Semua karyawan tengah menerka kenapa teman mereka sampai melompat dari gedung. Hingga menduga kalau masalah hutang menjadi dasar atas kenekatan Trishie melompat dari gedung bertingkat dua puluh lima itu.
Pihak polisi sudah membawa mayat gadis itu, dan mengolah kejadian perkara untuk jadi barang bukti kalau Trishie benar-benar melompat dari sana.
Annabele terlihat tidak fokus bekerja. Ia menatap laptop tapi pikirannya tertuju pada kematian teman kerjanya itu.
"An, kamu tidak apa-apa?" tanya Sam yang ternyata ada di samping meja Annabele.
Annabele terkejut mendengar suara Sam, hingga menatap pada teman kerja yang sudah bersandar di tepian mejanya.
"Tidak apa-apa, mungkin hanya masih memikirkan nasib Trishie, kenapa dia sampai melompat dari gedung," jawab Annabele.
"Jangan terlalu dipikirkan. Minumlah!" Sam memberikan sebotol minuman jus jeruk pada Annabele.
"Terima kasih," ucap Annabele yang kemudian membuka penutup botol dan menenggak isinya.
Julie memperhatikan Annabele dan Samuel, hingga kemudian memilih kembali fokus dengan pekerjaannya.
-
-
"Kamu tidak akan bertindak? Bukankah sekarang sudah tahu siapa pelaku yang hendak mencelakai gadismu." Simon menatap Cristian yang fokus dengan berkas di tangan.
"Kita tidak boleh gegabah. Semalam perbuatanmu cukup mencolok," kata Cristian yang menolak langsung bertindak.
"Darahnya terlalu menggoda," timpal Simon seraya mengusap permukaan bibir dengan jempol.
"Bukankah kita berpuasa untuk tidak meminum darah manusia?" Alfred memprotes tindakan Simon yang membahayakan keberadaan mereka di lingkup manusia.
Cristian melirik pada Alfred, hingga kemudian menatap Simon yang terlihat sedang mencari alasan. Ketiganya memang bukan dari bangsa manusia, mereka sudah hidup membaur sejak lebih dari seratus tahun lamanya, membiasakan dan menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia. Mereka sendiri sudah berusaha untuk tidak meminum darah manusia, tapi menggantinya dengan darah hewan.
"Dia terlalu manis, serius aku tidak bisa menahannya," kata Simon mencoba membela diri. "Lagian, sudah sepuluh tahun. Apa aku tidak boleh mencicipi meski sedikit."
"Simon, kamu tahu akibat jika kembali meminum darah manusia? Tubuhmu akan susah menerima darah hewan lagi!" Alfred terus menasehati Simon untuk tak mengulang perbuatannya.
Dari ketiganya, Simon adalah yang paling termuda, sedangkan Cristian yang tertua.
"Baiklah, baiklah. Aku takkan lagi mencoba darah manusia. Semalam yang terakhir," ujar Simon mengalah pada Alfred, karena tahu jika tak mungkin bisa melawan saudaranya itu.
Alfred menatap Cristian yang sedari diam, hingga kemudian menyalahkan pria itu.
"Kenapa semalam kamu tidak mencegahnya?" tanya Alfred.
"Karena dia hanya minum sedikit," jawab Cristian santai.
"Kalian ini, benar-benar!" gerutu Alfred.
-
-
"Tidak bisa, kenapa Trishie malah bunuh diri? Aku tidak percaya dia dengan mudah mengakhiri hidupnya begitu saja. Aku harus mencari cara untuk menyingkirkan Annabele, takkan aku biarkan dia mengambil perhatian semua orang. Gadis bermuka dua itu, tak layak mendapatkan simpati siapa pun."
Jam kerja telah berakhir, semua karyawan mulai bersiap untuk pulang, termasuk Annabele, Julie, dan Sam.
"An, di dekat sini ada cafe steak yang baru buka. Apa kamu mau mencobanya?" tanya Sam saat menanti Annabele berkemas.
