Azura melepas kacamata hitam serta sepatu yang dia kenakan. Boby meletakan koper Azura ke dekat lemari pakaian dan membuka koper itu. "Apa kita benar-benar akan liburan? Seistimewa apa liburan ini Yourhignes, sampai anda membatalkan kerjasama kontrak di Burberry?"
"Shut up Bob! Pergilah ke kamarmu. Kau bisa bebas disini tapi tetap aktifkan ponselmu itu." Perintah Azura tak terbantahkan. Boby mulai bergegas merapikan pakaian yang dibawa Azura. Dengan langkah anggunnya Boby keluar dari kamar itu, Azura yang sudah terbaring di kasur lalu meraih ponselnya. Dia menyetel alaram untuk membangunkannya nanti sore. Dia butuh istirahat setelah berjam-jam berada di burung besi.****
Hitam.. gelap dan semua suara bungkam
Azura berlari berharap dia menemukan sebuah titik terang. Namun semua terasa gelap dan perlahan kegelapan itu menelan Azura. "Dev......," teriaknya memanggil sosok itu. Senyum Azura terukir saat Devan berada diatasnya, namun wajah DevSemilir angin berhembus memainkan kain pantai yang dipakai Azura. Saat ini dia sedang melakukan pemotretan setelah seminggu lebih libur karena pergi bersama Devano untuk memanjat tebing dan berkemah di hutan pegunungan. Azura memang sangat terlihat lelah, tapi ini adalah pekerjaan yang sudah dia terima jadi dia harus bisa profesional.Boby memberikan topi dan minuman saat Azura diberikan istirahat. "Devan ada menelpon Bob?" "Tidak Yang Mulia, Mr. Mackzie tidak ada menelpon anda ataupun mengirim pesan." Azura berpikir kemana Devan, bukankah sudah dua hari pria itu tidak menghubunginya selama mereka berpisah. Devano memang sedang ke Jepang untuk mengurus bisnis nya tapi apa tidak bisa menelpon sebentar. Azura menegak air minumnya lalu melanjutkan sesi pemotretan. Hingga semua selesai tepat waktu."Apalagi yang harus ku lakukan hari ini?" "Anda akan menghadiri acara Top Model." Bobby mengikuti Azura dari belakang menuju ruang ganti. Lalu mereka pergi d
Azura bangun pagi dan berniat ingin melakukan olahraga pagi yang jarang dia tinggalkan. Mengingat dirinya super model, Azura memang tidak pernah kendur untuk berolahraga.Azura bersiap ingin pergi ke ruang fitnes Mansion namun langkahnya terhenti saat dia mendengar suara Akira, Mommy, dan Daddy nya.Azura mendekat dan menajamkan pendengarannya."Maaf Mom, Dad. Tapi aku harus melakukan ini." Lirih Akira sedih. Azura mengintip sedikit dan dia langsung keluar dari tempatnya."Apa yang terjadi? Kau mau kemana?" Akira dan kedua orangtua mereka menoleh. Akira diam dan melihat Zia serta Reikhan."Azura maaf soal semalam." Azura meneliti pakaian Akira dan koper yang dia bawa. Tatapan Azura menusuk Akira hingga dia tidak mampu berbicara."Aku bertanya apa yang terjadi? Kau mau kemana?" Akira menghela napas. Dia tahu ini yang akan terjadi jika dia berpamitan pada Azura."Aku akan pergi beberapa waktu ke Afrika. Aku ingin membantu salah satu teman
Salju yang turun membuat bahagia Azura, bagaikan pertama kali melihat salju dia merentangkan tangannya sembari tersenyum. Sepasang mata melihat dia yang seolah terbang akan irama yang dibawakan salju padanya. Lalu tubuhnya yang terasa dingin hangat akan pelukan yang diberikan Pria yang dia cintai."Dev. Meeting mu sudah selesai?" Devan mengangguk sambil menghirup aroma tubuh Azura yang dia rindukan."Aku merindukanmu? Apa kau lelah?" Azura terkikik geli lalu membalik tubuhnya melihat kearah Azura."Entah aku yang terlalu kaku atau kau terlalu berlebihan.""Kenapa?"tanya Devan tak mengerti."Setiap kau mengatakan merindukanku, perutku akan terasa melilit lalu rasanya aku mual."Azura terkikik lalu Devano menggelitik perut Azura. Mereka menjadi perhatian orang-orang disekitar, lalu Devano berbisik lembut di telinga Azura."Ayo kita ke hotel. Kau pasti lelah.""Ayo! Asal jangan kau membuatku semakin lelah." Devan mendesah lelah la
