Share

Bab 3 - Boss Baru

Bella benar-benar gugup. Ia telat, sangat telat malah. Ini sudah hampir jam setengah sepuluh siang, dan ia baru sampai di kantor Brandon. Ahh semoga saja Brandon tidak marah dengannya karena keterlambatannya.

Tadi, selain macet, ternyata yang membuat Bella terlambat adalah Ban motor Dimas yang tiba-tiba bocor. Dan itu membuat Bella terlambat sampai jam setengah sepuluh sekarang ini. Bella tak memikirkan dirinya, mungkin Brandon nanti hanya akan marah dengannya, tapi bagaimana dengan Dimas? Bisa saja Dimas akan di marahin habis-habisan oleh Bos nya karena terlambat. Dan itu membuat Bella tidak tenang.

Bella merapikan pakaianya saat sebelum membuka pintu ruangan Brandon. Ia menghela napas panjang lalu mulai mengetuk pintu di hadapannya tersebut.

Setelah mengetuk, Bella akhirnya masuk dan langsung meminta maaf atas keterlambatannya pada Brandon.

“Maaf Pak, saya-” Bella menghentikan kalimatnya ketika mendapati sosok itu duduk santai di sofa di dalam ruangan Brandon. Dia Aaron Revaldi, sosok yang selalu di sebutnya sebagai Iblis yang selalu mengganggunya.

“Halo Bella.” sapa Aaron sambil melompat berdiri dan berjalan menuju ke arahnya.

“Kamu, kamu ngapain di sini?” tanya Bella tak suka.

“Kenapa terlambat, Bell? Bukannya Kak Brandon tadi malam sudah menelepon kamu?” kali ini Brandon yang berbicara sambil berdiri menuju ke arah Bella.

“Uumm itu Kak, macet, dan ban motornya tadi Bocor.” jawab Bella sedikit tidak enak dengan Brandon. Meski mereka sudah seperti keluarga, tapi tetap saja, Brandon adalah atasannya.

“Nggak apa-apa, rapatnya juga bukan rapat penting, hanya memperkenalkan anggota baru dalam perusahaan ini.”

Bella mengerutkan keningnya. “Anggota baru? Bukannya kak Brandon bilang kalau rapat dengan klien dari luar?”

“Tidak, saya hanya ingin embuat kamu tidak telat saja.” ucap Brandon sambil menyunggingkan senyumannya.

“Dan anggota bari itu-”

“Yes Bell, its Me.” sahut Aaron dengan senyuman miringnya.

Bella tercengang, Jadi ia akan sekantor dengan iblis yang satu ini?

“Dan Bell, karena Aaron baru, maka kamu yang akan membantunya dalam melakukan pekerjaannya.”

Bella terkejut dan membulatkan matanya pada Brandon. “Maksud Kak Brandon apa?”

Aaron benar-benar tak kuasa menahan tawanya saat melihat ekspresi dari Bella, Di dekatkannya bibirnya pada telinga bella, lalu ia mulai berbisik di sana.

“Aku adalah Boss barumu, Bell.”

Bisikan Aaron benar-benar membuat Bella merinding, wajahnya memucat. Boss baru? Yang benar saja, Aaron pasti akan menjailinya habis-habisan setelah ini.

***

“Oke, itu taruh disana, Ahhh tidak, di sana saja, Emm, kayaknya masih nggak pantas, coba pindahkan di sana.”

Bella benar-benar ingin meledak ketika Aaron dengan menyebalkannya menyuruhnya berkali-kali memindahkan sebuah vas bunga kecil dalam ruangannya.

“Sebenarnya ini mau di taruh di mana sih?” tanya Bella dengan kekesalan yang sudah nyaris meledak.

Dengan senyuman tanpa rasa bersalahnya Aaron menjawab. “Aku juga nggak tau pantasnya di taruh dimana vas itu.”

“Taruh saja di sini, memang biasanya seperti ini, kan?” Bella menaruh vas tersebut di ujung meja kerja Aaron dengan kesal.

“Ahh ya, benar sekali, kenapa nggak kepikiran di taruh disitu ya?” kata Aaron dengan memasang muka tanpa salah.

“Astaga, sejak awal juga sudah ada di situ, kamu aja yang mau ngerjain aku.” gerutu bella pelan.