"Entahlah,' jawab Annabele seraya mengedikkan satu pundak. Hingga kemudian tatapannya tertuju pada Julie yang juga sedang bersiap. "Julie, apa kamu mau mencoba?" tanya Annabele pada temannya itu.
Sam ikut menoleh ke arah Julie, gadis itu sendiri langsung menatap Sam dan Annabele bergantian.
"Aku ada perlu, sepertinya tidak bisa ikut. Lain kali saja," jawab Julie dengan senyum lebar di wajah.
Annabele terlihat kecewa mendengar Julie tak bisa ikut, tpi tak juga bisa memaksa. Julie berpamitan dan pergi terlebih dahulu, sedangkan Sam dan Annabele keluar bersama dengan Sam.
Mereka berjalan keluar dari lobi dan langsung menuju ke bahu jalan untuk menyeberang dan menuju halte bus terdekat.
"An, ponselku tertinggal. Kamu menyeberanglah dulu, dan tunggu aku di halte," pinta Sam yang baru sadar kalau ponselnya tertinggal.
"Oke, jangan lama-lama."
Sam berbalik arah dan tidak jadi menyeberang, berlari kembali ke perusahaan untuk mengambil ponsel.
Annabele berjalan menyeberang karena lampu menunjukkan hijau untuk penyeberang jalan. Namun, ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang, tepat mengarah pada Annabele yang sedang menyeberang.
"Awas!"
-
-
Annabele begitu terkejut ketika ada yang meneriaki dirinya, ketika menoleh melihat mobil yang melaju kencang dan sudah dekat dengannya. Ia ingin menghindar tapi tak sempat, hingga ketika merasa kalau tubuhnya akan terhempas karena ditabrak, Annabele cukup terkejut dengan yang terjadi. Dirinya tidak tertabrak mobil itu, ia selamat dalam pelukan seseorang.
Annabele membulatkan bola mata, menatap siapa yang menyelamatkan.
"Kenapa dia bisa menarikku dengan cepat?" Annabele bertanya-tanya dalam hati.
Annabele menatap wajah yang begitu dekat dengannya, pria itu terlihat panik dan terus mendekapnya.
"Pak Cris."
Cristian sedikit menunduk hingga manik mata mereka bertemu. Cristian membawa Annabele hingga dekat dengan lobi, yang tentu saja membuat gadis itu terkejut.
"Bagaimana kami bisa sampai di sini begitu cepat?" tanya Annbele dalam hati.
Sam yang baru saja masuk lobi, sedikit terkejut ketika melihat Annabele tengah dipeluk Cristian, hingga pria itu urung masuk dan memilih menghampiri Annabele dan Cristian.
"An, ada apa?" tanya Sam.
Annabele langsung mundur hingga pelukan Cristian terlepas, terlihat kikuk dan terus menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga.
Cristian tidak bicara apa-apa, hanya menatap Annabele tanpa ekspresi hingga beralih menatap Sam sebelum akhirnya pergi dari sana.
Sam sendiri merasa heran bukankah Annabele akan menyeberang, kenapa tiba-tiba berada di depan lobi.
"Ada apa, An? Kenapa tiba-tiba bisa bersama pak Cristian?" tanya Sam yang benar-benar heran.
"Oh tidak ada, tadi hanya--" Annabele bingung harus bicara apa, sampai menunjuk ke arah jalan dan lobi bergantian, membuat Sam kebingungan. Jika dijelaskan mungkin takkan masuk akal bagi Sam maupun diriny sendiri,
"Ya sudah, kamu tunggu sini. Aku ambil ponsel sebentar," ujar Sam pada akhirnya.
Annabele hanya mengangguk, memilih menunggu Sam di sana agar bisa pergi bersama.
-
-
Sam mengajak makan Annabele, tapi gadis itu terlihat tidak fokus, bahkan terus mengaduk makanan yang sudah tersaji.
