Share

Part 14

>>Mas Rendy

Selamat tidur calon istri

Semoga mimpi indah

Jangan lupa mimpiin aku ya, Sayang

Mmuaachh

Melissa mendekap ponselnya dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Ia kembali teringat saat Rendy dengan percaya diri melamar, lebih tepatnya memaksa gadis itu untuk menikah dengannya.

Flashback

“Sudah puas?” Tanya Rendy dengan nada jahil.

Melissa memukul dada Rendy gemas, saat cowok itu menggodanya.

“Kok mukul sih, Sayang? Kalau belum puas aku bisa kasih yang lebih lama” goda Rendy.

Blushh ...

Kedua pipi Melissa merah merona. Ini bukan pertama kalinya cowok itu memanggilnya dengan panggilan ‘sayang’. Tapi tetap saja, itu membuatnya tersipu malu.

Setelah ciuman kedua yang begitu menggebu, bibir keduanya tampak mengkilap basah dan sedikit membengkak. Melissa mengikuti instingnya untuk mengecup bibir Rendy selama mungkin. Dan Rendy dengan gejolak nafsu yang menguasai merasa ingin menghabiskan waktunya hanya untuk mencium gadis itu.

“Ayo kita pulang. Kata Ayah sebelum jam lima sore kamu harus pulang ke rumah.”Ucap Rendy.

Melissa membelalakkan matanya, ia  tak percaya tunangannya akan melakukannya. “M-Mas Re-Rendy bilang ke Ayah?”

Rendy mengangguk. Menuntaskan dalam sederet kalimat yang membuat gadis itu tertegun. “Tentu dong. Sejak awal Ayah sudah berpesan sama Mas, kalau mau ngajak kamu kemana-mana harus ijin. Kalau nggak bisa ijin langsung bisa ijin lewat telepon atau pesan. Mas tadi Cuma kirim pesan ke Ayah, karena pas tadi Mas telepon gak diangkat.”

“A-ayah tahu kalau hari ini Lissa gak masuk kuliah?” ada nada gusar pada pertanyaannya.

Rendy mengangguk. “Iya, Ayah tahu. Mau tahu balasan pesan dari Ayah?”

Melissa tampak ragu, namun karena didera rasa penasaran ia pun mengangguk. Rendy merogoh ponsel di saku celananya, dan memberikan kepada Melissa.

Gadis itu menerima ponsel ponsel Rendy. Saat menyalakan ponsel itu, ia tertegun mendapati fotonya menjadi tampilan lock screen di sana. Ditambah lagi dengan password yang menggunakan tanggal lahirnya. Membuatnya semakin tak percaya bahwa cowok yang di hadapannya benar-benar menginginkannya. Mendapati reaksi gadis itu membuat Rendy menyeringai.

Dan ia kembali dikejutkan dengan foto tampilan depan ponsel. Itu adalah foto yang diambil kemaren malam. Tampak dirinya dan cowok itu memperlihatkan kedua tangan yang terdapat sebuah cincin yang melingkar. Keduanya tampak saling pandang dengan tatapan penuh kebahagiaan.

Sebahagiakah itu aku semalam? Gumam Melissa dalam hati.

Mengabaikan keterkejutannya ia membuka salah satu aplikasi pesan online berwarna hijau. Ia melihat satu percakapan dengan nama kontak ‘Ayah Mertua’, dan sukses membuat kedua pipi Melissa bersemu merah.

Rendy hanya diam, membiarkan Melissa mengotak-atik ponselnya. Melissa pun membuka percakapan di sana. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang ia lihat. Mengetuk nama kontak itu, untuk benar-benar membuktikan bahwa itu benar-benar Ayahnya. Walaupun dari tulisan sudah bisa ditebak, ia tetap memastikan satu langkah lagi. Tidak salah lagi. Itu benar-benar nomer ponsel Ayahnya.

//Me

Selamat pagi Ayah,

Maaf, Rendy mengganggu waktu Ayah

Pagi ini keadaan hati Lissa lagi kurang baik, Yah

Rendy mau izin untuk membawa Lissa ke pantai

Agar perasaannya bisa menjadi lebih baik

Bagaimana menurut Ayah?

>>Ayah Mertua

Pagi juga menantu Ayah

Baiklah, Ayah izinkan kamu membawa Lissa ke pantai

Nanti biar Ayah yang minta izin ke kampus

Jaga Lissa baik-baik ya Nak

Dan berhati-hatilah saat mengemudi

Jangan lupa jam lima harus pulang ke rumah ya

//Me

Baik Ayah,

Terima kasih telah memberi izin kepada Rendy

Rendy janji akan menjaga Lissa sebaik-baiknya

Karena Rendy tidak mau kehilangan Lissa

Nanti akan Rendy usahakan sebelum jam lima ya Yah.

Maaf Rendy sudah mengganggu waktu Ayah bekerja

Wajah Melissa memanas. Ia merasakan kedekatan Rendy dan Ayahnya begitu kuat. Dan Ayahnya tampak memasrahkan dirinya untuk dijaga cowok itu.

“Sudah lihat sendiri kan?” suara Rendy menarik Melissa dari lamunannya.