Azura menatap Devano yang tidur dengan sangat nyenyak. Diperhatikannya bentuk mata, hidung, rahang, dan yang paling dia suka adalah hidung Devano. Pria_nya itu memiliki hidung mancung yang sempurna. Sebuah senyuman terukir bergitu saja di wajah Azura. Hari ini dia akan menghubungi Roby untuk memberitahukan kepada manager nya kalau dia tidak ingin menerima kontrak dulu. Karena dia akan berencana menikah secepatnya dengan Devano.Azura duduk dipinggiran tempat tidur sambil memegang ponselnya. Handuk yang membungkus rambutnya dia buka dan melemparkannya ke arah kursi. Devan yang menyadari kehadiran Azura didekatnya langsung melingkarkan lengannya di perut Azura."Morning honey," ucapnya manis. "Ah kau sudah mandi sayang. Kenapa tidak mengajak ku?" "Lalu kau akan membuatku lelah lagi pagi ini?" Devano tersenyum masih sambil menutup matanya. Azura meneliti email yang masuk dari ponsel pintar nya lalu sebuah pesan singkat yang dikirim nomor tidak dikenal menarik perh
Devan memang pintar membuat hati nya bergetar, pintar membuat hidup nya yang kaku menjadi lebih berwarna. Azura masih saja terus tersenyum saat Devan sedang memijat kaki nya yang terasa keram akibat terlalu banyak berjalan tadi."Kau terus saja tersenyum Zura. Ada apa?" Azura menaikkan bahu nya acuh."Apa aku terlalu tampan sekaligus romantis dengan melakukan hal ini." Devan mengedipkan matanya menggoda Azura. "Kau tampan itu memang benar." jawab Azura apa ada nya. "Tapi kau itu bodoh sekaligus idiot." Azura tertawa kencang melihat wajah masam Devan."Tidak ada pria lain yang akan melakukan sumpah kepada kekasihnya seperti yang kau lakukan tadi Dev hahahhaha...," tawa Azura menggema di kamar hotel mereka. "Lalu apa yang biasa pria lain lalukan saat akan berjanji?" Devan bangkit dan duduk di sebelah Azura. "Oh aku tahu, mereka akan__," Devan meraih kedua bahu Azura lalu menatap manik indah Azura. "Mereka akan menatap dalam mata kekasihnya lalu dengan lembut menguca
Dengan sneakers nya Azura melangkah pasti menemui seseorang yang mengiriminya pesan. Entah kenapa nada di pesan itu terasa begitu dingin bagi Azura sehingga dia takut akan pertemuan ini.Pintu kaca itu dia dorong memberikan bunyi bel sebagai pertanda adanya tamu restoran yang datang.Mata Azura menatap ke segala arah didalam restoran itu lalu dia melihat seorang wanita duduk dengan anggun nya bersama seorang wanita lain yang seperti anak dari wanita yang ingin dia temui itu.Mereka mungkin bercerita hal yang menyenangkan karena terdengar tawa dari masing-masingnya. Azura berjalan mendekat sambil mengamini kalau dia tidak salah kostum bertemu dengan Ibu dari Devano. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat kehadirannya, dia menyapa Azura dengan ramah membuat Azura lega."Hai Azura, oh you look beautifull.""Thank you aunty." jawab Azura tersenyum lalu dia duduk tepat di sebelah wanita yang sama sekali tidak dia tahu siapa. "Ah Azura,
Devan mencoba terus menghubungi Azura yang sedari tadi hanya operator yang mengangkat nya. Dia kembali ke hotel namun tidak menemukan dimana Azura. Hingga langit berubah menggelap Azura belum juga kembali, Devano semakin cemas. Dia keluar dari dalam kamar dan mencari Azura di tempat mereka menghabiskan waktu bersama semalam.Saat seorang wanita dan Pria berpisah di halte dia lalu mengingat tidak melihat ada nya barang Azura. Untuk memastikan nya lagi Devan berlari menuju mobil nya terparkir, dengan kecepatan penuh Devan sampai kembali di hotel.Dengan tidak sabaran dia menekan tombol lift. Beberapa detik terasa menyiksa Devan, dia tidak mengerti kemana Azura, mereka baik-baik saja. Tidak ada pertengkaran dan hal lainnya.Devan membuka kamar nya kembali dan disana dia melihat Azura. Wanita itu ada disana, Devan menghembuskan napas nya lelah karena sudah ketakutan. "Sayang kamu kemana sa
Pesawat Devano baru tiba di Heathrow Airport London. Langkah kaki Devano sangat bersemangat karena akan menemui kekasih hati nya. Devano tersenyum sendiri saat membayangkan dia membawa buket bunga dari Jepang yang khusus dia bawakan untuk Azura.Dia tersenyum sepanjang jalan menuju dimana mobil jemputannya sudah menunggu. Mobil Devano berjalan melewati terminal keberangkatan dan disana dia melihat Azura yang baru saja turun dari dal taksi. "Stop," ucap nya tiba-tiba. Supir Devano mengambil arah untuk parkir sementara Devano sudah turun dan langsung berlari."Azura," teriaknya namun Azura tidak bisa mendengar Devano. Azura terus saja berjalan sambil memakai kacamata coklat yang membingkai mata nya. "AZURA....," Langkah Azura terhenti jantungnya berdebar. Devan membalik tubuh Azura dan Bobby menyingkir dari sana. "Hei Dev, kamu sudah pulang?" Azura memeluk D