Ananabele masih memikirkan kejadian tadi, jika Cristian hanya menarik, seharusnya mereka berada di tepian jalan. Lalu, bagaimana bisa mereka berada di depan lobi, dan kapan Cristian membawanya sampai di sana. Annabele semakin yakin jika ada sesuatu yang tidak bisa dipikirkan secara logika.
"Ini benar-benar aneh," gumam Annabele.
"Kamu bilang apa?" tanya Sam ketika mendengar Annabele bergumam
"Hah, apa?" Annabele terkejut mendengar Sam bertanya.
Sam mengulas senyum melihat Annabele yang terkejut, lantas menarik hotplate milik Annabele, memotong daging milik gadis itu sebelum dikembalikan lagi.
"Kamu hanya melamun dari tadi. Apa ada masalah?" tanya Sam memperhatikan ekspresi Annabele.
"Tidak ada," jawab Annabele yang kemudian memakan daging yang sudah dipotong Sam.
"Antingmu belum ketemu?" tanya Sam lagi.
"Hilang, sudahlah." Annabele terlihat tampak sedih jika mengingat kembali anting itu.
"Aku kemarin mencoba mencari model yang mirip dengan milikmu, tapi ternyata tidak ada yang menjualnya. Apa itu dipesan khusus?" tanya Sam yang memilih fokus menatap Annabele.
Annabele mengedikkan pundak. Ia sendiri juga tidak tahu di mana anting itu dibeli, karena hanya tahu kalau tiba-tiba sudah memiliki itu.
Sam bisa melihat kesedihan di mata Annabele, hingga kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantong saku jasnya.
"Meski ini tidak sebagus yang kamu punya, tapi setidaknya bisa mengganti yang hilang," kata Sam seraya meletakan sebuah kotak berisi sepasang anting dengan motif pita dan permata kecil berwarna silver.
Annabele cukup terkejut dengan benda yang diberikan Sam. Ia menatap kotak yang tergeletak di meja, hingga kemudian menatap temannya itu.
"Sam, kamu tidak harus membelikan ini!" tolak Annabele.
"sudah dibeli, bagaimana kamu tega menolaknya? Apa aku yang harus memakainya, hah?" tanya Sam dengan nada candaan.
Annabele terlihat bingung, tak ingin menerima tapi juga tak enak hati karena sudah terbeli. Hingga akhirnya Ana mengiakan menerima anting itu.
"Aku anggap hutang, ya. Akan aku ganti uang yang digunakan untuk membelinya," ujar Annabele memberi syarat jika mau diterima.
"Baiklah, asal kamu mau memakainya," balas Sam yang tak masalah mau menganggap bagaimana pemberian itu.
-
-
Seorang pria duduk di belakang stir kemudi, tengah berbicara dengan seseorang dari seberang panggilan.
"Bagaimana?"
"Aku hampir menabraknya, tapi entah bagaimana cara menghindar. Tiba-tiba sebuah bayangan tampak melintas dan gadis itu menghilang dari pandangan." Pria yang ada di mobil bicara dengan sedikit nada panik.
"Apa? Apa kamu menyetir sambil mabuk, sampai-sampai menyangka kalau orang sudah di depan mata hilang begitu saja, hah?!"
"Aku berani bersumpah, gadis itu menghilang dari jalanan. Aku merasa ada yang aneh, lebih baik tidak berurusan lagi denganmu. Akan aku kembalikan uang yang sudah kamu kirim!"
