Home / Romansa / My Crazy Office Girl / 4. Kopi Salah Rasa

Share

4. Kopi Salah Rasa

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2022-08-26 21:30:21

Cling.

Begitulah bunyinya. Bunyi yang dihasilkan oleh mesin absen yang ada di kantor kami. Keren guys absennya, harus setor muka. Makanya gak bisa dikibulin tuh. Kecuali kalau kita operasi plastik mungkin baru tuh mesin bisa dikibulin.

Selesai absen, aku segera menuju ke ruangan utama OB dan OG yang ada di lantai satu. Kantor tempatku bekerja terdiri dari enam lantai dengan jumlah OG dan OB masing-masing enam orang. Setiap lantai menjadi tugas satu OG dan satu OB. Dan aku ... mendapat tugas di lantai nomer enam. Gak papa, ikhlas lilla hitangala pokoknya. Penting halal, dan dapat duit.

Selesai menaruh tas milikku di loker, aku segera membawa alat tempur berupa sapu, alat pel, sulak, kain serta alat pembersih kaca.

"Langsung ke atas ini?" tanya Ido, OB yang bertugas bersamaku di lantai enam.

"Iya. Biar cepet selesai."

"Oke."

Bersyukur aku bertugas bersama Ido. Ido orangnya gokil kayak aku, suka menolong dan yang jelas gak egois. Makanya, lantai enam adalah lantai yang jarang mendapat komplain dari pihak perusahaan karena kebersihannya. Dan ... alasan lainnya karena lantai itu juga lantai yang jarang dikunjungi oleh orang luar. Hahaha. Tentu dong bersih. Wkwkwk.

Dengan semangat tahun dua ribu dua puluh dua, aku dan Ido melakukan tugas kami. Pertama kami membersihkan kaca-kaca, kemudian menyapu dan terakhir mengepel. Bekerja dari jam enam dan selesai pukul tujuh lewat lima menit. Aman.

"Oke, udah selesai semua, balik ke pantry utama yuk?"

"Ayuk."

Aku dan Ido berjalan sambil menenteng beberapa peralatan kebersihan. Kami sengaja menggunakan tangga darurat. Malas saja menggunakan lift karena malu jika harus bertemu dengan para pimpinan. Tapi kalau naik kami pakai lift, kan capek naiknya. Tapi kalau turun kan tinggal nggelundung. Tapi ya jangan nggelundung beneran kali.

Sampai di pantry hanya ada Gita, Shelomita, Anastasya, Heri, Yogi,dan Juki. Sementara Sandra, Deswita, Yudi dan Aryo belum terlihat. Oh iya, Aryo dan Deswita sudah kembali bekerja hari ini. Cuti tiga hari mereka paska menikah sudah selesai. Tadi saat mereka pertama bertemu denganku, si Aryo berlagak sok gak kenal sementara Deswita berlagak nyonya besar. Jiah, terserah mereka deh. aku sih gak peduli dengan keduanya. Soalnya aku udah move on.

"Kok cuma kalian aja? Yang lantai satu dan dua emang belum selesai?" tanyaku kepo.

"Halah, kayak kamu gak tahu aja, mereka berempat kan paling lelet." Shelomita berceletuk.

"Tapi paling bisa cari muka," imbuh Anastasya.

"Hooh."

Kami berdelapan segera kembali bekerja, kini tugas kami adalah membuat minuman lalu mengantarnya pada setiap pekerja dan para pimpinan. Selesai mengantar minuman kami harus selalu standby di bagian kami masing-masing, siapa tahu ada yang butuh dibelikan makanan, fotokopi berkas, dan lain-lain.

Aku segera mengantar minuman di lantai enam, salah satunya harus ke ruangan Bapak Manajer yang terhormat.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk."

Aku segera masuk dan menaruh minuman di meja Pak Andro. Sebotol air mineral dan secangkir kopi panas kini menjulang manis di meja Pak Andro.

"Tolong rapikan rak buku saya," titah Pak Andro tanpa menoleh ke arahku. Dia terlihat fokus dengan laptop.

"Baik, Pak."

Aku pun segera menuju ke rak buku. Baru saja tanganku terulur hendak mengambil salah satu buku yang terjatuh, aku malah terlonjak kaget karena tiba-tiba terdengar bunyi suara pintu yang dibuka dengan keras.

