Beranda / Rumah Tangga / My Beloved Partner / Selamanya Pilihanku

Share

Selamanya Pilihanku

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-03 23:52:11

Langkah-langkah Wisang dan Taka terengah di lorong gelap yang hanya diterangi lampu-lampu darurat berwarna merah. Bau debu dan mesiu masih menyertai napas mereka, tapi mereka tetap berlari. Di belakang mereka, Arief dan Santi menutup jalur, sementara tim medis menunggu di ujung lorong.

Taka terhuyung sedikit, tapi Wisang menangkapnya. "Kamu masih bisa?" bisiknya.

Taka mengangguk. "Selama kamu di sampingku, aku bisa."

Sesampainya di ruang aman, mereka langsung disambut oleh seorang pria tua berkacamata bundar—Pak Dhira, penasihat rahasia yang selama ini bekerja sama dengan Kompol Arief.

"Tak bisa lama di sini. Kita harus pecah jalur," katanya cepat, lalu menyerahkan amplop bersegel.

Wisang membukanya dan menemukan peta serta dokumen identitas palsu. "Kita harus kabur sejauh ini?"

Pak Dhira mengangguk. "Karena kalian belum sadar, kalian hanya pion dalam permainan orang yang jauh lebih besar."

Taka menyipitkan mata. "Wira."

Pak Dhira menatap keduanya. "Tepat. Wira bukan hanya pengusaha.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • My Beloved Partner   Masih Di Titik yang Sama

    Hujan masih terus mengguyur atap kabin, menciptakan irama sunyi yang menggantung di udara. Taka tertidur di pelukan Wisang. Wajahnya tampak damai, tapi sesekali matanya bergerak, seolah masih diburu mimpi buruk yang belum usai.Wisang tak bisa tidur. Matanya menatap kosong ke arah jendela yang ditutup tirai lusuh. Tubuhnya diam, tapi pikirannya gelisah. Tangannya tak henti mengusap rambut Taka, mencoba menenangkan, mencoba menenangkan dirinya sendiri.Ia mengingat masa-masa saat semua ini belum terjadi. Saat ia masih mengira cinta cukup untuk menyelamatkan segalanya. Tapi ternyata, cinta saja tidak pernah cukup jika dunia bersikeras menghancurkanmu.Pintu kabin berderit pelan. Wisang refleks menoleh, mengangkat pistol kecil yang diselipkan di balik selimut. Tapi yang masuk hanyalah Raina—basah kuyup, jaket kulitnya meneteskan air hujan, dan ekspresinya seperti baru melihat neraka.“Ada yang membuntuti kita,” katanya tanpa basa-basi.Wisang langsung sigap. “Bukan orang Wira?”Raina men

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04
  • My Beloved Partner   Makin Tertekan

    Pukul 06.30 WIBLangkah-langkah berat terdengar semakin dekat. Mahesa dan pasukannya sudah berada di sekitar kabin, menyelusuri hutan dengan perlahan, seolah mengincar setiap celah. Di dalam kabin, ketegangan semakin terasa. Wisang dan Taka saling menatap, hati mereka berdegup kencang, sementara Raina berdiri dengan tegas di depan jendela, mengamati gerak-gerik pasukan Mahesa.Taka menghela napas. “Apa yang kita lakukan jika mereka datang?”Wisang menggenggam tangannya, menatapnya dengan penuh keyakinan. “Kita tidak akan mundur. Ini adalah pertarungan terakhir. Kita pertaruhkan semuanya.”“Jika kita bertahan,” Taka berkata, “mungkin kita bisa menang.”Raina menoleh, memandang mereka berdua dengan serius. “Tapi bukan hanya kalian berdua yang bertarung. Saya akan melindungi kalian. Selama ini, saya bersembunyi karena alasan. Wira yang mengendalikan permainan ini, bukan hanya Dimas atau Mahesa. Tapi saya sudah memiliki semua data yang bisa menumbangkannya.”Wisang memandang Raina dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04
  • My Beloved Partner   Menjadi Tutor (Pertemuan)

