Seorang wanita terus berjalan memasuki kapsul besar dan menikmati keindahan kota London.
Ditemani matahari yang hampir tenggelam di arah Istana Buckingham, puncak Big Ben sangat sempurna. Warna emas menyala dari pantulan cahaya di ujung utara Istana Westminster tempat Big Ben berada, bukan dari cahaya ligthing lampu. Pemandangan menara setinggi 96,3 meter itu nyaris sempurna.
Mungkin saat ini, disinilah dia bisa sedikit mengeluarkan perasaannya.
Cloris berteriak kepada dunia yang tak pernah adil untuk dirinya, dia berteriak, "kumohon hentikan ini."
Dia lelah, bagaimana pun keadaannya, sekuat apapun fisik dan batinnya namun dia adalah wanita, dia tetap wanita yang membutuhkan perlindungan dari seorang lelaki.
Drt... drt... ponsel Lindsey pun bergetar."Hallo.... ya Ero, ada apa?" jawab Lindsey dari suara telpon."Kau sudah di apartemen ku? Baikkah aku akan membuka pintu,"Cloris menjadi ketakutan mendengar nama ERO... ERO... ERO dia adalah lelaki jahat... bukan hanya jahat... tetapi kejam dan tak memiliki perasaan, tangannya sedikit bergetar, jantungnya sudah berdetak tak teratur, baru saja ia bisa bernafas lega karena bebas dari Ero, tapi sekarang ia mendengar bahwa Ero akan kesini? "Oh Tuhan ... aku harus bagaimana?" batin Cloris.Lindsey mengakhiri pembicaraan nya."Linds. Ero akan datang kesini? Untuk apa?" Tanya Cloris cemas."Aku t
Detik berubah menjadi menit, menit berganti menjadi jam, tak terasa sudah 1 minggu Cloris menjalani kehidupan nya tanpa ada nama Piero lagi di sisi nya.Ia bekerja sebagai salah satu karyawan di sebuah restauran cepat saji, "aku ingin memesan dua minuman dan dua makanan ini," ujar tamu tersebut sambil menunjuk pada buku menu."Baiklah, silahkan tunggu nona," Cloris berusaha sangat ramah kepada setiap pembeli.Mulailah ia mengambil dua gelas lalu ia menuangkan vanilla latte, ditambah serbuk coklat sebagai hiasan topping di atas nya."Clo, ini waktumu istirahat, biar aku yang menangani ini," tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menepuk pundak Cloris."Oh astaga Anna, kau membuatku kag
Cloris terbangun dari tidurnya, matanya melirik ke arah jarum jam. "Astaga mengapa sudah siang, padahal aku merasa baru memejamkan mataku," mulut Cloris mengeluarkan uap khas bangun tidurnya.Saat ia sudah rapi dengan baju yang dikenakan, Cloris hanya butuh membaurkan bedak tabur di area wajahnya, mungkin hanya sebagai penyegar dan lipstik berwarna pink glossy untuk warna bibir favoritnya.Beberapa menit kemudian saat Cloris sampai di tempat kerja"Hai Anna, bagaimana kabar anakmu? tanya Cloris dengan mengiris beberapa potongan wortel."Seperti biasa Clo, sangat rewel," ucap Anna dengan memarutkan keju di atas roti bakar."Baiklah aku akan mengantarkan pesanan ini dahulu Clo." Anna p
Di sisi lain....."Astaga perutku sangat lapar," Cloris menggerutu di dalam motel sendirian.Cloris mengambil beberapa uang di meja, ia pun membeli beberapa makanan untuk perutnya yang lapar."Ero itu adalah Cloris," ucap Derry yang hampir dua jam selalu mengamati motel tersebut.Flashback"Tunggu .. itu adalah Cloris," ucap Irene pada Malio, dan Malio pun melihat bahwa benar itu memang Cloris."Jadi kau sembunyi disini." Irene tersenyum.Namun Irene melihat Cloris terburu-buru berbalik badan sehingga menjatuhkan sebuah nampan dan ia pun pergi begitu
Jika saja disini terdapat mesin waktu, mungkin saat ini ia ingin memutar kembali beberapa menit lalu agar tak menemui sosok lelaki yang berdiri di depannya, "urus lah kehidupan mu dengan Irene, aku berjanji takkan menganggu nya kedua kali.""Aku tidak perduli tentang apa jabatanmu Ero, aku juga tidak takut jika kau menghukum ku saat ini, tapi yang jelas aku ingin kau benar-benar pergi dari hadapanku," ucap Cloris tanpa menatap mata Piero.Piero memundurkan tubuhnya perlahan, menatap wajah Cloris dengan teliti, "kenapa kau pucat?""Pergiiii!" teriak Cloris.Cloris benar-benar ketakutan jika pria yang di cap iblis mengetahui bahwa sebenarnya sekarang ia telah berbadan dua, "pergilah Ero! pergilah dari hadapan mataku." Cloris mendo
"Kau tidak bisa seperti ini Ero, aku kekasih mu.""Yah.. itu dulu tapi sekarang kau hanya sampah bagiku." Ero melepas cekikan itu."Jerry tolong bersihkan sampah satu itu." perintah Piero.Jerry mengusir Irene agar Irene tak mengalami hal yang lebih buruk lagi "pergilah Irene jika kau ingin masih hidup."Irene memasang wajah kesal dan memilih pergi. "lihat saja kau Ero." batin Irene.******************Pagi ini Cloris hanya termenung di kursi, bahkan ia belum tertidur, pikirannya sungguh kacau, "mengapa aku harus bertemu dengan pria jahat itu lagi."Matanya melirik ke arah jarum ja
Raut kesal sekaligus amarah telah terkumpul menjadi satu di wajah Irene, ia merasa telah dibohongi oleh mantan kekasihnya."Sial kau Ero." tanganya mengepal kuat-kuat.Malio menghampiri dan memeluk Irene, "ada apa Irene?"Irene melepas pelukan Malio seakan risih, "lepaskan lah aku Malio.""Kau berubah semenjak putus dari Ero, Irene, sadarlah kau kekasihku sekarang." Malio merasa kesal karena sikap Irene mulai berubah."Ya benar, kau memang kekasihku Malio tapi sekarang perasaanku berubah pada Ero." Irene ingin pergi namun di cegah oleh Malio, "tidak Irene, kau dulu bilang padaku bahwa kau hanya memanfaatkan nya bukan?"Irene tertawa
Bodyguard tersebut menerima tongkat Cloris dan memukul punggung Piero dua kali, "Clo tolonglah aku!""Jerry kita harus menolongnya," ucap Derry.Tiba-tiba saja Derry dan Jerry datang memukul habis kelima bodyguard itu hingga benar-benar pergi.Piero menahan rasa sakit akibat pukulan para bodyguard itu, hidungnya sedikit mengeluarkan darah, "bangunlah." ucap Derry membantu.Jerry mendekati Cloris yang seolah acuh padanya, "Clo kumohon.. bantulah kita mengobati nya."Cloris melirik sebentar ke arah Piero yang memang merasakan sakit di raut wajahnya, "dia bukan prioritas ku.""Tapi dia menganggap kau adalah prioritasnya," jawab Jerry.