Belum lagi kekagetanku sirna, seorang wanita cantik tiba-tiba masuk dan langsung menghampiri Pak Andro.

"Kita harus bicara, Mas!"

"Keluar!"

"Mas, please. Kita harus bicara."

"Kita udah selesai Jelita, jadi saya minta kamu pergi!"

"Mas! Aku tahu aku salah, tapi aku begini karena kamu. Kamu paham gak sih, aku tuh wanita normal. Aku ...."

"Butuh belaian? Ck. Kalau begitu sana kunjungi selingkuhan kamu. Bukankah dia bisa muasin kamu. Gak seperti saya yang cuma bisanya diem dan ah ... apa kata kamu waktu itu? Sok suci."

"Mas!"

"Keluar! Atau saya akan meminta satpam mengusirmu dengan kasar."

"Kamu egois!"

"Dan kamu lebih egois!"

Kedua orang itu masih saling berdebat dan berteriak. Bahkan si wanita beberapa kali mengeluarkan umpatan kasar dan segala macam nama binatang di Ragunan keluar dari mulut cantiknya. Sementara Pak Andro, walaupun kemarahan juga jelas terpampang di wajahnya, kata-katanya masih terkontrol.

"Kamu itu sok suci b##%%%%@&&$$@ ...."

Aku sampai melongo mendengar semua umpatan yang keluar dari wanita cantik itu. Tanpa sadar, aku merapat ke rak buku lalu memeluknya. 

"Kamu emang b@#$$, b$$@&@%%@, i@$%#&&##, mbelok kamu, Mas!"

"Mau aku mbelok atau sok suci bukan urusan kamu, ingat kita cuma mantan."

"Kamu beneran tega sama aku, Mas. Aku cinta kamu. Aku udah minta maaf. Aku tahu aku salah. Aku khilaf. Hiks hiks hiks." Wanita itu kini menangis histeris sementara Pak Andro hanya menatap sinis.

"Khilaf itu sekali, Jelita. Bukan berkali-kali bahkan selama dua tahun. Sorry, saya gak terima bekas orang. Saya mau cari perawan. Silakan kamu keluar."

"Dasar Gay, homo kamu!"

Wanita itu berlari dengan berurai air mata. Bahkan dia sampai membanting pintu keras sekali. Aku masih memeluk rak buku, bahkan tanpa sadar satu kakiku terangkat.

"Kamu mau berapa lama jadi cicak?" Suara sinis nan dingin menginterupsi aksi absurdku.

"Eh, Bapak. Hehehe." Aku cuma bisa cengengesan sambil menggaruk kepalaku yang gatal karena belum keramas akibat lagi datang bulan.

"Anu ... hehehe. Anu sa—"

"Jadi, selama ini kamu yang bertugas di lantai enam?"

Aku melongo mendengar pertanyaan Pak Andro. 

"Kamu gak budeg, 'kan?"

"Eh, itu Pak. Ya sejak saya bekerja di sini, saya kebagian tugas di lantai enam. Bapak kan sering lihat saya juga. Bapak gak amnesia kan gara-gara putus sama pacar Bapak?"

"Ck. Saya gak semenyedihkan itu juga, kali." Dia menatapku sadis sementara aku hanya bisa meringis.

Pak Andro mulai menyeruput kopinya. Menyecap-nyecap lalu menatap ke arahku.

"Kamu yang biasa bikinin kopi buat saya, 'kan?"

"Ya iyalah, Pak. Masa ya iya dong."

"Oooo. Kok beda? Rasanya gak kayak biasanya." Dia mulai menyeruput kopinya lagi.

"Itu bukan saya atau kopinya yang salah, Pak. Tapi hati Bapak yang lagi gundah. Makanya kopinya gak enak, pahit."

"Ck." Dia cuma mencebik dan melanjutkan meminum kopinya.

"Lagian kalau bapak merasa kopinya salah rasa berarti itu akibat ada saya."

"Maksudnya?" Dia menatapku sambil menyeruput kopinya lagi.

"Kopi kan pahit, tetapi kalau ditambah gula jadi ada rasa manis. Nah, berhubung ada saya tuh kopi yang udah manis semakin manis. Soalnya saya kan manis, Pak."

"Uhuk!" Pak Andro memuncratkan kopinya. Dia memukul-mukul dadanya sambil terbatuk-batuk. Lalu dengan kasar menarik tissue dan membersihkan mulut dan bajunya yang terkena cipratan kopi.

