Share

5. Cemburu

Rossa rupanya tidak pergi ke tempat les. Dia hanya pergi ke rumah Daniel tanpa sepengetahuan ayahnya.

"Kak Daniel!" panggil Rosa ketika melihat Daniel keluar dari rumahnya.

Rosa menghampiri lelaki yang menatapnya dengan wajah penuh tanya tersebut.

"Kenapa?"

"Kakak mau ke mana?" tanya Rosa. Berharap dia akan diajak pergi oleh Daniel.

"Main basket," jawab Daniel dingin.

"Aku ikut!"

Daniel melirik jam di tangannya. "Bukankah kamu seharusnya pergi les?" tanyanya yang seakan sudah tahu jadwal harian Rosa.

"Aku bolos hari ini. Oh ya, aku mau minta kakak buat jadi guru les aku, kira-kira mau gak?" Rosa bertanya. Menjadikan Daniel guru les adalah salah satu hal yang bisa membuatnya dekat secara wajar dan alami.

"Tapi bayaranku gak murah."

"Bisa diatur," sahut Rosa cepat-cepat. Lalu membiarkan Daniel pergi dengan sepeda motornya. 

Ia tersenyum sendiri melihat punggung Daniel. Maklum, dia menyukai Daniel sejak dia masuk sekolah itu.

Daniel adalah satu lelaki yang sama sekali tidak tertarik pada Rosa. Sementara siswa lain berusaha untuk merebut perhatian dan cinta dari Rosa. Tapi Daniel tidak peduli.

Dia sangat dingin terhadap wanita apalagi padanya. Dia hanya akan tersenyum pada perempuan yang menurutnya bisa membuatnya tertarik!

"Yuk Pak, kita ke mall." Rosa menutup pintu dan menyuruh supirnya untuk pergi ke mall alih-alih ke tempat les.

"Lho, nanti saya dimarahin sama Bapak."

"Gak apa-apa nanti saya yang bilang sama Ayah kalau aku lagi malas masuk les."

"Masih ada waktu nih Non," kata supir yang bernama pak Diman itu. Ia melirik dari kaca spionnya. Berharap kalau anak majikannya itu akan berubah pikiran.

Tapi tidak.

"Lagian bentar lagi aku udah ganti guru les kok, Pak," kata Rosa dengan yakin. Ia sangat yakin kalau Daniel mau memberikan les padanya.

Tapi belum tentu juga.

**

Sementara itu di rumah Rian. Carissa sedang membantu pembantu lainnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membalas kebaikan dari Rian. 

"Lho, ngapain masuk ke dapur. Udah sana belajar aja," kata Bik Sum ketika melihat Carissa hendak mencuci piring.

"Saya cuma mau bantu, Bik."

"Gak usah, nanti saya dimarahin sama Pak Rian."

"Lho, kok?"

"Iya, katanya bibik harus anggap Carissa seperti Non Ocha."

Carissa tertegun, apa harus sampai seperti ini dia diperlakukan di rumah itu. Hingga membuatnya tak enak seperti ini.

"Udah belajar aja," suruh Bik Sum sekali lagi dan Carissa pun akhirnya mau tak mau pergi dari dapur dan masuk ke dalam kamarnya lagi.

Dia membuka-buka bukunya. Dan rasanya dia sama sekali tidak mengerti dengan pelajaran matematika.

Otaknya memang agak bebal jika berurusan dengan rumus dan angka tersebut. Apalagi pelajaran Kimia atau Fisika, lebih baik dia menyerah duluan sebelum pusing.

Pulpen yang ada di tangannya hanya ia mainkan alih-alih untuk mengerjakan tugasnya.

"Kamu pusing ya Ris?" tanya Rian yang tahu-tahu sudah berdiri di ambang pintu.

Carissa tersentak, perasaan tadi dia sudah menutup pintunya serapat mungkin.

"Iya Paman, sedikit," jawab Carissa. Wajah bingungnya terpancar jelas. Bukan karena masalah pelajaran melainkan masalah Pamannya yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu mau Paman sewakan guru les?"

"Heh?" Mulut Carissa menganga, lalu ia katupkan sedetik kemudian. Bingung lagi. Kenapa pamannya sebegitu baiknya padanya.