    “Kau? Sedang apa disini?” tanya Taka dengan mata melebar menatap seorang wanita berbalut dress formal dengan balutan cardigan denim yang memberi kesan lebih kasual yang tengah berdiri di hadapannya.“Papa sudah pulang?” sahut seorang anak remaja bernama Ghenta itu menyahutnya.“Ya, dan kalian sedang apa?” tanya Taka kembali mengulang tanyanya.“Papa, ini Mrs Dini yang menjadi Guru Pengajarku. Papa sudah menyetujuinya kan dan kami sudah dua pekan mulai belajar. Jangan katakan Papa melupakannya,” ucap Ghenta panjang lebar. ”Oh, begitu ya. Maaf sayang, Papa bukannya lupa hanya kaget karena Mrs Dini yang kamu katakan ini adalah Tante Wisang istrinya sahabat Papa. Kau ingat Om Dimas?” jawab Taka sambil menyodorkan tangannya kepada Wisang.“Really? Mrs Dini adalah istri Om Dimas?” ucap Ghenta sangat terkejut mengetahuinya.Dan wanita yang disebut keduanya itu pun mengangguk sambil tersenyum.“Waah, asyik dong,” seru Ghenta yang memang merasa nyaman belajar dengan Wisang menjadi sangat antu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Wisang Sakit

    Rasanya sedikit aneh tidak mendengar suara Wisang beberapa hari ini di rumahnya. Taka bertanya pada Genta, tetapi anaknya pun tidak tahu alasan di balik ketidakhadiran gurunya tersebut.“Pak, Tuan Dimas meminta bertemu!” ucap Magda di line telepon. Magda seorang sekretaris Taka yang cantik dan menaruh hati pada pria tampan keturunan Jepang itu.‘Suatu kebetulan yang bagus, aku bisa sekalian bertanya kepada Dimas mengenai kabarnya Wisang,’ ucap Taka di dalam hatinya sambil berjalan keluar dari ruangannya.Di ruangan tamu kantornya, Taka melihat Dimas tengah duduk bersama seseorang. Seperti biasa, wanita itu adalah sekretarisnya yang sudah cukup dikenal juga oleh Taka karena selalu mengekori kemanapun Dimas melangkah. “Hai Bro, apa kabarmu?” tanya Dimas langsung menyambut kedatangan Taka yang menghampiri mejanya.Kedua pria itu pun berangkulan saling memberi salam.“Hai, aku Sandra,” ucap wanita itu sambil menyodorkan tangannya. Namun Taka mengabaikannya.“Bagaimana kabarmu? Oh ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Lunch

    Taka kemudian mengajak Wisang ke sebuah restoran yang terlihat tidak terlalu ramai.Kebetulan sekali tempat itu menyediakan menu yang cukup recommended sehingga Wisang pun menyetujuinya. “Sebenarnya aku tidak peduli kamu mau mengajakku makan apa,” ucap Wisang sambil tetap membuang pandangannya ke arah luar mobil. Taka tahu jika saat ini suasana hati Wisang pasti sangat-sangat buruk. Baru saja Taka menepikan mobilnya di parkiran, sebuah panggilan telepon dari putranya masuk. “Oh begitu ya, baiklah … Tidak masalah. Lagi pula besok kan kau libur panjang. Jadi kau bisa berangkat bersama Nenek dengan tenang. Bye, ayah akan menjemputmu nanti,” ucap Taka kepada sang putra“Putraku akan bepergian dengan ibu. Entah apa yang sedang direncanakan oleh ibuku itu dia selalu saja memiliki kesibukan,” ucap Taka sambil melangkah turun dari mobilnya. Wisang kemudian mengikuti dan mereka berjalan beriringan menuju bagian dalam restoran. “Kau mau pesan menu apa?” tanya Taka. “Hatiku sedang tidak ny

