Annabele sudah bersiap pulang. Ia merapikan barang yang ada di meja sebelum pergi.
"An, apa mau pulang bersama?" tanya Sam yang sudah berdiri di samping Annabele.
"Owh, sepertinya aku akan pulang sendiri, ada beberapa hal yang ingin aku lakukan," jawab Annabele dengan tangan yang masih sibuk merapikan berkas di meja.
Sam menatap Annabele, hingga memilih bersandar di tepian meja.
"Kamu, benar-benar berpacaran dengan CEO kita?" tanya Sam yang teringat dengan pengakuan Cristian saat di kantin.
Annabele terlihat kikuk karena pertanyaan Sam, bahkan sampai menyelipkan berulangkali helaian rambut ke belakang telinga.
"Ya, benar." Annabele mencoba jujur, lagipula berbohong pun takkan bermanfaat baginya.
Sam terkesiap dengan jawaban Annabele, lantas meraih telapak tangan gadis itu dan menggenggamnya erat.
"Apa kamu tidak bisa
"Alex! Astaga kamu membuatku terkejut!" Annabele yang begitu terkejut langsung mengusap dada."Itu siapa?" tanya Alex yang ternyata melihat Annabele keluar dari mobil."Nggak perlu tahu," jawab Annabele yang mencoba mengabaikan rasa penasaran sang adik."Apa dia pacarmu? Tampaknya dia kaya?" tanya Alex yang ternyata tidak mau menyingkirkan rasa penasaran."Anak kecil nggak boleh bahas soal pacar," sangkal Annabele menjawab pertanyaan Alex.Tentu saja Alex mencebik kesal, hingga kemudian menyeringai ketika melihat Annabele yang sudah berjalan duluan ke rumah."Ma, kakak sudah punya pacar!" teriak Alex yang berlari dan menyerobot masuk ke rumah."Alex!" Tentu saja Annabele begitu terkejut ketika Alex berteriak. Ia pun mengejar sang adik yang berlari masuk ke dalam mencari Samantha.Samantha yang tengah menyiapkan
Samantha merasa tubuhnya lunglai, berjalan dengan gontai setelah bicara dengan dokter yang menangani kondisi Annabele. Ia menghentikan langkah, kemudian mengingat perkataan dokter."Kemungkinan ada beberapa saraf yang tidak bisa bekerja dengan optimal pasca operasi, itu juga bisa disebabkan oleh tumor yang tadinya sudah menggerogoti sistem otaknya. Namun, meski demikian, kita patut bersyukur karena dia selamat bahkan tak mengalami komplikasi lain selain kehilangan ingatannya."Seketika Samantha tersenyum, benar kata dokter itu jika dirinya harus bersyukur."Benar, dengan begini aku akan lebih mudah membawa Annabele. Menjadikannya putri, dan menjauhkan dari orangtua yang tidak bertanggung jawab."Samantha akhirnya menemukan kebahagiaannya, menganggap hilangnya ingatan Annabele adalah mukjizat, dengan begini Annabele tak perlu tahu bagaimana menderitanya gadis itu sebelumnya. Ia sudah sampai di ruang i
'Dunia ini tak seperti yang kita lihat, sebab ternyata banyak misteri yang tak kita ketahui. Termasuk dia, pria yang kini menjadi kekasihku, pria yang tak tampak seperti yang kita lihat.'Annabele terlihat sedang berjalan di koridor perusahaan untuk masuk lift dan pulang. Hingga Sam datang menghampiri dan mengajak gadis itu masuk ke pintu tangga darurat."Ada apa, Sam? Kenapa kamu sangat aneh." Annabele menatap Sam yang memang berilaku aneh setelah dirinya berhubungan dengan Cristian."Jauhi dia, An. Demi kebaikanmu," pinta Sam.Annabele terkesiap dengan permintaan Sam, tak mengerti kenapa pria itu terus bersikukuh jika ingin Annabele tak dengan Cristian. Meski Annabele tahu siapa Cristian, tapi tak yakin kalau Sam tahu, hingga membuat temannya itu bersikukuh memintanya meninggalkan pria yang sudah mencuri hatinya."Aku tidak suka caramu melarangku, Sam." Annabele menatap lekat w
