Salju yang turun membuat bahagia Azura, bagaikan pertama kali melihat salju dia merentangkan tangannya sembari tersenyum. Sepasang mata melihat dia yang seolah terbang akan irama yang dibawakan salju padanya. Lalu tubuhnya yang terasa dingin hangat akan pelukan yang diberikan Pria yang dia cintai.
"Dev. Meeting mu sudah selesai?" Devan mengangguk sambil menghirup aroma tubuh Azura yang dia rindukan.
"Aku merindukanmu? Apa kau lelah?" Azura terkikik geli lalu membalik tubuhnya melihat kearah Azura.
"Entah aku yang terlalu kaku atau kau terlalu berlebihan."
"Kenapa?"tanya Devan tak mengerti.
"Setiap kau mengatakan merindukanku, perutku akan terasa melilit lalu rasanya aku mual."
Azura terkikik lalu Devano menggelitik perut Azura. Mereka menjadi perhatian orang-orang disekitar, lalu Devano berbisik lembut di telinga Azura.
"Ayo kita ke hotel. Kau pasti lelah."
"Ayo! Asal jangan kau membuatku semakin lelah." Devan mendesah lelah la
Azura menatap Devano yang tidur dengan sangat nyenyak. Diperhatikannya bentuk mata, hidung, rahang, dan yang paling dia suka adalah hidung Devano. Pria_nya itu memiliki hidung mancung yang sempurna. Sebuah senyuman terukir bergitu saja di wajah Azura. Hari ini dia akan menghubungi Roby untuk memberitahukan kepada manager nya kalau dia tidak ingin menerima kontrak dulu. Karena dia akan berencana menikah secepatnya dengan Devano.Azura duduk dipinggiran tempat tidur sambil memegang ponselnya. Handuk yang membungkus rambutnya dia buka dan melemparkannya ke arah kursi. Devan yang menyadari kehadiran Azura didekatnya langsung melingkarkan lengannya di perut Azura."Morning honey," ucapnya manis. "Ah kau sudah mandi sayang. Kenapa tidak mengajak ku?" "Lalu kau akan membuatku lelah lagi pagi ini?" Devano tersenyum masih sambil menutup matanya. Azura meneliti email yang masuk dari ponsel pintar nya lalu sebuah pesan singkat yang dikirim nomor tidak dikenal menarik perh
Devan memang pintar membuat hati nya bergetar, pintar membuat hidup nya yang kaku menjadi lebih berwarna. Azura masih saja terus tersenyum saat Devan sedang memijat kaki nya yang terasa keram akibat terlalu banyak berjalan tadi."Kau terus saja tersenyum Zura. Ada apa?" Azura menaikkan bahu nya acuh."Apa aku terlalu tampan sekaligus romantis dengan melakukan hal ini." Devan mengedipkan matanya menggoda Azura. "Kau tampan itu memang benar." jawab Azura apa ada nya. "Tapi kau itu bodoh sekaligus idiot." Azura tertawa kencang melihat wajah masam Devan."Tidak ada pria lain yang akan melakukan sumpah kepada kekasihnya seperti yang kau lakukan tadi Dev hahahhaha...," tawa Azura menggema di kamar hotel mereka. "Lalu apa yang biasa pria lain lalukan saat akan berjanji?" Devan bangkit dan duduk di sebelah Azura. "Oh aku tahu, mereka akan__," Devan meraih kedua bahu Azura lalu menatap manik indah Azura. "Mereka akan menatap dalam mata kekasihnya lalu dengan lembut menguca
Dengan sneakers nya Azura melangkah pasti menemui seseorang yang mengiriminya pesan. Entah kenapa nada di pesan itu terasa begitu dingin bagi Azura sehingga dia takut akan pertemuan ini.Pintu kaca itu dia dorong memberikan bunyi bel sebagai pertanda adanya tamu restoran yang datang.Mata Azura menatap ke segala arah didalam restoran itu lalu dia melihat seorang wanita duduk dengan anggun nya bersama seorang wanita lain yang seperti anak dari wanita yang ingin dia temui itu.Mereka mungkin bercerita hal yang menyenangkan karena terdengar tawa dari masing-masingnya. Azura berjalan mendekat sambil mengamini kalau dia tidak salah kostum bertemu dengan Ibu dari Devano. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat kehadirannya, dia menyapa Azura dengan ramah membuat Azura lega."Hai Azura, oh you look beautifull.""Thank you aunty." jawab Azura tersenyum lalu dia duduk tepat di sebelah wanita yang sama sekali tidak dia tahu siapa. "Ah Azura,