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Sentuhan Yang Hebat

    “So, kita makan lagi atau kamu mau istirahat dulu,” ucap Taka sambil meraih wanita itu ke dalam pelukannya.“Aku lapar lagi, makan dulu yu sebelum perutku bernyanyi panjang,” ucap wanita bernama Wisang itu kepada Taka dengan manjanya.“Okay, just of to you, honey,” bisik Taka sangat lembut.“Mulai deh, gombal,” ucap Wisang sambil mencubit kecil pinggang pria tersebut.Mereka kemudian berjalan ke arah restoran yang berada tidak jauh dari hotel tersebut. Dengan menggunakan sebuah koridor penghubung, mereka bisa mengakses restoran berkelas itu dengan sangat mudah.Pilihan Wisang pun berakhir pada sebuah restoran Sunda yang menyuguhkan berbagai suguhan khas bumi Parahyangan ini.“Aku suka nasi liwet komplitnya, bagaimana?” ucap Wisang kepada Taka meminta persetujuan pria tersebut.“Terserah, aku ikut saja,” jawab Taka seperti biasa.“Ah, dan dua porsi sundae ice cream untuk penutupnya ya,” ucap Wisang dengan tanpa segan memesankan menu makan siang mereka kali ini.Sambil menunggu pesanan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Jerat Hasrat (21+)

    “Kau membuatku basah,” ucap Taka sambil menarik tubuh Wisang ke dalam dekapannya.Wisang yang mulai mencium bau hormon berkembang sejak masuk ke kamar bungalow ini tidak bisa lagi menampik tatapan sendu Taka.“Keringat maksudku!” ujar Taka sambil menyentil dahi Wisang untuk kesekian kalinya.“Awww … seneng banget nyentil jidat orang sih? Sakit, tau!” balas Wisang dengan bibir yang sudah manyun. Membuat Taka semakin gemas pada istri orang ini.Wisang tersenyum, jeda berikutnya dia justru memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Taka. Dia mencondongkan tubuhnya hingga membuat Taka harus memundurkan tubuh untuk memberikan Wisang ruang.“Cium aku lagi,” ucap Wisang yang entah mendapatkan keberanian dari mana melakukannya.Wanita itu terus menatap Taka dengan intens, membiarkan gairah kembali menyapa mereka berdua kali ini.“Ayo Taka, aku menginginkannya,” ucap Wisang dengan semakin menghimpit pria itu.Dua buntalan kembar Wisang yang berada di balik kemeja berkancing wanita itu kini sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Kesayangan

    “Sialan lu. Gue kaget tau!” balas Taka sambil melempar pulpen dari saku nya. Untung saja lemparan Taka meleset. Jika tidak, sudah dipastikan jidat Dimas sebagai tempat mendarat yang sempurna.“Lagian gue panggil dari tadi lu diem aje.”Taka hanya tertawa melihat sahabatnya yang semakin lama semakin berisi itu.“Sejak nikah gendutan, Lu?”“Susunya cocok dong!!” jawab Dimas memamerkan gigi putihnya yang berjejer rapi.Jawaban Dimas menggelitik batin Taka, jika saja dia tidak tahu kondisi rumah tangga Dimas, dipastikan dia akan ikut tertawa. Nyatanya Taka malah bersikap datar setelah tadi sempat tertawa. Dia melihat Dimas sebagai sosok lelaki yang tidak bertanggung jawab sekarang. Meskipun dia sendiri juga bukan lelaki baik karena mengajak istri sahabatnya sendiri berselingkuh.“Ngapain lu kesini?” tanya Taka setelahnya.“Lu ikutan tender kain batik yang diminta Pak Menteri?” tanya Dimas mulai serius. Dimas tahu sepak terja

