Share

Sick

Miss Mia pun semakin panik ketika menyadari Liam sudah tidak sadarkan diri dalam pelukannya. Tanpa menunggu lama lagi ia segera menggendong Liam dan pamit pada anak-anak yang lain untuk membawa Liam menuju ruang kesehatan di sekolah tersebut.

Karena Dokter yang seharusnya selalu standby di sekolah untuk berjaga itu sedang berhalangan hadir, kepala sekolah pun langsung menyuruh kepala tata usaha untuk mencoba menghubungi orang tua dari Liam. Mereka menghubungi nomor David yang ditulis di nomor prioritas sebagai orang tua Liam, namun tak kunjung diangkat hingga ketiga kalinya. Hingga akhirnya kepala tata usaha itu mencoba menghubungi nomor kedua dalam daftar diri Liam yang merupakan nomor yang terhubung langsung dengan telepon di mansion.

"Halo, dengan siapa saya berbicara?" Jawab Anne. 

"Halo, saya perwakilan dari tata usaha tempat Liam bersekolah ingin memberi kabar jika Liam sedang tidak sadarkan diri saat ini. Dokter yang bertugas di sekolah sedang berhalangan hadir, kami berniat membawanya ke rumah sakit terdekat. Apa kami harus menunggu kedatangan orang tua Liam terlebih dahulu atau membawa Liam langsung ke rumah sakit dan memberikan alamat kepada orang tua Li---"

"APA?! CEPAT BAWA CUCU SAYA KE RUMAH SAKIT DAN BERITAHU SAJA NAMA RUMAH SAKITNYA! SEKARANG JUGA!" 

Anne benar-benar panik saat ini. Ia segera menutup panggilan tersebut dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit terdekat dengan sekolah Liam yang ia duga akan menjadi rumah sakit tujuan Liam dibawa saat ini.

***

Miss Mia yang sejak tadi menggendong Liam pun ingin sekali ikut kepala sekolah yang membawa Liam ke rumah sakit. Namun, ia tak mendapatkan izin dikarenakan ini hari pertama ia mengajar dan akhirnya Miss Mila lah yang ikut sebagai perwakilan gurunya untuk mengantar Liam.

- Rumah Sakit -

Tak lama Liam sampai di rumah sakit, Anne pun sampai dan langsung menuju ke ruangan dimana Liam sedang ditangani dokter. Sementara David, hingga saat ini belum bisa dihubungi oleh Anne.

"Dimana Liam? Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia bisa pingsan? Bagaimana kondisi Liam saat ini, Pak, Miss?" Tanya Anne yang benar-benar mengkhawtirkan Liam itu.

"Dokter sedang menangani Liam didalam, Ny.Anne. Menurut informasi dari guru baru yang mengajar di kelas Liam, sejak awal masuk kelas Liam sudah terlihat tidak bersemangat dan menyembunyikan wajahnya diatas tangan. Ternyata pas didekati, wajah Liam sudah sembab seperti habis menangis. Meskipun isak tangisnya tidak terdengar namun sepertinya Liam menangis lama karena kedua matanya memerah. Tak lama kemudian Liam tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke rumah sakit." Jelas kepala sekolah yang sebelumnya sudah meminta penjelasan pada Miss Mia.

"Guru baru? Bukankah Miss Mila yang mengajar kelas Liam?" Tanya Anne.

"Mulai hari ini saya dipindahkan untuk mengajar di kelas B. Apa Liam sedang sakit? Karena saya merasakan suhu tubuhnya panas. Tidak biasanya Liam masuk sekolah ketika sedang sakit." Ucap Miss Mila.

"Liam terlihat baik-baik saja pagi ini, Miss Mila." Jawab Anne.

"Apa Liam sakit? Apa ini gara-gara David semalam? Apa Liam menangis gara-gara penolakan David? Astaga, bagaimana mungkin aku kecolongan memastikan cucuku dalam kondisi baik-baik saja?" Batin Anne gelisah dan memikirkan seluruh kemungkinan yang menyebabkan Liam menangis dan demam.

Tak lama kemudian dokter pun keluar dan mereka bertiga segera mendekati dokter seakan meminta penjelasan mengenai kondisi Liam.

"Bagaimana kondisi cucu saya, Dok? Dia baik-baik saja kan? Atau ada sesuatu yang buruk terjadi padanya?" Cecar Anne.

