Gita terbangun dan melihat sekelilingnya. Hari masih belum terang, tapi wajah lelap Alan masih bisa terlihat jelas. Itu membuat kedua sudut bibir Gita refleks naik.
Setelah cukup puas memandangi wajah suaminya, Gita membenamkan wajahnya di dada bidang Alan. Menghindu aroma yang sangat menenangkan baginya. Benar-benar sangat rileks."Sudah bangun?" bisik Alan serak."Sorry, aku banyak gerak ya?" tanya Gita pelan."Ini sudah waktunya bangun pagi, Bee." Alan mulai menggeliat pelan untuk merenggangkan badan."Pegal?" tanya Gita beranjak bangun dari posisinya. Semalam, mereka tidur sambil berpelukan."Gak kok. Sini, aku peluk lagi." Alan merentangkan kedua tangannya dan Gita segera masuk lagi ke dalam pelukan suaminya."Kok aku merasa tenang dan rileks kalau sama kamu ya, Als? Kamu pakai pelet ya?" tanya Gita santai.Tawa Alan langsung bergema begitu mendengar kata pelet dari bibir mungil seksi istrinya. Zaman modern"Mintalah pada mertuamu satu atau dua proyek untukku." Suara itu bagai bergema di kepala Alan. Hal yang membuat matanya membulat mendengar pernyataan dengan nada petintah itu. Apa dirinya salah dengar? Erik meminta proyek padanya?"Maaf, bisa ulangi sekali lagi?" tanya Alan dengan sopan."Ck. Bagaimana kamu bisa sukses jika memperhatikan orang bicara saja tidak? Apa begini juga kelakuanmu saat meeting? Aku bilang mintakan proyek pada mertuamu untukku."Suara Erik terdengar lebih tinggi dan tidak sabaran. Hal itu tentu saja membuat kepala Alan makin pening. Belum selesai urusannya dengan Zayn, sekarang dia harus menghadapi Erik."Maaf, saya rasa anda mendatangi orang yang salah. Saya hanya divisi IT dan kami tidak punya proyek apa pun. Kalau pun punya, semua kerjasama perlu disetujui Pak Kevin."Alan menyebut nama direktur utama, masih berbicara dalam bahasa formal dan bersikap profesional. Itu pun dia lakukan dengan susah payah dan rasanya sangat menghabiskan tenaga."Siapa juga yang
Alan berjalan dengan linglung di sepanjang perjalanan kembali ke divisinya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya tadi. Dari asisten pribadi jadi direktur? Bukankah lompatannya terlalu jauh? Alan merasa setelah ini hidupnya tidak akan damai lagi. Orang-orang yang iri pasti akan menggosipinya, tapi mau apa lagi? Kalau Alex sudah memutuskan, rasanya sulit untuk ditolak.Ketika Alan sudah mendekati mejanya, dia baru merasa damai karena bau lilin aromaterapi milik Gita. Sayangnya, kedamaian itu berlangsung hanya sekejap saja. Mungkin hanya sekian detik.“Pak Alan.” Jelita memanggil dengan ragu-ragu, sembari menutup telepon dengan satu tangan. "Ada yang mencari Bapak lagi," "Lagi?" tanya Alan kesal. "Tamu buat saya?"Jelita mengangguk takut-takut. Pasalnya ekspresi Alan yang tadi sempat rileks kembali menegang. Jelita takut disembur Alan yang sudah jadi suami bos."Siapa?" tanya Alan gusar."Anu Pak. Sepertinya ini orang yang datang kemarin. Yang namanya Zayn Hendrawan."Ya
Sudah dua minggu sejak Gita dan Alan memilih tinggal di apartemen. Gita juga sudah sangat terbiasa bagun dalam pelukan sang suami, bahkan kadang tanpa busana sama sekali.Harus diakui, aktifitas ranjang pasangan ini sedang aktif-aktifnya. Untungnya, Gita tidak merasakan traumanya bangkit lagi. Selama dengan Alan, Gita tidak pernah merasa jijik lagi dengan dirinya sendiri."Als, bangun dong. Nanti kita telat ke kantor." Gita menggeliat keluar dari pelukan Alan dan menepuk pelan pipi suaminya.Alan yang memang mudah terbangun di pagi hari, langsung menggeliat resah. Begitu melihat wajah Gita, dia otomatis tersenyum."Lima menita lagi ya, Bee." Alan menarik Gita kembali ke pelukannya."Alan." Gita protes dengan kelakuan suaminya. "Aku juga harus siap-siap ke kantor. Kalau kamu gak bangun sekarang, kita bisa telat."Mendengar pernyataan Gita, mata Alan langsung terbuka lebar. Lelaki itu melepaskan pelukannya dan beranjak duduk bersila, menatap sang istri dengann tatapan bangga campur haru
"Aduh, Pak Erik. Pagi-pagi kok sudah teriak-teriak seperti ini sih? Ribut banget tahu gak?" Gita langsung mengeluarkan kata-kata pedas dan memasang wajah juteknya, begitu melihat lelaki yang dia panggil."Nah, ini dia yang ditunggu." Erik dengan percaya dirinya merentangkan tangan seolah hendak memeluk Gita.Gita refleks menghindar dan bersembunyi di belakang Alan. Tidak lupa juga dia memberikan ekspresi jijik pada Erik. Pasalnya, dulu Erik sering menatapnya dengan pandangan tak senonoh."Maaf Pak. Suami saya ini cemburuan. Saya tidak bisa diizinkan memeluk pria tak dikenal selain keluarga." Gita memberi penekanan pada kata selain keluarga.Tentu saja Erik bisa menangkap apa maksud kata-kata Gita. Tapi demi proyek, dia bersedia menebalkan muka. Dia butuh pekerjaan untuk bisa terus hidup mewah."Saya tidak tahu kalau Alan ternyata pencemburu berat. Padahal rasanya dulu tidak begitu," balas Erik asal saja, diikuti dengan tawa yang terdengar canggung."Emangnya Pak Erik kenal suami saya