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12

Bab terbaru

  • My Beloved Partner   Makin Tertekan

    Pukul 06.30 WIBLangkah-langkah berat terdengar semakin dekat. Mahesa dan pasukannya sudah berada di sekitar kabin, menyelusuri hutan dengan perlahan, seolah mengincar setiap celah. Di dalam kabin, ketegangan semakin terasa. Wisang dan Taka saling menatap, hati mereka berdegup kencang, sementara Raina berdiri dengan tegas di depan jendela, mengamati gerak-gerik pasukan Mahesa.Taka menghela napas. “Apa yang kita lakukan jika mereka datang?”Wisang menggenggam tangannya, menatapnya dengan penuh keyakinan. “Kita tidak akan mundur. Ini adalah pertarungan terakhir. Kita pertaruhkan semuanya.”“Jika kita bertahan,” Taka berkata, “mungkin kita bisa menang.”Raina menoleh, memandang mereka berdua dengan serius. “Tapi bukan hanya kalian berdua yang bertarung. Saya akan melindungi kalian. Selama ini, saya bersembunyi karena alasan. Wira yang mengendalikan permainan ini, bukan hanya Dimas atau Mahesa. Tapi saya sudah memiliki semua data yang bisa menumbangkannya.”Wisang memandang Raina dengan

  • My Beloved Partner   Masih Di Titik yang Sama

    Hujan masih terus mengguyur atap kabin, menciptakan irama sunyi yang menggantung di udara. Taka tertidur di pelukan Wisang. Wajahnya tampak damai, tapi sesekali matanya bergerak, seolah masih diburu mimpi buruk yang belum usai.Wisang tak bisa tidur. Matanya menatap kosong ke arah jendela yang ditutup tirai lusuh. Tubuhnya diam, tapi pikirannya gelisah. Tangannya tak henti mengusap rambut Taka, mencoba menenangkan, mencoba menenangkan dirinya sendiri.Ia mengingat masa-masa saat semua ini belum terjadi. Saat ia masih mengira cinta cukup untuk menyelamatkan segalanya. Tapi ternyata, cinta saja tidak pernah cukup jika dunia bersikeras menghancurkanmu.Pintu kabin berderit pelan. Wisang refleks menoleh, mengangkat pistol kecil yang diselipkan di balik selimut. Tapi yang masuk hanyalah Raina—basah kuyup, jaket kulitnya meneteskan air hujan, dan ekspresinya seperti baru melihat neraka.“Ada yang membuntuti kita,” katanya tanpa basa-basi.Wisang langsung sigap. “Bukan orang Wira?”Raina men

  • My Beloved Partner   Selamanya Pilihanku

    Langkah-langkah Wisang dan Taka terengah di lorong gelap yang hanya diterangi lampu-lampu darurat berwarna merah. Bau debu dan mesiu masih menyertai napas mereka, tapi mereka tetap berlari. Di belakang mereka, Arief dan Santi menutup jalur, sementara tim medis menunggu di ujung lorong.Taka terhuyung sedikit, tapi Wisang menangkapnya. "Kamu masih bisa?" bisiknya.Taka mengangguk. "Selama kamu di sampingku, aku bisa."Sesampainya di ruang aman, mereka langsung disambut oleh seorang pria tua berkacamata bundar—Pak Dhira, penasihat rahasia yang selama ini bekerja sama dengan Kompol Arief."Tak bisa lama di sini. Kita harus pecah jalur," katanya cepat, lalu menyerahkan amplop bersegel.Wisang membukanya dan menemukan peta serta dokumen identitas palsu. "Kita harus kabur sejauh ini?"Pak Dhira mengangguk. "Karena kalian belum sadar, kalian hanya pion dalam permainan orang yang jauh lebih besar."Taka menyipitkan mata. "Wira."Pak Dhira menatap keduanya. "Tepat. Wira bukan hanya pengusaha.