Pria yang sengaja ingin menabrak Annabele, baru saja keluar dari klub setelah mabuk. Pria itu masih tidak percaya dengan yang dilihatnya sore tadi, hal yang tak masuk akal dicerna oleh pikiran orang biasa."Aku bilang dia hilang, tapi tidak ada yang percaya. Apa aku ini tampak seperti pembohong, hah! Kurang ajar, kenapa aku harus mendapat pekerjaan gila seperti ini? Dia bukan gadis biasa. Ya, aku yakin dia bukan gadis biasa." Pria itu terus meracau, melangkah dengan sedikit gontai menuju parkiran mobil.Saat akan membuka pintu mobil, tangan pria itu dicekal oleh seseorang lantas ditarik dan punggungnya membentur tembok."Aghh!" pekik pria itu.Baru ingin melihat siapa yang menyeret dan mendorongnya, pria itu terkejut karena lehernya tercekik, bahkan tubuhnya terangkat hingga kakinya tidak menyentuh tanah."Si-siapa ka-mu?" Pria itu bicara dengan menahan sakit karena tekanan jari
Annabele langsung pulang setelah Cristian pergi meninggalkannya, gadis itu terus bertanya-tanya kenapa sikap atasannya berubah."Aku pulang!" Annabela masuk dan langsung duduk di sofa."Baru pulang, kamu lembur?" tanya Samantha."Tidak, tadi habis makan dengan Sam." Annabele bicara seraya menatap telapak tangan kiri yang terluka.Samantha yang kebetulan sedang di dapur, menghampiri Annabele di ruang tamu. Wanita itu terkejut saat melihat luka di tangan Annabele."Tanganmu kenapa?" tanya Samantha seraya meraih tangan Annabele."Tadi jatuh," jawab gadis itu sedikit meringis karena luka perih di tangan."Kamu ini, sudah besar juga masih bisa terjatuh."Samantha berdiri dan kembali ke dapur mengambil air bersih untuk membersihkan lupa Annabele.Annabele menatap sapu tangan yang diberikan Cristian, pik
'Jika makhluk fantasi itu memang ada, lalu kenapa tidak ada yang tahu? Atau rupa mereka benar-benar menyerupai kita, sehingga kita tak pernah menyadari dan tahu akan hal itu.' Annabele baru saja mengambil paket dokumen di meja resepsionis. Pikirannya masih tertuju dengan artikel yang dibacanya semalam. Meski Annabele baru saja mengenal dan melihat Cristian beberapa kali, tapi entah kenapa merasa sangat tertarik dengan pria itu. Ada sesuatu di dalam diri Cristian yang membuat Annabele ingin mendekat. Pintu lift terbuka di lantai satu, Annabele cukup terkejut ketika mendongak untuk melihat siapa yang masuk. Cristian sudah berdiri di hadapannya, sendirian. Pria itu masuk dan berdiri di samping Annabele, membuat gadis itu lantas sedikit bergeser ke kanan untuk tidak terlalu dekat. Begitu pintu lift tertutup, Annabele sesekali melirik ke arah Cristian, "Jauhi temanmu!" Ucapa
"Lebih baik tidak sekarang." Cristian menarik telapak tangannya dari sisi wajah Annabele, mengurungkan niat yang ingin dilakukan.Annabele yang sudah memejamkan mata, lantas membuka dan menatap Cristian."Kenapa?" tanya Annabele yang sudah penasaran dengan yang sebenarnya terjadi."Tidak baik mengingatnya di sini, akan aku ingatkan saat berada di tempat yang lebih baik dan nyaman untukmu," jawab Cristian yang kemudian menepuk pelan pucuk kepala Annabele.Annabele menggelembungkan kedua pipi karena merasa diberi harapan palsu, padahal sudah sangat senang karena akan mengetahui segalanya."Dasar pembohong!" gerutu Annabele.Cristian gemas melihat Annabele yang mengelembungkan pipi, hingga menangkup kedua sisi wajah gadis itu."Aku janji akan memperlihatkannya, sekarang kembalilah ke tempat kerja. Ingat untuk waspada pada Julie," kata Cristi