"Pasien mengalami demam biasa karena kelelahan. Tak perlu rawat inap dan resep obat bisa langsung diambil di bagian farmasi. Dan tolong jangan biarkan dia berpikir berlebihan karena sepertinya dia tengah memikirkan sesuatu yang membuatnya sedikit stres. Coba untuk mengubah suasana sehari-harinya jauh lebih santai dan tak merasa terbebani. Itu tidak baik untuk pola pikirnya ke depan." Jelas sang Dokter.

"Oh iya, pasien terus memanggil mommy. Mungkin mommy-nya bisa langsung masuk menemui pasien. Kalau begitu saya permisi dulu." Lanjut sang Dokter seraya menatap Miss Mila karena berpikir Miss Mila adalah sosok mommy pasiennya.

"Terimakasih Dokter." Ujar Anne. 

Mereka bertiga pun langsung masuk ke dalam ruang rawat Liam. Ternyata bocah tampan itu sudah tersadar dan tengah duduk menundukkan kepalanya diatas brankar rumah sakit.

"Liam." Panggil Anne.

Liam mendongakkan kepalanya dan menatap kearah Anne lalu beralih mengalihkan pandangannya kearah Miss Mila dan Kepala Sekolah.

"Liam kenapa tidak bilang ke Miss Mila kalau sedang sakit?" Tanya Miss Mila yang khawatir.

Liam hanya terdiam dan terlihat enggan menjawabnya. 

"Liam cepat sembuh ya. Miss Mila sedih kalau lihat anak pintar seperti Liam harus sakit. Liam harus cepat sembuh biar bisa bermain bersama teman-teman lagi." Ujar Miss Mila seraya mengusap kepala Liam dengan penuh kelembutan.

"Benar kata Miss Mila, Liam harus cepat sembuh. Istirahat di rumah dan minum obat dengan teratur." Ucap Kepala sekolah.

"Ny. Anne, kami berdua harus segera kembali ke sekolah karena masih ada tugas dan tanggung jawab kami di sekolah." Lanjut Kepala Sekolah yang berpamitan.

"Terimakasih sudah mengantarkan Liam ke rumah sakit Pak kepala sekolah dan Miss Mila. Maaf jika kondisi Liam maenganggu waktu kerja kalian, saya minta izin untuk beberapa hari ke depan untuk Liam yang tidak bisa masuk sekolah terlebih dahulu. Sekali lagi terimakasih." Ucap Anne. 

"Ayo Liam, salam dulu sama Kepala sekolah dan Miss Mila." Suruh Anne, namun Liam tetap tidak bergeming dan menatap kosong kedepan.

"Kalau begitu kami permisi dulu." Pamit Kepala Sekolah.

"Liam, Miss Mila kembali ke sekolah dulu ya. Sampai ketemu lagi. Mari Ny. Anne." Pamit Miss Mila lalu beranjak keluar dari ruang rawat Liam diikuti Kepala Sekolah. 

Setelah kepergian Miss Mila dan Kepala Sekolah, Anne pun menatap bingung Liam yang terlihat sangat murung itu.

"Liam, ada apa? Apa Liam merasa sakit? Dibagian mana, Liam?" Tanya Anne.

"Oma..."

"Iya?"

"Liam bertemu mommy."

*Deg*

Anne terdiam dan sedih mendengar ucapan Liam. Namun, ia mencoba menutupinya dan tersenyum pada Liam. 

"Apa mommy mendatangi mimpi Liam?" Tanya Anne. Namun, Liam menggelengkan kepalanya.

"Liam seperti tidak mimpi. Liam peluk mommy di sekolah. Mommy juga pegang tangan Liam." Ujar Liam yang membuat Anne mengernyit heran.

"Stss, jangan mikir yang aneh-aneh dulu ya. Dokter bilang,  Liam tidak boleh memikirkan hal-hal yang membuat Liam sedih---"

"Tapi Liam bahagia bertemu mommy. Liam mau lihat dan peluk mommy lagi. Kenapa mommy tidak ada di rumah sakit, Oma? Mommy tidak khawatir ya sama Liam?" Tanya Liam yang kemudian menatap sendu Anne.

"Liam..." Anne sungguh tidak tahu harus merespon ucapan Liam seperti apa.

"Liam mau sama mommy..." Lirih Liam. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status