"Tadi Paman udah telepon temen Rossa, dan katanya ada anak kelas tiga yang biasa ngajarin adik kelasnya."

"Tapi Paman."

"Paman udah bilang, dan nanti setelah jam lima dia mau ke sini."

Carissa mengerjapkan matanya kerap. Ingin ia tolak tapi dia juga tidak mengerti dengan pelajaran tersebut.

Ingin meminta bantuan pada Rosa, tapi dia lebih sibuk dari Rian.

Rian menekan kedua bahu Carissa dengan lembut. Memberikan pijitan lembut pada bahunya. Membuat Carissa sedikit risih dan menggeliat geli. "Kamu kalau sama Paman jangan gak enakan begitu, kamu kan udah Paman anggap seperti anak sendiri," ucapnya tapi tangan itu enggan untuk lepas dari pundak Carissa.

"Iy—iya Paman." Seluruh tubuh Carissa rasanya tak karuan, ia ingin menepisnya tapi tak enak. Tapi jika ada yang melihatnya Rian seperti ini pasti akan salah sangka jadinya.

"Kakak kelas kamu yang ke sini nanti namanya Daniel, dia populer di sekolahan. Mungkin kamu kenal sama dia." Rian berbisik tepat di samping telinga Carissa, membuat lehernya merinding.

Daniel? Daniel yang disukai sama Ocha? 

Carissa mulai berpikir, nama Daniel cuma dia, jadi tak mungkin Daniel lain di sekolahan.

"Apa Paman Rian gak tahu kalau Ocha suka sama Daniel?" batin Carissa penuh dengan tanya.

Tapi sepertinya dia tidak tahu.

"Kok bukan Ocha aja Paman yang les sama Daniel?" tanya Carissa, ia sedikit menggeser tubuhnya sedikit.

"Oh itu Ocha kan udah banyak les, pasti dia marah kalau nambah jam belajar lagi."

Ya, semoga saja.

Tapi ketika sorenya, sepulang Rosa dari mall, ia menemukan sepeda motor yang diparkir Daniel di halaman rumahnya membuat Rossa memekik kegirangan.

Dia menebak jika Daniel datang untuknya. Tapi senyum lebar itu langsung menciut begitu melihat Daniel tidak ada di dalam kamarnya atau di ruang tamu.

"Lho Yah, kok kak Daniel ada di kamarnya Carissa sih bukan di kamar Ocha?" tanya Rossa dengan wajah yang keruh. Dia marah karena telah memberikan guru les pribadi pada sepupunya itu.

"Carissa kesulitan dalam pelajaran, makanya ayah kasih guru les buat dia."

"Tapi kan bisa ikut ke tempat les bareng sama Ocha, bukan les privat begini!"

"Kayaknya ayah lebih sayang sama Carissa dibanding sama Ocha ya!" pekiknya kesal. "Kemarin ayam panggang, sepatu baru tas baru bahkan baju baru dan sekarang guru les?"

Rian tahu kalau anaknya itu sangat kecewa padanya. Tapi mau bagaimana lagi dia sudah membayar Daniel untuk memberikan les padanya selama enam bulan penuh.

"Kalau gitu nanti ayah bilang sama Daniel buat ngajarin kamu juga."

"Gak usah!" sahut Rossa marah.

"Terus kamu maunya gimana?"

"Carissa aja yang les di tempat les bukan pribadi begini. Masa keponakan sama anaknya sendiri malah lebih kelihatan kalau Ocha yang orang lain sih!"

Rossa masih bertengkar dengan ayahnya. Sementara itu Daniel dan Carissa benar-benar khusuk belajar di kamarnya yang ada di belakang.

Jadi mana mungkin mereka berdua mendengar pertengkaran tersebut.

"Tadi Ocha ke rumahku," kata Daniel tiba-tiba. Wajahnya tetap memandang ke arah buku pelajaran milik Carissa.

"Terus?" Wajah Cariisa menatap guru mudanya itu, mungkin jarak mereka hanya terpaut beberapa senti saja.

Wajah Carissa memerah, pun dengan Daniel. Lalu ia alihkan ke buku pelajaran lagi.

"KALIAN PACARAN APA BELAJAR SIH?!" sentak Rossa, membuat kedua orang itu menoleh ke arahnya. Terkejut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status