Home / Romansa / My Brilliant Doctor / Chapter 1: The Queen Angel

Share

My Brilliant Doctor
My Brilliant Doctor
Author: Luna Lupin

Chapter 1: The Queen Angel

Author: Luna Lupin
last update Last Updated: 2021-04-09 21:45:56

"Come on.. Come on.." pupil hitam wanita yang tengah sibuk memainkan alat alat bedah oleh jemari tangannya didalam jantung seorang pria paruh baya tampak melebar kala mendapati tiga katup jantung yang tidak berfungsi dengan baik. Percikan darah telah memenuhi handschoon hingga jas operasi yang ia kenakan. Beruntung ia memilih kacamata g****e dilapisi face shiled hingga mata legam itu terlindungi dari percikan darah dan tetap awas dibawah sorot sinar lampu saat ini.

'bagaimana bisa ia menjalani hari harinya dengan tiga katup jantung yang tidak berfungsi? Bahkan satu katup tak berfungsi pun akan memberikan rasa yang teramat sakit dan sesak' wanita itu menggeleng heran ditengah konsentrasi yang tetap tertuju pada pasien dibawah kendali dirinya.

"Saturation 60." peringat seorang perawat sirkuler dengan memegang catatan memonitor saat operasi berlangsung.

"Dia tak akan bertahan Tara!" Joey mendelik sebal pada Tara yang tak tergubris sedikit pun oleh peringatan dari beberapa rekannya.

"Kau kerjakan tugasmu! Jangan urusi urusanku!" Kali ini Tara tampak geram dengan team nya yang terkadang meragukan kemampuannya bahkan mereka adalah tim Angel yang tak pernah gagal sekalipun dalam berbagai macam operasi.

"Masukkan darah 1000, loss." perintah Tara tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari katup yang akan ia ganti.

"Blood pressure 80/40." peringatan perawat sirkuler kembali menelusuk indra pendengaran ke tiga dokter yang tengah melakukan operasi melalui sternotomi yaitu irisan besar pada dada dan membelah tulang dada.

Tak lama kemudian,

"Done." Tara mulai mengeksplorasi daerah jantung yang ia bedah untuk meminimalisir adanya darah kotor yang tertinggal.

"Saturation 80,"

"Blood pressure 100/60, Pulse 66."

"Kau lanjutkan sisanya." Tunjuk Tara pada Gabriella sang asisten dokter yang ia percayai.

"Aku akan menemuimu diruang rawat nanti, Sir." Tara undur diri setelah melihat keseluruhan kondisi pria paruh baya tersebut yang mulai membaik.

"Lagi lagi kau melakukan hal diluar nalar Tara!" Sentak Gabriella melepas handschoon steril yang penuh dengan darah pasien saat operasi tadi, ia membuangnya ke tempat sampah infeksius sebelum ada asisten bertugas melepas jas operasi yang ia kenakan. Setelahnya ia berjalan mengikuti Tara menuju wastafel untuk mencuci tangan dan melepas masker menggantinya dengan yang baru.

"Aku tak perlu menjelaskan mengenai endingnya bukan?" Jawab Tara melepas kacamata g****e and face Shield, membuang nurse cap dan menggerai rambut hitam panjang yang bergelombang indah diujung rambutnya, lalu ia segera memasang masker yang baru mengingat mereka masih berada di dalam ruang operasi.

"Aku sempat ragu denganmu tadi," Joey yang telah rapi, bersedekap dada menatap kedua wanita yang berdiri dengan pikirannya masing-masing.

"Oh God! Kalian tak perlu meragukan kemampuan ku. Namun kau benar, aku bahkan tadi sempat ragu haha," Sambil berjalan Tara berusaha merangkul kedua sahabatnya yang tak berhenti memukulinya dengan kesal. Tawa mereka mengisi lorong Rumah Sakit yang menghubungkannya dengan caffetaria.

"Aku ingin makan sesuatu." Tara menggigit bibir bawah dan mengelus perutnya lembut saat melihat caffe yang menyajikan beberapa makanan segar yang menggiurkan.

