Share

Bab 05 - Rumor or Gosip?

Keesokan harinya. 

Aelyn pikir hari ini dia bisa sedikit tenang, tapi seperti itu hanya halusinasi saja. Crop Vic Stevano. 

Rasanya hari ini seluruh wanita di perusahaan ini terus menyebarkan berita panas tentang sang Ceo, siapa lagi jika bukan Ethan Stevano, bahkan telinga Aelyn begitu panas mendengar saat berpapasan dengan beberapa orang, padahal ini masih terlalu pagi untuk memulai sebuah gosip tidak penting, Aelyn ingin sekali memarahi Kiera dan wanita lainnya, yang terus membahas pria itu, padahal Aelyn masih pusing dengan konsep yang belum menemukan titik terang,

menambah buruk suasana hatinya saja.

Berita itu terus di bicarakan saat Aelyn ingin makan siang di kantor, suasana sangat ramai sampai dirinya tidak tenang untuk memakan satu sendok nasi, membuat dirinya ingin berteriak kencang dan membuat semuanya diam, tapi. 

Apalah daya Aelyn yang terlalu takut membuat dirinya menjadi pusat perhatian, belum lagi Keira yang mengajaknya berbicara dan mengajak beberapa temannya untuk duduk di satu meja dengannya.

"aku tidak percaya jika Tuan Stevano, akan mengajak seorang wanita pergi ke sebuah hotel!" ucap Kiera. Dengan cepat teman-temannya merespon dengan wajah tidak percaya.

Aelyn meletakkan sendoknya, menyelesaikan makan siangnya tanpa menyentuhnya sama sekali, dia mulai meninggalkan meja makan dan melangkah kembali keruangan kerjanya, persetanan dengan segalanya dirinya begitu muak dengan segala hal yang mereka bicarakan.

"Aelyn, kenapa tidak dihabiskan? Dan kau juga selalu menghindar jika kita mengajak bicara." Ucap Kiera.

"Aku hanya teringat memiliki pekerjaan lain, lain kali aku akan mendengarkan apa yang kalian bicarakan." Jawab Aelyn, dia memaksakan diri untuk tersenyum dan dengan segera mungkin meninggalkan ruang makan.

"Aelyn, dia akhir-akhir begitu aneh, apa hanya aku yang merasa dia tidak begitu tertarik pada Ceo baru kita?" tanya teman Kiera.

Kiera mengangkat bahunya, menggelengkan kepalanya dan melanjutkan makan siang yang sempat tertunda itu.

Aelyn menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi miliknya, sungguh. Aelyn tidak habis pikir dengan para wanita yang jatuh cinta. Dalam dirinya Aelyn bahkan tidak ingin merasakan jatuh cinta, seperti apa jatuh cinta itu?

Dari pengakuan semua orang. Mengaku pernah jatuh cinta, rasanya sulit dijelaskan dengan kata-kata. Tapi, mereka selalu mengatakan bahwa saat jatuh cinta, jantung mereka akan berdegup dengan cepat saat melihat pria pujaan hatinya.

Dadanya berdesis, seperti ada kupu-kupu terbang di dalam perut, terlebih ketika sang pujaan hati membalas perasaan mereka.

Bullshit! Tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tapi mereka mampu merangkaikan kata klise untuk mendeskripsikan bagaimana rasanya rasanya jatuh cinta.

Demi seluruh alam semesta ini, Aelyn tidak pernah merasakannya. Entah apa yang salah dalam dirinya hingga tidak bisa dan tak pernah tahu rasanya jatuh cinta. 

Aelyn bukan wanita yang memiliki wajah biasa saja, dia cantik. Itu yang dipercaya dari ucapan sang ibu. Entah sudah berapa banyak pria yang mengaku dan menyatakan ketertarikannya pada Aelyn dulu. 

Namun, tidak ada satupun yang mampu membuat Aelyn jatuh cinta yang dikatakan orang lain, Aelyn sendiri juga bingung. Revan mengatakan mungkin saja ada masalah dengan hati dan jantungnya, mungkin semua ini memiliki hubungan dengan masa kecilnya, dimana Aelyn tidak pernah merasakan apa itu kasih sayang dari sang Ayah, itulah kenapa dia sulit mengartikan perasaan jatuh cinta.

Karena semua wanita selalu mengatakan jika pertama mereka adalah ayahnya, lalu kenapa Aelyn tidak bisa mengatakan itu?

Entahlah Aelyn tidak mau terlalu larut dalam memikirkan hal ini, isi kepalanya masih dipenuhi rasa kesal penolakkan lima konsepnya. Padahal sebisa mungkin dirinya sudah mengikuti keinginan Nona Ellena dan pria itu.

Dua hari lagi!

Jika dalam hitungan dalam dua hari Aelyn dan Revan tidak juga menemukan ide untuk konsepnya, maka Ellena terpaksa harus membuat Aelyn dan Revan melepaskan project ini, dan membiarkan tim lain yang mengerjakannya. Tentu saja Aelyn

menolaknya dan menentangnya. 