“Oke, sepertinya semua sudah rapi,” Aaron lalu menatap jam di tangannya. “Sudah jam dua, kita makan siang bareng, oke?” ajak Aaron.

“Jam makan siang sudah selesai.” jawab Bella ketus.

“Tapi jam makan siang kita tadi kita habiskan untuk membereskan ruanganku, jadi sebagai gantinya kita bisa makan siang sekarang.”

“Sorry, aku nggak ada waktu.” Bella bersiap pergi, tapi kemudian Aaron meraih pergelangan tangannya.

“Ayolah Bell, kamu nggak ingat kalau sekarang aku atasanmu, jadi kamu nggak boleh menolak ajakanku.”

Bella memutar bola matanya, jika tahu bekerja dengan Brandon akan berakhir seperti ini, maka ia memilih untuk menjadi pengangguran seumur hidup dan hidup dengan menghabiskan uang sang Papa. Akhirnya mau tak mau Bella menuruti kemauan Aaron.

***

Mereka memilih makan siang di sebuah restoran kecil di dekat kantor mereka. Aaron tak berhenti menatap wanita di hadapannya, wanita dengan tampang yang sekan tak pernah tersenyum tersebut.

“Berhenti melakukan itu, kamu terlihat Bodoh, tahu nggak?” kata Bella risih karena sejak tadi Aaron menatapnya dengan senyuman-senyuman anehnya.

“Kamu baru tahu kalau aku memang bodoh? Bukannya sejak dulu kamu memang selalu bilang aku bodoh?”

Bella hanya diam, tak menghiraukan pertanyaan menyindir dari Aaron. Yaa tentu saja, Dulu Dirinya yang selalu menjadi juara umum di sekolahannya, sedangkan Aaron terkenal sebagai anak yang paling bandel di sekolahannya. Tapi keadaan sekarang sungguh berbanding terbalik. Si anak bandel yang di sebutnya bodoh ini nyatanya lulus di salah satu Universitas ternama, Harvard University, sedangkan dirinya, astaga, hanya lulusan Universitas dalam negeri dan sekarang menjadi bawahan si anak bandel ini pula.

Bella melihat di sekitarnya, dan mendapati beberapa gadis centil yang berusaha menarik perhatian Aaron.

“Isshhh, menggelikan sekali.” cibir Bella pada gadis-gadis tersebut.

Aaron mengangkat sebelah alisnya, ia melihat apa yang sedang menjadi perhatian Bella, dan mendapati beberapa gadis bahkan melambai mesra ke arahnya. Aaron dengan santai membalas lambaian tangan tersebut.

“Kalau kamu suka, mendingan sana samperin, mungkin mereka sudah gatal ingin kenalan denganmu.” Lagi-lagi Bella berkata dengan sinis.

“Cemburu, Bella?” Aaron bertanya dengan nada menggoda.

“Sorry, nggak level cemburu sama mereka, lagian siapa kamu?”

Aaron tertawa lebar. Astaga, wanita di hadapannya ini benar-benar lucu, sikap Bella yang cuek dan cenderung dingin ini benar-benar membuat Aaron seakan tak bisa menahan diri.

“Akui saja kalau kamu cemburu, karena aku juga merasakan hal yang sama tadi pagi.” ucap Aaron penuh penekanan.

“Hal yang sama? Apa maksudmu?”

Aaron menyondongkan dirinya maju mendekat ke arah Bella dan bertanya “Siapa yang ngantar kamu tadi pagi?” Pertanyaan Aaron berubah menjadi serius, tak ada nada gurau mengejek seperti biasanya.

“Kenapa? Bukan urusanmu juga.”

“Jelas itu urusanku.”

“Aaron, kamu hanya Bossku, jadi kamu nggak perlu ngurusin urusan di luar kerja.”

Aaron menampilkan Smirk Evil khas miliknya. “Kita lihat saja nanti, apa aku berhak atau tidak mengurus usrusan pribadimu.” jawab Aaron penuh dengan kemisteriusan.

“Apa Maksudmu?” Bella tak mengerti dengan ucapan misterius yang terucap dari bibir Aaron.

Sedangkan Aaron hanya tersenyum miring. ‘Belum saatnya kamu tau Bell, aku pastikan semua akan berbeda setelah kamu tahu apa maksudku.’ gumam Aaron dalam hati.

-TBC-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status