"Jangan bersikap seperti orang yang tidak makan selama setahun," Joey mencari tempat duduk menarik telinga Tara membawa nya ke ujung dimana mereka menghabiskan makanan dengan bersendau gurau mengisi waktu yang hanya akan mereka dapatkan saat senggang seperti ini.

"Memalukan." desah Gabriella lalu mengikuti langkah keduanya dengan anggun.

"Hallo... Apa kalian akan memesan menu terbaru dari kami?" Tanya Felix seorang waiters, pria muda campuran darah Italia-Korea, yang dikenal ramah serta sabar. Wajahnya yang tampan dan unik menjadi daya pikat tersendiri baginya.

"Tidak!" Jawab Tara, Gabriella dan Joey bersamaan. Felix hanya terkekeh menanggapi ketiga dokter Angel yang populer beberapa tahun terakhir di Rumah Sakit ini. Ia sudah cukup paham makanan apa saja yang akan mereka pesan bahkan Felix selalu memisahkan makanan yang menjadi kesukaan mereka setiap kali berkunjung ke caffe.

"Baiklah, akan ku buatkan kesukaan kalian,"

"Lain kali kau tak perlu bertanya lagi! membuang waktu saja," dengus Tara menatap nanar perutnya yang bertengkar meminta asupan makanan yang sehat dan bergizi.

"Aku tak habis pikir mengapa kau berusaha untuk melanjutkan tindakan mu tadi," Joey membuka jas dokter dan menyampirkannya dibelakang kursi.

"Jika tidak, pasien itu akan mati dengan Couse of Death is Heart Failure bukankah kau tau seorang dokter tak boleh membiarkan pasien itu death diruang operasi." Tara mulai meneguk air mineral yang baru diantarkan oleh Felix. Sedangkan Gabriel tengah berfokus pada benda pipih yang sedari tadi ia mainkan begitu mereka tiba di caffe.

Felix menata makanan yang telah menjadi ciri khas mereka bertiga, Sushiritto, Avocado Toast, Carne Asada Fries dan Fish Tacos, Felix juga mengetahui minuman yang sering mereka pesan yaitu Cola de Mono, Rompope dan Coctel de Algarrobina.

"Tampaknya prediksimu meleset Felix," ujar Tara yang tak minat sedikitpun pada minuman yang baru saja Felix taruh didepannya.

"Bukankah ini kesukaan anda dokter Tara Clarke?" Tanya Felix melihat kembali Rompope kesukaan Tara. Apa ia salah? Tak mungkin, jika setiap mendatangi caffe ini Rompope adalah minuman yang menjadi teman setia dokter Tara.

"Yaa hari ini sangat sangaaat membuang energi ku, emm baiklah tak apa. Kau buatkan aku Aguardiente dan Ramen Burger saja."

"Lalu ini?" Felix memandang iba pada makanan yang baru saja ia sajikan. Mungkinkah ia harus mengganti dengan yang baru dan membuang makanan yang tengah susah payah ia siapkan untuk nya?

"Aku akan memakannya, aku memintamu membuatkan lagi bukan menggantinya." Tara menatap Felix dengan tatapan intimidasi.

"Ahhh baiklah kau sedang membutuhkan asupan makanan yang banyak? Kurasa begitu." Felix segera kembali ke pantry dan menyuruh rekan yang bertugas disana untuk membuatkan pesanan baru Tara dengan segera.

"Malam ini hadirlah di pesta pertunangan ku." Joey melahap Avocado Toast dengan perlahan menyesap Cola de Mono.

"Hmmm aku akan datang dengan kekasihku," jawab Gabriella tersenyum mengejek pada Tara yang saat ini telah menghabiskan Sushiritto dengan sekali suapan.

"Aku akan datang bersama suami dan anakku." lagi lagi Tara membuat tawa Gabriella dan Joey mengudara hingga merasakan kram diperutnya. Bagaimana bisa ia akan datang bersama suami dan anak jika ia saja belum bisa move on dari mantan kekasihnya dahulu.