Mereka berdua sudah berusaha keras untuk mendapatkan project itu, tadinya sudah hampir deal dengan salah satu perusahaan.

Tapi, kedatangan Ceo baru yang tidak lain adalah Ethan, menggagalkan semuanya.

Ethan bilang konsep yang lebih matang dan berbeda dari konsep lainnya. Aelyn sudah putus asa, begitu juga Revan. Tapi, pertanyaan Ethan dan perkataannya, membuat Aelyn begitu kesal dan hatinya terasa sakit.

Menghempaskan tubuhnya dengan kasar di kursinya, dia tidak ada ide lagi untuk memikirkan konsep lain yang diinginkan Ethan.

Sudah pukul tujuh malam dan Aelyn hanya menatap layar komputernya sejak tadi, tangannya juga hanya sibuk melihat-lihat konsep terbaru di internet. Dia melirik jam dan memutuskan untuk membeli sesuatu untuk menghilangkan suasana hatinya yang buruk.

"Van. Ingin membeli suatu? Aku ingin membeli kopi." Tanya Aelyn. Sedikit menggeser kursinya untuk menghadap kearah Revan.

"ice Americano." Ucap Revan, dia memutar kursinya dan mematikan ponselnya, dia baru saja selesai menghubungi seseorang.

Aelyn membuang nafas resah, dia mengerutkan keningnya, dia tidak bermaksud ingin membeli diluar kantor ini, dia hanya ingin membeli sesuatu yang dijual di lantai satu, dan Aelyn tahu įika di lantai bawah tidak ada kopi yang Revan inginkan. Padahal Crop Vic Stevano. Cukup besar dan termasuk dalam perusahaan maju di kota Chicago.

"Van, aku hanya ingin membeli minum di mesin minuman, tidak keluar dari gedung ini, aku terlalu malas keluar di udara yang dingin." Jelas Aelyn. Dia mengambil berapa dollar dari dompetnya.

"baiklah, aku juga ingin minuman kaleng.”

Aelyn beranjak dari ruangannya untuk bergerak ke lantai dasar, sambil menunggu lift terbuka, Aelyn bermain dengan lantai dengan kakinya, sampai terdengar bunyi dentingan lift, tanpa melihat kakinya melangkah masuk ke dalam lift. Yang Aelyn tidak sadari, tidak hanya dirinya yang berada didalam ruangan lift tersebut, melainkan ada satu sosok yang awalnya

fokus pada ponsel di tangan, seketika menumpukkan pandangannya pada gadis berpakaian biasa, penampilan Aelyn yang sederhana menarik perhatian Ethan.

Apalagi rambut coklat yang dia kuncir asal hingga menyisakan beberapa helai di sekitar tengkuk lehernya, hingga lift berhenti di lantai satu. Aelyn tidak menyadari keberadaan  Ethan yang berada di belakang dirinya.

Anehnya, saat Aelyn melangkah kakinya keluar lift, Julian justru malah mengikutinya dari jarak yang aman, dan mengikutinya tanpa terdeteksi, hingga kemudian Aelyn yang tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan mesin minuman, Ethan juga berhenti, tapi tidak memutuskan untuk meninggalkan gadis itu, memutuskan untuk melihat apa yang akan dilakukan gadis itu.

Sampai saat Aelyn berhasil mengambil satu kaleng kopi dan akan mengambil yang lain nya, dia kesulitan. Mesin minuman tiba-tiba macet, tanpa berpikir panjang Aelyn memukul mesin minuman berulang-ulang, bahkan menabrakkan tubuhnya ke mesin, dan saat gadis itu merintih kesakitan sambil memegang lengan atasnya, Ethan  menahan tawanya. 

Kesal tidak mendapatkan minumannya, Aelyn menendang mesin hingga menimbulkan suara, Ethan akhirnya tertawa lepas tidak percaya, wanita yang terlihat dari luar kalem itu bisa bertindak brutal?

Namun, secepat itu dia menghilangkan tawanya dan menggantinya dengan seringai.

Setelah perjuangan untuk mendapatkan minumnya, sepintas sebuah ide melintas dalam otak cerdasnya, dia tersenyum sedang sambil memandangi minuman di tangannya, seakan dia begitu mengagumi benda tersebut. 

"I got it." Teriak Aelyn mengangkat kedua tangannya yang memegang kaleng minuman ke udara.

“Van, I got it."

tiba-tiba saja gadis itu berlari menuju lift sambil meneriaki ide penemuannya yang luar biasa, membuat Ethan menggelengkan kepalanya, takjub akan tingkah gadis itu, tawa geli tidak lepas dari bibir pria itu. Merasa cukup dengan apa yang tadi dia saksikan, Ethan memilih kembali pada tujuan awalnya tentu saja pulang ke apartemennya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status