Alex menatap gusar lelaki di depannya ini. Sudah dipukuli berapa kali pun, dia tetap berlutut dengan kepala menunduk.Lelaki itu adalah Zayn. Lelaki yang sudah membuat janji dengan Alex pagi-pagi buta dan mengakui segala dosanya. Dosa yang diperbuatnya pada putrinya.Mendengar pengakuan singkat dari Zayn saja sanggup membuat Alex siap membunuh lelaki itu. Apalagi ketika Gita mengatakan akan berbicara padanya. Alex rasanya ingin langsung membuang Zayn dari jendela ruangannya yang berasa di lantai dua puluh."Kamu yakin?" tanya Alex untuk kesekian kalinya. Dia masih tidak rela putrinya bertemu pria brengsek itu."Selama ada Alan, aku akan baik-baik saja Dad." Gita menjawab dengan pelan."Tidak apa-apa Dad, aku akan menjaga Gita." Alan ikut meyakinkan dengan cara merangkul istrinya."Dad akan ikut masuk ke dalam." Alex akhirnya memutuskan.Gita hanya mengangguk pelan. Dia menatap pintu yang tadi sudah sempat ditutup oleh ayahnya. Sebelum menekan kenop pintu, Gita menatap Alan meminta duku
Zayn menghela napas pelan. Dia sudah tahu akan seperti ini dan tidak merasa kaget lagi. Memang tidak mudah untuk memaafkan orang brengsek seperti dirinya."Tapi saya juga merasa tidak perlu menghukummu," lanjut Gita lagi.Alex dan Zayn menoleh bersamaan ke arah Gita dengan ekspresi kaget. Rasanya hanya Alan saja yang bersikap biasa."Apa maksud kamu, Ta?" tanya Alex tidak mengerti dengan keputusan putrinya. Alex saja sudah ingin membumihanguskan seluruh keluarga Zayn.Zayn sendiri juga tidak mengerti dengan Gita. Padahal dia sudah mempersiapkan diri untuk minimal dipukuli sampai pingsan, tapi Gita malah tidak berniat melakukan apa-apa?"Gita percaya, hukuman dari Tuhan jauh lebih menyakitkan dari pada hukuman dari sesama manusia," jawab Gita pelan.Alan tersenyum. Dia sangat bangga pada istrinya yang sudah menjadi lebih bijak dan dewasa. Tidak lupa Alan memberi elusan ringan di bahu istrinya."Cukup jangan pernah memperlihatkan wajahmu dihadapan saya dan keluarga saya. Kalau pun tidak
"Astaga!" Jelita refleks menutup mata, begitu memasuki ruangan bosnya.Tiga hari belakangan ini, sudah tak terhitung lagi berapa kali Jelita terkaget seperti ini. Pasalnya Gita dan Alan sangat senang bermesraan di dalam ruangan Gita.Kalau hanya sekedar bersandar manja atau berpelukan sih tidak masalah, tapi dua orang ini tidak segan saling mencumbu. Bahkan kemarin Jelita mendapati dua orang itu dengan pakaian berantakan.Dan hari ini, Gita terlihat duduk di atas mejanya dengan kaki bertaut di pinggang Alan dan saling bepelukan, juga memagut mesra. Untungnya celana panjang Gita masih terpasang sempurna."Mau berapa kali kubilangi sih, Je? Ketuk pintunya!" geram Gita antara kesal dan malu."Saya sudah ketuk pintu loh Bu. Buku jari saya sampai merah, karena ngetuk terlalu keras." Jelita memperlihatkan buku jarinya yang memang memerah. Semenjak mendapati Alan dan Gita bermesraan di ruangan, Jelita memang selalu mengetuk pintu lebih keras dari biasanya."Mungkin harus dipasangin bel biar
"Gimana Als?" tanya Gita pada Alan dengan penasaran."Untungnya, Zayn belum ganti nomer dan dia angkat. Dia sih, langsung setuju. Malah katanya apapun yang kita minta pasti akan dikabulkan.""Dasar gila. Disuruh nikah dengan Isabella yang lagi hamil anak orang, masa langsung setuju?" Gita malah protes."Memangnya kita apaan coba?" tanya Alan yang langsung dibalas dengan cengiran Gita. "Kita juga cuma beda sedikit kan?" tanya Alan lagi."Emang sih, cuma beda di hamil anak orang saja." Gita mengangguk setuju.Ya, ide gila yang diusulkan Gita kemarin adalah menjodohkan Isabella dan Zayn. Isabella bisa pergi bersama Zayn, untuk menghindari Erik yang mau mencelakai bayinya. Bisa mengakui Zayn sebagai ayah dari anaknya dihadapan orang tuanya. Mendapat perlindungan juga dari Zayn.Awalnya Isabella juga sedikit ragu, tapi pada akhirnya dia bersedia bertemu dengan Zayn terlebih dahulu. Untungnya juga Zayn langsung setuju dan belum pergi terlalu jauh dari Jakarta."Aku luar biasa banget gak sih