"Bagaimana kabar Nick?" Gabriella menambah kekesalan yang tercetak jelas di wajah mungil seorang Tara Clarke.

"Kau bertanya pada siapa?"

"Kau."

"Aku bukan ibunya!" Tara melempar kacang polong yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Tawa Gabriella dan Joey lagi lagi menyeruak di lorong pendengaran Tara dan itu sungguh menjengkelkan bukan? Tara segera mengambil alih Ramen Burger dan Aguardiente dari tangan Felix sebelum pria itu menaruhnya diatas meja. Felix menggeleng samar lalu kembali menyapa pada tamu yang datang ke caffe silih berganti.

***

-To Be Continued-

Untuk visual book follow I*******m @_lunalupin :)

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Wife is Bodyguard

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nova Delfina
keren ceritanya...aku suka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • My Brilliant Doctor   Chapter 115: Svad'ba

    Waaah ini adalah part endingnya yaa temen temen, terimakasih banyak udah setia membaca novelku sampai akhir ya huhu terharuu akutuuu :')Yuk ah lanjuuuuutttt ;*Have you fun enjoy it!------------Pink Sands Beach, Bahama.Nyatanya Vin benar benar berdebar karena pembahasan di ruang meeting bersama beberapa rekan dan kerabatnya kini menjadi kenyataan. Sepagi ini ia bahkan terjun sendiri untuk melihat dekorasi pernikahan yang sesuai dengan keinginan Tara.Vin tahu, Tara akan kesal karena hal ini begitu mendadak. Pria itu hanya merasa tak sabar dan tak ingin jauh dari wanitanya. Mengingat kecelakaan yang kemarin terjadi justru semakin kuat baginya untuk cepat melangsungkan pernikahan mereka. Agar seluruh dunia tahu bahwa Tara adalah istrinya. Maka dari itu tak akan ada yang berani menyentuh nya sedikitpun.Garis pantai unik dengan pasir merah muda muda yang ia pijaki membuat Vin kagum terpesona. Warna yang tidak biasa dan pemandangan ya

  • My Brilliant Doctor   Chapter 114: Mobilization

    Happy reading ;)-------------Tara benar benar menikmati hari harinya disana. Ia bahkan sempat terkejut dan gemetar saat Vin menjelaskan bahwa kecelakaan yang ia alami bukan sekedar kecelakaan tak di sengaja melainkan rencana pembunuhan yang di lakukan oleh temannya sendiri Luke Richard.Dan yang lebih mengejutkan bahwa Vin sudah membunuh pria itu. Namun Tara tak mungkin marah padanya saat ia membuktikan bahwa Vin mampu melindungi dan membalas rasa sakit yang ia alami.Lagipula Vin selalu terus menemaninya dan melatih dirinya mobilisasi serta ia bahkan tak pernah memberikan tubuhnya kepada perawat untuk sekedar di bersihkan. Awalnya ia malu dan tak menyangka pria yang begitu di segani dan di hormati melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.Saat ini, ia selalu mengajak berkeliling hingga berhenti di sebuah balkon yang menghadap menatap taman kecil yang memang di sediakan seperti di mansion Kiel. "Taman ini, untuk ayahku jika datang berk

  • My Brilliant Doctor   Chapter 113: Back to Russia

    Happy reading ;)-------------Reeves terdiam mendengar penjelasan Vin barusan di telepon. Ia harusnya tahu bahwa pria itu memang akan selalu keji pada siapapun yang menyakiti keluarga bahkan orang orang terkasih.Jadi, hal semacam ini sudah tak asing bagi mereka. Dengan membunuh perlahan si pelaku adalah balas dendam terbesar dan setimpal dari apa yang sudah Tara alami. Namun ia juga tak menutup mata bahwa tindakan tersebut melanggar hukum negara.Reeves mencengkram railing besi di atas balkon menengadah pada langit yang mulai terang dengan kehadiran matahari. Di waktu bersamaan Tara mengerjap menolak cahaya yang menembus melewati celah jendela.Ia berbalik dan langsung meringis merasakan sakit yang teramat. Vin terbangun mendengar suara samar dan bergegas menghampiri Tara begitu menangkap raut wajah nyeri pada kekasihnya."Ada apa? Kau ingin apa? Katakan padaku," cecar pria itu proteksi."Ah, maaf aku membangunkan mu," lirih T