Sam kembali ke apartemen setelah sebelumnya mencemaskan keadaan Annabele. Ia membuka pintu unit apartemen, hingga terkejut ketika seseorang mendorongnya masuk, bahkan langsung menyudutkannya ke tembok dengan tangan mencekik lehernya. Sam melihat Cristian kini berdiri di hadapannya, mata atasannya itu terlihat berwarna merah, menandakan jika sedang dalam penuh kewaspadaan."Apa sekarang Anda juga senang mencelakai orang?" tanya Sam yang terlihat tak takut pada Cristian, bahkan senyum kecil terbit di wajah pria itu."Jauhi dia, jangan lagi dekat dengannya!" perintah Cristian tanpa memedulikan pertanyaan Sam."Kalau aku tidak mau, kamu mau apa?" Sam tak lagi memakai bahasa formal. Ia menunduk dengan seringai di wajah."Akan aku pastikan hidupmu berakhir sampai di sini." Cristian menekan leher Sam sedikit kuat."Apa sekarang kamu juga suka membunuh manusia? Apa kamu juga akan menghis
"Jangan tidur terlalu malam, An!" teriak Samantha setelah mendengar Annabele berpamitan ingin naik ke kamar."Ya, Mam!" timpal Annabele yang sedang menaiki anak tangga.Annabele berjalan melewati kamar Alex, melihat lampu kamar sang adik yang masih menyala, membuat Annabele mencoba untuk melihat apa yang sedang dilakukan adiknya itu."Lex, kamu belum tidur?" tanya Annabele seraya melebarkan daun pintu.Alex terlihat berdiri di tengah kamar seraya menggaruk tengkuk. Ia pun menoleh ketika mendengar suara Annabele."Aku ingin tidur, hanya saja aku kehilangan headphone 'ku," jawab Alex kebingungan.Annabele mengerutkan kedua alis, hingga ikut mengedarkan pandangan mencari benda kesayangan adiknya itu."Di mana terakhir kali kamu meletakkannya?" tanya Annabele mencoba membantu mencari, sampai-sampai menggeledah tas sang adik.
Annabele baru saja selesai mandi. Ia kini tengah duduk di kursi kayu depan meja kerjanya seraya mengusap rambut yang masih basah. Annabele sudah tak heran jika Cristian pergi tiba-tiba, tapi hanya tak menyangka jika pria itu berpikir untuk membuka kunci kamar."Ha, dia ini memang misterius," gumamnya."Kak Anna!" Alex berlari masuk ke kamar Annabele.Annabele menoleh dan melihat Alex menghampiri, merasa terkejut karena adiknya itu terlihat terburu-buru."Ada apa? Kenapa kamu berlarian di dalam rumah?" tanya Annabele dengan tangan masih mengusap rambut."Ada yang mencarimu," jawab Alex, masih mencoba mengatur napas yang terengah. "Mama meminta Kakak cepat turun," lanjut Alex.Annabele mengerutkan alis, berpikir siapa yang mencarinya sepagi ini."Siapa yang mencariku?" tanya Annabele."Seorang pria, tampan."-
Cristian mengajak Annabele pergi ke pegunungan di pinggiran kota, perjalanan yang ditempuh mereka lumayan lama, sampai akhirnya mereka sampai di sisi hutan."Kita jalan kaki dari sini," kata Cristian yang sudah melepas seatbelt dan bersiap keluar mobil."Apa jalur pejalan kaki aman?" tanya Annabele ketika tak yakin dengan jalur yang akan mereka lewati."Apa kamu tak percaya dengan kemampuanku?" tanya Cristian dengan menaikkan satu sudut alis.Annabele mengerutkan dahi, tak mengerti dengan maksud Cristian. Namun, meski begitu tetap saja ikut. Mereka berjalan kaki, jalan yang diambil Cristian ternyata mudah dilalui."Apa masih jauh?" tanya Annabele, merasa tempat yang akan mereka datangi tak kunjung terlihat."Kamu lelah?" tanya Cristian.Annabele menggelengkan kepala, tetap melangkahkan kaki mengikuti langkah Cristian.
Annabele turun dari mobil setelah Cristian menepikan dan berhenti di bahu jalan."Mau ikut turun?" tanya Annabele."Tidak, aku akan menunggu sampai dia pergi," jawab Cristian yang kesal karena Annabele memaksa turun.Annabele mencoba mengerti, merasa jika Cristian tak mau turun karena cemburu dengan Sam. Ia pun berjalan ke arah rumah di mana Sam sudah berdiri di teras menunggunya. Annabele tahu jika Sam memang sekarang terlalu mengekangnya untuk tak berhubungan dengan Cristian, tapi dibalik itu entah kenapa Annabele juga tidak bisa mengabaikan pria itu."Sam, ada apa ke sini?" tanya Annabele ketika sudah sampai di hadapan Sam.Sam melirik sekilas ke arah mobil Cristian, sebelum akhirnya menatap Annabele dan menjawab, "Kamu dari mana? Aku menghubungimu tapi tidak dijawab.""Oh, ponsel aku mode silent. Tadi hanya pergi berjalan-jalan dengannya." Annabele