yang kamu lakukan di sini Samuel?” Tanya Aelyn, dia menepis perg
Bagaimana menceritakannya, ketika dering alarm bergema di seluruh ruangan, membangunkan kedua sosok yang tertidur dibalik selimut dengan terkejut hingga tidak sadar jika hari ini adalah hari waktunya mulai kembali bekerja, keduanya lupa jika kemarin adalah hari terakhir akhir pekan, dan malam panjang membuat keduanya lelah dalam kabut malam.Dengan terburu-buru mereka langsung bersiap, Aelyn sampai harus kembali mengenakan pakaian hotel dan meninggalkan Ethan begitu saja di sana, walau berbahaya dia tidak ingin mengambil resiko bersama pria itu, memikirkan kejadian apa yang sudah terjadi benar-benar membuat dirinya canggung untuk bertatapan dengan pria itu.Dan kini Aelyn terduduk di meja kerjanya dengan perasaan sulit untuk dimengerti, dia tidak percaya dan rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi ini, bodoh sekali! sihir apa yang sudah pria itu lakukan pada dirinya, hingga tidak tahu sudah berapa kali Aelyn membiarkan dirinya kembali tidur dengan pria itu.
Aelyn kembali membuka kulkas yang bahkan sama seperti milik pria itu, banyak sekali makanan sayang sekali mereka hanya satu hari berada di sana, tangan Aelyn terulur untuk mengambil daging yang masih terbungkus dengan baik, sungguh lama dia tidak menikmati steak dan spaghetti.Aelyn memutuskan membuat makan malam sendiri di sana, karena sungguh Aelyn tidak bisa menahan jika perutnya sudah sangat lapar, dirinya lemah dengan jika berusaha dengan perut.Mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Steak dan spaghetti, sejak kapan dirinya jadi kembali rajin masak, bukankah dirinya sangat malas jika urusan masak, dia memang suka memang suka memasak tapi dia tidak suka saat membersihkan peralatan yang dirinya jugakan.Lebih tepatnya, Aelyn malas melakukannya.Dia memakai sarung tangan karena menurutnya itu hal penting, lalu membersihkan bahan sebagai hal penting lainnya, kemudian tangannya terulur untuk mengambil pisau dan mengiris daging setipi
Setelah tiga puluh lima menit berlalu, akhirnya Ethan keluar dari bathroom dengan pakaian sederhananya, dia tidak lagi memakai setelan rapi seperti tadi pagi, mungkin karena pekerjaannya sudah selesai jadi tidak ada salahnya dirinya mengenakan pakaian seperti itu, lagi pula dirinya selalu cocok memakai pakaian apapun, dia selalu terlihat tampan.Ethan menatap bingung ke arah Aelyn yang masih terdiam di sofa dengan handuk yang menutupi tubuhnya, bukankah di kamar lain masih ada bathroom kenapa dia hanya duduk di sana? apakah dia tidak tahu dirinya akan sakit nanti? suhu ruangan ini cukup dingin karena pendingin udara menyala.“Kenapa kau hanya duduk di sana?” Tanya Ethan, dia berjalan mendekati gadis itu sambil melihat ponselnya, duduk di salah sofa di sana.Aelyn menoleh ke arahnya, wajahnya hanya datar ketika Ethan melihat dirinya, seharusnya pria itu mengerti kenapa dia masih duduk di sana! apakah semua pria seperti itu? Tidak! Revan berbeda dengan
Aelyn bersandar pada penyangga sofa yang begitu lembut, menatap bosan pada layar televisi di hadapannya, sudah hitungan lima jam Ethan membiarkan dirinya terus berada di dalam kamar hotel ini, banyak hal yang sudah dirinya lewati dan Aelyn bisa mati karena kebosanan yang semakin membuatnya ingin keluar dari sana.Tapi setiap akan melangkah keluar dari kamar hotel, Aelyn harus berhadapan dengan seseorang dengan setelan rapi yang berdiri tepat di depan pintu, membuat dirinya mau tidak mau harus kembali mengurungkan niatnya, dia punya alasan kuat jika mereka bertanya.Aelyn ke arah luar balkon kamarnya, hotel dengan fasilitas kelas atas memang tidak perlu diragukan, di balkon sudah ada kolam renang dan tempat yang bisa digunakan untuk dinner, entah kenapa Aelyn jadi ingin mencelup kakinya di antara kolam sana.
Ethan sibuk dengan ponselnya dan sesekali melirik ke arah Aelyn yang sibuk menatap jalanan kota, mungkin karena lebih sering menghindari tempat, Aelyn jadi memiliki keterbatasan dalam kebebasannya, Ethan sadar secara perlahan dia membawa gadis itu pada dunianya yang sebenarnya.Apakah ini terlalu cepat atau mungkin sudah waktu perlahan Aelyn tahu siapa dirinya, siapa sebenarnya pria yang selama ini diam-diam menjaganya dan seseorang yang jauh di sana mengharapkan gadis itu tahu keberadaannya, berharap ada sebuah interaksi dirinya dengan Aelyn.Hari ini ada acara tender yang hampir setiap bulan dilakukan oleh banyak perusahaan, selain mencari investor lebih banyak, di acara sana bisa menemukan partner kerja yang bermutu, tapi itu hanya namanya sebenarnya itu adalah pertemuan para informan dan beberapa perusahaan untuk mendapatkan informasi lebih.