  • My Brilliant Doctor   Chapter 112: The Real Angel

    Happy reading :)-----------"Am..pu..ni a..ku," lirih Luke lemah di atas sana. Ia menatap tubuhnya yang sudah tidak memiliki kaki. Ia bahkan menangis melihat singa itu dengan lahap memakan kedua kaki tersebut."To..long lepas..kan aku," gumamnya kemudian. Ia bahkan tak kuasa menahan sakit yang teramat ketika singa itu kembali melompat menggigit perutnya.Luke sudah tak dapat lagi berteriak karena nyeri itu begitu menghujam dirinya. Usus dan seluruh isi perutnya telah menjadi santapan liar di bawah sana.Sementara Vin tersenyum puas dan kembali meraih cerutu. Matt hanya bergidik dan sempat membuang muka ketika pria itu bahkan hanya tersisa bagian dada dan kepala. Vin tahu bahwa pria itu masih hidup."Lempar ia saat nadi dan nafasnya terhenti." Vin kemudian beranjak meninggalkan lokasi. Ia membersihkan diri setelah itu kembali ke rumah sakit. Operasi Tara sudah selesai, Pedro dan Dominika setia menunggu juga beberapa rekan Tara yang berada di

  • My Brilliant Doctor   Chapter 111: Lion King

    Happy reading ;)---------------"Vin?" Reeves segera menghampiri Vin kala pria itu terduduk di lantai sembari memijat kepalanya. Pria itu menoleh mendapati kecemasan di raut wajah tua Reeves."Maafkan aku," lirih Vin tak tahu lagi harus berkata apa saat semua itu seakan merenggut jiwanya. Semua terlalu cepat. Bahkan bodyguard yang menjaga Tara pun kini telah mati di tangan Fyodor."It's okay, tapi kau yakin ini hanya kecelakaan?" tanya Reeves sedikit menyindir."Tidak, orangku sedang melacaknya.""Haruskah ia mendapat hukuman mati di penjara?" Reeves melipat kedua tangannya di dada dengan bersandar pada dinding rumah sakit."Tidak, ia tak akan mati dengan mudah." Tepat saat itu juga Pedro dan Dominika menghampiri Vin."Vin? Bagaimana keadaan Tara?" Dominika membantu Vin berdiri dan menatap iba pada kakaknya."Ia masih di dalam sana." Pandangan Vin tertuju pada ruang operasi. Sementara Reeves berpamit untuk melihat berja

  • My Brilliant Doctor   Chapter 110: Open Reduction Internal Fixation

    Happy reading :)----------------Jantung Vin seolah berhenti. Ia segera meraih Tara dalam dekapannya. Vin berlari menabrak beberapa orang yang berlalu lalang disana. Sementara Gabriella yang hendak masuk ke dalam taxi terhenti saat Vin berteriak sembari menggendong Tara masuk ke dalam ruang UGD."Astaga, Tara!" Wanita itu ikut berlari di belakang Vin. Matanya berlarian mencari Tara di beberapa ruang pasien. Hingga ia menemukan Vin yang keluar sembari meremas keras rambut nya sendiri."Vin? Ada apa?" Gabriella menatap baju pria itu yang telah berubah warna merah oleh darah Tara. Vin kemudian terduduk seolah tulang dan syarafnya patah.Sedangkan Laura segera melakukan pemeriksaan survei primer yang dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa, seperti sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.Gabriella segera masuk ke dalam begitu tak mendapatkan jawaban dari Vin. Mata Gabriella membulat mendapati Tara yang sedang di be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status