'Jika memang aku harus mati karena sebuah kesalahan yang tak pernah aku sengaja, apakah aku rela? Apa aku rela menanggung beban kesalahan yang sama sekali tak pernah aku lakukan.' Annabele melihat dengan jelas peluru itu melesat ke arahnya, hingga terpaan angin itu menerpa wajah. Ia melihat Cristian yang sudah di hadapannya, satu tangan pria itu merangkul pinggang dan membuatnya terhindar dari peluru. "Ap-apa?" Julie begitu terkejut ketika melihat Cristian yang ada di sana, bahkan bisa membuat Annabele terhindar dari peluru. Cristian langsung menoleh ke arah Julie, menatap tajam dengan bola mata merahnya. Takkan membiarkan gadis itu melukai Annabele meski hanya seujung kuku. "Cris." Annabele bisa melihat amarah di tatapan Cristian. "Persetan dengan kalian!" Julie yang sudah diliputi amarah, benci, dan dendam, kembali mengarahkan mata pistol ke arah Cristian dan Annabele
Annabele hendak mengabaikan tentang taruhan yang dilakukan oleh Bastian dan Max, dia tetap tidak akan menerima hasil taruhan itu meski mendapatkan pemenang. Namun, Annabele tiba-tiba merasa gelisah, entah kenapa dirinya sangat cemas dan tak bisa tenang. Ia pun pergi ke bukit di mana Bastian dan Max melakukan balap mobil, tempat dengan banyak tikungan tajam dan jurang di sisi kanan dan kiri.Saat sampai di tempat itu, Julie ternyata ada di sana, temannya itu terlihat cemas dan khawatir. Hingga ketika dua mobil sudah tampak memasuki garis finish, Annabele melihat mobil Bastian yang memimpin balapan, saat itu Annabele tiba-tiba merasa lega karena setidaknya Bastian yang akan menang, hingga siapa sangka jika Max menabrak bagian belakang mobil Bastian, tepat saat mereka melaju di tikungan tajam, membuat mobil Bastian oleng dan berputar beberapa kali karena kerasnya benturan dan cepatnya laju mobil itu, sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan dan mobil itu terjun beb
"Cris." Annabele terkejut sampai memegangi dada, ketika melihat Cristian berdiri di dekat jendela dengan kedua tangan bersidekap.'Ba-bagaimana--" Annabele malah terlihat kebingungan, hingga menunjuk ke pintu dan jendela, seakan sedang mempertanyakan dari mana Cristian masuk."Kamu lupa siapa aku? Aku bisa masuk lewat mana saja," ujar Cristian yang berjalan ke arah ranjang Annabele dan duduk di sana.Annabele memutar bola mata, lalu meniup poni yang jatuh ke dahi ketika ingat siapa pria yang ada di kamarnya.Annabele meletakkan tas di kursi yang terdapat di kamar, kemudian duduk di samping Cristian.Cristian mengamati foto Annabele dan keluarga yang terpajang di atas nakas, membuat sudut bibirnya tertarik ke atas."Kamu masuk lewat jendela?" tanya Annabele memastikan, melihat kalau daun jendela terbuka."Ya, apa kamu mau aku lewat pintu d
"Kamu tidak tahu siapa aku, pergi dari sini atau kamu akan mati!" Cristian berusaha mengusir Annabele, tak ingin melukai gadis itu.Annabele memeluk kedua kaki yang sudah ditekuk, lantas meletakkan dagu di atas kedua lutut."Aku tidak takut mati, karena pada akhirnya juga akan mati," ucap Annabele dengan tatapan sendu.Bagi dia yang kala itu baru berumur 13 tahun, sangat mengherankan karena kematian memang tak menakutkan baginya. Pertengkaran kedua orangtua dan rasa sakit yang dideritanya selama bertahun-tahun ini, serta tak memiliki teman untuk bermain, membuat Annabele putus asa.Cristian membeliak mendengar ucapan Annabele, bagaimana bisa gadis itu bicara tentang kematian semudah itu. Ia menelan saliva saat semakin mencium bau manis darah gadis itu, masih berusaha menekan rasa haus agar tak menyakiti gadis kecil itu."Pergilah dari sini, aku benar-benar tidak bisa menahannya.