"Ngimpi kamu!"

"Ck. Gak percaya!"

Aku memilih meneruskan pekerjaanku yaitu membersihkan rak buku sementara Pak Andro masih membersihkan mulutnya dan mengatasi batuk akibat tersedak tadi. 

Secara tidak sadar, Pak Andro malah menyeruput kembali sisa kopi yang tadi dia katakan rasanya beda. Padahal aku yakin rasanya sama yang beda adalah karena ada Kania yang cantik nan gila sehingga membuat Pak Andro terseponah. Ahay. Hoek.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Crazy Office Girl   40. Ekstra Part 2

    Aku berlari sekuat tenaga dari parkiran menuju ke halaman sekolah tempat lima bus pariwisata sedang bertengger. Astaga! Benar-benar dah. Untung aku ini emak-emak strong, kalau enggak. Duh!"Pak, Pak, Pak. Bentar jangan ditutup!" teriakku pada bapak-bapak yang akan menutup pintu bus."Mamake!"Seorang gadis berusia tujuh belas tahun akhirnya turun. Dia segera memelukku dengan sangat erat seakan kami baru saja tak berjumpa setelah berpisah sekian lama. Padahal baru juga beberapa jam gak ketemu."Kamu ini ya Mbak, kan mamake uwis ngomong dicek dulu barang-barangnya. Kalau lupa gak jadi plesir kamu!""Hehehe." Si gadis remaja cantik duplikatku hanya cengengesan saja. Dia pun mencium tanganku, bercipika-cipiki lalu segera masuk menuju ke dalam bus. Aku dadah-dadah dan dibalas hal yang sama oleh Lyra. Pada Pak Kernet bus dan guru-guru yang ada di dalam bus aku mengangguk sopan.Selesai dengan urusan Lyra yang mau berangkat studi wisata ke Bromo, aku segera menuju ke tempat putri bungsuku yan

  • My Crazy Office Girl   39. Ekstra Part 1

    *Kania*Menjalani kehidupan baruku sebagai istri dari seorang Andromeda Bagaskara itu benar-benar menyenangkan sekali. Setelah menjadi istrinya, otomatis aku dipecat dari MJS. Aslinya aku tetap ingin bekerja di sana, tetapi Mas Andro gak mau. Saat aku bertanya apa dia malu punya istri seorang OG? Jawaban yang kuterima sungguh luar biasa saudara-saudara."Mas gak peduli sama status kamu dan pekerjaan kamu. Penting kamu jangan zina sama berbuat buruk, gak baik. Kalau kamu mau kerja atau kuliah lagi, oke gak masalah penting kamu jangan jadi OG lagi di MJS, bekerja satu atap sama mas.""Kenapa aku gak boleh kerja satu atap sama Mas Andro?" cecarku."Kenapa? Apa Mas Andro takut aku ngerecokin pekerjaan Mas? Takut Mas gak bisa selingkuh gitu?" Aku memberondongnya dengan banyak pertanyaan."Astaghfirullah, kamu pikir mas sejahat itu. Insya Allah mas tipe setia.""Terus kenapa kita gak boleh kerja satu atap?" tanyaku dengan mimik muka memelas.Mas Andro mengembuskan napasnya dalam lalu menata

  • My Crazy Office Girl   38. My Crazy Office Girl (Sesion 1 Tamat)

    *Andromeda Bagaskara*Gadis cilik itu terus saja menangis dengan sesenggukan. Sesekali dia mengelap air mata dan ingusnya yang ikut keluar. Aku mengulurkan sapu tanganku padanya.“Bajumu udah kotor, udah gak bisa lagi nampung ingus. Nih, pakai punyanya Mas.”“Makasih, Mas Ando.”“Andro!”“Ando?”“Andro! Udah tujuh tahun masih belum bisa bilang ‘R’.”Gadis itu hanya bersungut-sungut lalu mengeluarkan ingusnya lagi dengan sapu tanganku.“Nih.” Dita kecil menyerahkan sapu tangan padaku.“Jorok, cuci dulu baru balikin sama mas.”“Oke.”“Mau pulang?”Dita menggeleng. “Mau nunggu Bapak sama Ibu saja.”“Oooo.”“Mas Ando gak balik ke pesta?”“Malas, udah aku usir semua orang sama Juwita juga.”“Kasihan Mbak Juwi, Mas Ando kok galak.”“Kamu jangan polos gitu dong, kalau dijahatin balas, kalau gak bisa marah-marah ya pakai aksi gila kek, gokil kek. Pokoknya lawan. Ngerti?!”Dita mengangguk lalu tersenyum. Melihat senyumnya, aku pun ikutan tersenyum. Aneh memang, tapi aku yang kini berusia dua b