  • My Beloved Partner   Semakin Jelas

    Pukul 21.45 WIB – Lokasi Rahasia di Jakarta SelatanUdara dingin mulai merambat masuk ke celah-celah jendela tua di ruang istirahat kecil yang disediakan untuk Wisang dan Taka. Di balik tirai tebal, cahaya dari lampu jalan berkilau samar, memantul di mata Taka yang masih menatap langit-langit.Wisang duduk di ujung ranjang, membuka perban di lengannya yang memar. Taka bangkit dari duduknya, lalu mengambil kapas alkohol. “Biar aku bantu,” ucapnya pelan.Ia duduk di hadapan Wisang, menyentuh lengannya perlahan. Alkohol menyengat luka, tapi bukan itu yang membuat dada Wisang berdebar. Bukan pula karena rasa sakit—melainkan karena sentuhan tangan Taka yang selalu terasa seperti pelarian dari dunia yang begitu kelam.“Kalau semua ini selesai…” Taka tak menyelesaikan kalimatnya.“Aku akan tetap memilih kamu,” balas Wisang, cepat, tegas.Taka menunduk. “Dimas akan makin gila kalau tahu kamu bilang begitu.”Wisang tersenyum miring. “Biar dia tahu. Aku udah cukup lama hidup dalam bayangannya.

  • My Beloved Partner   Menangkap Musuh

    Subuh masih menggantung di langit, meninggalkan sisa embun dan hawa dingin yang menempel di kulit. Wisang, Taka, Kompol Arief, dan Ipda Santi melaju dalam kendaraan taktis menuju lokasi cadangan yang tak tercatat dalam sistem manapun—sebuah rumah aman milik intelijen yang bahkan sebagian besar anggota kepolisian pun tidak tahu keberadaannya.Mobil berhenti di bawah jembatan layang tua di luar Jakarta, lalu masuk ke jalur servis tersembunyi. Gerbang besi terbuka otomatis setelah Arief mengirimkan kode melalui perangkat satelit. Di balik gerbang itu, sebuah bangunan beton sederhana berdiri. Tak mencolok, tapi dijaga ketat oleh pasukan tak berseragam.Begitu masuk, mereka langsung diarahkan ke ruang brifing. Peta besar Jakarta dan sekitarnya terpajang di dinding, disertai titik-titik merah menyala yang berkedip—menunjukkan pergerakan musuh yang sedang dilacak.Kompol Arief menatap Wisang. “Mulai sekarang, kita harus main cepat. Wira tidak hanya mengincarmu, tapi juga nama besar keluarga

  • My Beloved Partner   Panik

    Wisang bergerak cepat. Ia menggenggam tangan Taka dan menariknya ke belakang, menuju dapur yang terhubung langsung dengan pintu keluar belakang vila.“Jangan panik. Kita harus cari jalan keluar, bukan buka pintu,” bisiknya.Namun belum sempat mereka melangkah lebih jauh, suara dentuman keras terdengar. Pintu depan tidak diketuk lagi—melainkan didobrak paksa.BRAK!Taka menjerit tertahan. Wisang segera meraih pisau dapur sebagai alat pertahanan seadanya. Langkah kaki bergema memasuki ruang utama vila, diiringi desisan suara laki-laki yang jelas tidak mereka kenal.“Ayo keluar, Wisang... Taka. Jangan bikin aku membuang waktu.”Wisang memberi isyarat kepada Taka untuk berlari ke luar lewat pintu belakang, namun suara di luar semakin ramai. Setidaknya ada tiga orang lain di luar sana—dan mereka tidak datang dengan niat baik.Tiba-tiba, bunyi tembakan terdengar. Satu peluru melesat menembus jendela kaca dapur, membuat mereka tersentak mundur.“Kita terjebak,” gumam Wisang.Taka mulai gemet