Devan mencoba terus menghubungi Azura yang sedari tadi hanya operator yang mengangkat nya. Dia kembali ke hotel namun tidak menemukan dimana Azura. Hingga langit berubah menggelap Azura belum juga kembali, Devano semakin cemas. Dia keluar dari dalam kamar dan mencari Azura di tempat mereka menghabiskan waktu bersama semalam.Saat seorang wanita dan Pria berpisah di halte dia lalu mengingat tidak melihat ada nya barang Azura. Untuk memastikan nya lagi Devan berlari menuju mobil nya terparkir, dengan kecepatan penuh Devan sampai kembali di hotel.Dengan tidak sabaran dia menekan tombol lift. Beberapa detik terasa menyiksa Devan, dia tidak mengerti kemana Azura, mereka baik-baik saja. Tidak ada pertengkaran dan hal lainnya.Devan membuka kamar nya kembali dan disana dia melihat Azura. Wanita itu ada disana, Devan menghembuskan napas nya lelah karena sudah ketakutan. "Sayang kamu kemana sa
Pesawat Devano baru tiba di Heathrow Airport London. Langkah kaki Devano sangat bersemangat karena akan menemui kekasih hati nya. Devano tersenyum sendiri saat membayangkan dia membawa buket bunga dari Jepang yang khusus dia bawakan untuk Azura.Dia tersenyum sepanjang jalan menuju dimana mobil jemputannya sudah menunggu. Mobil Devano berjalan melewati terminal keberangkatan dan disana dia melihat Azura yang baru saja turun dari dal taksi. "Stop," ucap nya tiba-tiba. Supir Devano mengambil arah untuk parkir sementara Devano sudah turun dan langsung berlari."Azura," teriaknya namun Azura tidak bisa mendengar Devano. Azura terus saja berjalan sambil memakai kacamata coklat yang membingkai mata nya. "AZURA....," Langkah Azura terhenti jantungnya berdebar. Devan membalik tubuh Azura dan Bobby menyingkir dari sana. "Hei Dev, kamu sudah pulang?" Azura memeluk D
Laura sedang meminum teh di balkon hotel, dia menatap Abraham yang bersitegang dengan Devano. "Sayang sudah lah. Azura itu super model, dan tentu nya dia membutuhkan karir nya. Kita bisa bertemu dengan dia dan keluarganya lain waktu.""Tapi tidak boleh seperti ini. Kita jauh-jauh datang dari Los Angeles ke sini ingin merencanakan pernikahan Putra kita, dan kau lihat. Semua nya seolah main-main bagi Putri Edward itu. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini." Abraham memang merasa dipermainkan karena Devano mengatakan Azura pergi ke Paris mengurus pekerjaan dan semua rencana batal.Keluarga Azura sendiri bahkan merasa terkejut saat tahu Azura memutuskan pergi ke Paris. Devano sebelumnya sudah menelpon Zia untuk memberitahu kalau dia akan menepati janji nya malam ini namun semua gagal karena kepergian Azura. Devan mencoba memahami Azura, meski dia sendiri sul
Lampu sorot panggung sedang di coba oleh pihak penyelenggara acara. Terlihat beberapa kru dan model juga sedang diberikan arahan. Sedang di sudut ruangan itu seorang pria sedang duduk tanpa ada seorangpun yang tahu kalau dia ada disana. Memperhatikan gerak gerik kekasih yang sudah mencampakan rasa cinta nya serta keprcayaan yang sedang berusaha dijaga Devan.Azura masih saja tetap bisa memukau dia yang sedang dalam api amarah, wajah datar Azura begitu lucu bagi Devan. Dengan berusaha menjaga kaki nya untuk tetap diam Devan menyebutkan terus nama itu lalu sebuah ide gila muncul. Begitu semua para model kembali ke belakang panggung, Devan langsung berlari menuju para kru untuk bisa bertemu langsung dengan pemilik acara tersebut.Devan berhasil, dia bisa bertemu dengan si pemilik acara dan berhasil menyogok desainer ternama itu menyetujui ide gilanya. Tentu saj
Dentuman music terdengar menggelegar di sepanjang malam yang dilewati Azura. BobBy dan Afrain__sepupu Azura terus menemani Azura yang terlihat hanya diam saja lalu menghabiskan minumannya. Azura belum mabuk dia masih sangat sadar saat melihat kalau Devano mengikutinya. "Afrain cium aku." Afrain menggelengkan kepalanya tak percaya, biasa Azura sangat geli bermanja-manja dengannya namun lihat sekarang, karena patah hati Azura berubah menjadi mengerikan bagi Afrain."Ayo lebih baik kita pulang." Afrain menarik tangan Azura namun wanita itu tak bergeming. Dengan terpaksa Afrain mencium kening Azura lalu berbisik di telinga sepupunya yang sangat bodoh itu."Kau salah jika menjadikan ku sebagai tameng mu Zura, dia pasti dengan cepat tahu kalau kita bersaudara. Bersikap lah semestinya saja, jika memang ingin kau akhiri tidak perlu ada drama lainnya yang kau karang.