  • My Crazy Office Girl   37. Tuker Tambah

    Aku menselonjorkan kedua kakiku di atas kasur. Pegel. Ternyata nikah itu capek juga. Padahal cuma berdiri di atas pelaminan, memasang senyum dan menyalami tamu doang tapi ternyata bikin capek.Suara pintu kamar yang terbuka mengalihkan atensiku dari rasa capek. Aku tersenyum pada Mas Suami yang dibalas dengan senyum juga.“Capek ya Mas?”“Iya.”“Mandi dulu sana.”Mas Andro menurut dan langsung menuju ke kamar mandi dalam. Aku terkekeh geli saat kembali sadar kalau Mas Andro begitu perhitungan saat merehab rumah Bapak. Selain didesain sedemikian rupa, rupanya dia menambahkan kamar mandi dalam, khusus di kamarku dan kamar kedua orang tuaku. Ckckck. Pintar-pintar.Sebagai hadiah buat si pintar, aku harus menyiapakan diri. Segera saja aku mengganti daster rumahan dengan gaun tipis menerawang yang kubeli bersama Ara. Kemudian kuolesi wajahku dengan bedak tipis-tipis lalu menggunakan lipstick warna terang biar semakin menantang buat disosor. Rambut pun kusisir rapi. Dan terakhir menyemprotk

  • My Crazy Office Girl   36. Akad Nikah

    Hari pernikahanku pun tiba. Keluarga Tante Laras banyak yang datang. Sementara dari Om Andreas ada beberapa. Kakek Ahsan pun datang.Keharuan terjadi saat Kakek Ahsan bertemu dengan Bapak. Keduanya berpelukan dan tangis-tangisan membuat semua orang yang melihat sampai menitikan air mata. “Gak nyangka beneran nikah sama Pak Manajer, loh.” Aku kaget karena sempat melamunkan adegan pertemuan Bapak dan Kakek Ahsan. Senyum kuulas pada BIP yang baru datang.“Namanya juga jodoh. Mungkin habis ini kamu sama Dokter ACDC yang nyusul.” Aku mencoba bijak.BIP sama sekali tak berkomentar, tapi aku bisa melihat ada semburat warna merah di pipinya. Ckckck, pasti deh ada apa-apa antara BIP sama Pak Dokter. Aih jadi gak sabar drama apa yang bakalan terjadi sama si dua manusia yang hidup bertetangga itu. Moga-moga sih akhir kisah keduanya happy ending kayak aku.“Kania, ayok keluar. Ijab kabulnya mau dimulai.”Aku mengangguk pada Ibu. Ibu menuntunku menuju ke ruang depan yang sudah disetting untuk te

  • My Crazy Office Girl   35. Kejutan Lamaran

    Hari ini, Pak Andro sekeluarga akan mengunjungi rumahku di Banyumas. Aku sudah bilang pada kedua orang tuaku. Dan ketika sampai di sana, kedua lelaki paruh baya hanya saling menatap sambil menitikan air mata. Lalu mereka saling berangkulan dan menangis penuh haru. Aku yang masih bingung bagaimana bisa ada scene menangis antara Bapak dan Om Andreas makin dibuat bingung ketika ibuku berteriak heboh dan langsung cipika-cipiki dengan Tante Laras. Semakin melongo dong akunya. “Apa kamu gak paham artinya?” Mas Andro menghampiriku lalu melingkarkan tangannya pada bahuku. “Enggak.”“Ck. Kadang kamu telmi.”“Terlalu minis!”“Dan absurd.”“Abis sun radius dekat mulut.”Mas Andro hanya bisa geleng-geleng kepala. Kasihan sekali dia, bisa ketemu cewek aneh kayak aku.“Stres tahu ngomong sama kamu.”“Terus ngapain dipacarin?”“Habis antik.”Kami pun tertawa. Begitulah kami. Kalau ngobrol kadang gak nyambung tapi gak nyangka udah pacaran hampir enam bulan. Meski masih banyak netijen nyinyir yang g

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status