  • My Beloved Partner   Tangan Keluarga

    Salah satu polisi itu, yang mengenakan seragam lengkap dengan tanda nama bertuliskan “F. Alvaro,” menatap mereka dengan sorot waspada.“Maaf kami datang tiba-tiba,” katanya tegas, “tapi kami mendapat informasi kredibel bahwa Anda berdua masuk dalam daftar target ancaman dari sindikat kejahatan keuangan lintas negara. Kami perlu membawa Anda ke tempat aman sementara penyelidikan dilanjutkan.”“Tempat aman?” Wisang menggenggam tangan Taka erat. “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?”Polisi lain, yang lebih muda dan mengenalkan diri sebagai Briptu Maya, mengangguk. “Ada kemungkinan kelompok ini sudah mengetahui posisi Anda sejak beberapa minggu lalu. Penangkapan Dimas memicu pergerakan baru dari pihak-pihak yang ingin mengamankan diri mereka sendiri... dan mungkin menghabisi saksi-saksi kunci.”Taka menarik napas tajam. “Mereka menganggap kita saksi kunci?”“Lebih dari itu, Pak Taka,” jawab Briptu Maya serius. “Anda berdua adalah potongan utama dalam rangkaian besar yang sedang coba kami

  • My Beloved Partner   Tak Akan Mundur

    Taka mendekat pelan, duduk di samping Wisang. Ia meraih tangan Wisang dan menggenggamnya erat, memberi ruang untuk tenang tanpa perlu bicara. Tapi detik berikutnya, ponsel Wisang kembali bergetar.Pesan masuk dari nomor tak dikenal.Satu foto. Satu kalimat.“Sudah saatnya kamu tahu siapa Dimas sebenarnya.”Wisang dan Taka menatap layar yang sama.Foto itu memperlihatkan dua remaja laki-laki berseragam sekolah internasional di luar negeri. Salah satunya adalah Dimas. Dan satunya lagi...“Taka?” Wisang menatap pria di sampingnya. “Itu... kamu?”Taka menegang. Rahangnya mengeras.Ia berdiri, menjauh, lalu menyandarkan diri ke dinding.“Wisang…” katanya pelan. “Aku nggak pernah cerita soal masa laluku di Swiss. Aku sempat sekolah di sana. Dan Dimas—dia temanku. Teman dekat. Satu asrama. Tapi juga orang pertama yang bikin aku sadar bahwa nggak semua orang datang buat niat baik.”Wisang menatapnya tajam. “Jangan bilang kalau kalian pernah—”“Tidak.” Taka buru-buru menepis. “Tapi aku pernah

  • My Beloved Partner   Dimas Ditangkap atas Tuduhan Penggelapan Dana Perusahaan

    Taka terlihat terdiam, tak langsung menjawab pertanyaan Dira. Sorot matanya bergerak dari wajah Wisang ke Dira, lalu kembali ke Wisang—seolah sedang memohon izin untuk bicara jujur.“Dira nggak ada di daftar itu,” ujar Taka pelan. “Kamu satu-satunya yang dari awal aku anggap pelindung Wisang. Saksi hidup... kalau dia masih punya seseorang yang peduli sebelum aku datang.”Dira mengerutkan dahi, emosi yang tadi memuncak perlahan menurun, meski belum sepenuhnya percaya. “Tapi lo tetap ngelakuin semua itu di belakang dia, Tak.”“Aku tahu,” jawab Taka, nyaris berbisik. “Dan aku siap tanggung semua risikonya.”Sebelum ada yang sempat menimpali…Ponsel Wisang berdering keras. Ia melihat nama di layar—Pak Rendra, tetangganya dulu saat masih tinggal bersama Dimas. Dengan keraguan, ia menjawab panggilan itu, dan seisi ruangan langsung hening.“Pak Rendra? Ada apa pagi buta begini?”Suara berat pria itu terdengar panik, tapi jelas. “Wisang… kamu udah tahu kabar Dimas belum?”“Belum. Kenapa?” Jan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status