Gadis itu mengangguk. “Ya sudah, ayo pulang!”

Jika biasanya Rendy yang menarik tangan Melissa, saat ini gadis itulah yang melakukannya. Mengulurkan tangan, meraih jari-jari tangan Rendy untuk ditautkan dengan jarinya. Membuat Rendy menyunggingkan senyum manis di bibirnya.

Setelah masuk ke dalam mobilnya, Rendy mencari sesuatu di tas ranselnya. Ia mengambil satu kotak bludru berwarna biru. Membuka kotak itu di depan Melissa.  Membuat gadis itu terkesiap untuk beberapa detik.

“Menikahlah denganku Sayang. Biarkan aku yang menjagamu dan menjadi sandaran hatimu hari ini dan selamanya.”

Lamaran bernada perintah itu, membuat Melissa berkaca-kaca. Ia tak mampu menahan kebahagiaan yang membuncah dalam hatinya. Tanpa berfikir lama, gadis itu mengangguk beberapa kali dan menghambur ke pelukan Rendy. Membuat hati cowok itu bahagia. Bulir-bulir air mata kebahagiaan menjadi saksi dua hati yang saling bertaut.

“I Love You LissaKu.”

Keduanya saling mengeratkan pelukan. Saling meresapi perasaan masing-masing.

“Sini jari tangan kamu yang kiri.”

 Rendy memasangkan cincin itu pada tangan kiri Melissa, dan mengecup beberapa detik kedua tangannya. Gadis itu merasakan desiran halus saat Rendy melakukannya. Hanya satu yang ia pikirkan dalam otak cantiknya.

Apakah ini cinta? Gumamnya dalam hati.

Tepat pukul enam belas lewat tiga puluh lima menit, mobil Rendy masuk ke halaman rumah Melissa. Setelah keduanya melepas seatbelt, mereka bergegas turun.

“Putri Ayah sudah pulang?” sambut Hasan.

Melissa segera mencium tangan Ayahnya dan memeluk erat tubuh pria paruh baya itu. Gadis itu membisikkan sesuatu ke telinga Ayahnya.

“Terima kasih Ayah.”

 Hasan menepuk-nepuk pelan punggung putrinya, sedangkan matanya bertatapan dengan Rendy. Mereka seolah berbicara melalui tatapan mata.

Setelah Melissa mengurai pelukannya, gantian Rendy mendekat ke arah Hasan dan mencium tangan pria itu. Lalu mereka bertiga berbincang-bincang singkat, membicarakan tentang persiapan pernikahan.

Melissa menggelayut di lengan Ayahnya, mendengarkan dengan seksama perbincangan antara Ayahnya dan tunangannya itu.

Flashback off

Tring ...

 >>Mas Rendy

Kok belum tidur?

Hayo, mikirin apa?

Kangen Mas ya?

Melissa semakin tak bisa mengendalikan detak jantungnya yang berdebar kencang. Ia pun mengetikkan beberapa pesan untuk tunangannya yang narsis.

//Me

Mas Rendy narsis kayak Kak Riko

Ini Lissa mau tidur kok

Besok Mas Rendy jemput Lissa kan?

Menyadari ada yang salah dengan pesan ketiga, Melissa berniat menghapusnya. Tapi, pesan itu sudah terlanjur dibaca oleh Rendy. Membuat gadis itu malu.

Tring

>>Mas Rendy

Pasti dong Sayang

Oh iya, besok pulang kuliah harus mampir ke rumah Mas ya

Tadi Mama kangen, mau ketemu kamu

Sampai jumpa besok ya,

Muach

Setelah membaca pesan-pesan itu Melissa meletakkan ponselnya di nakas. Menghubungkan dengan pengisi daya, agar besok pagi baterai terisi penuh. Ia pun beranjak menuju kamar mandi. Menyelesaikan ritual malamnya sebelum tidur.

*

Di salah satu kelab malam yang terkenal di Ibu Kota, seorang pria dengan wajah kusut, duduk di depan meja bartender dengan segelas minuman beralkohol. Wajah laki-laki itu terlihat kacau dan penampilannya begitu berantakan. Berkali-kali ia menggumamkan kata maaf untuk seorang gadis yang pernah ditinggalkan tanpa kepastian darinya.

Tampak dari kejauhan, seorang wanita mendekati laki-laki itu. Tapi, laki-laki itu langsung mengusirnya. Melontarkan kata-kata kasar dan sarkas. Membuat wanita dengan pakaian terbuka itu pergi, dengan emosi dan kebencian yang ditujukan kepada seorang wanita, yang namanya berkali-kali disebutkan oleh laki-laki yang baru saja di dekatinya.

Sampai saat ini pun kau masih belum enyah dari hatinya

Dasar wanita jalang

Aku tak akan membiarkan kau memilikinya

Kalau aku tak bisa memilikinya, maka kaupun harus lenyap

Gumam wanita itu dalam hati

Dengan langkah tergesa-gesa ia menuju di mana mobilnya berada. Setelah masuk ke dalam mobil, lalu ia mengambil ponselnya. Mendial satu nomer yang akan membantunya melancarkan keinginannya.

“Pastikan dia mati dan lakukan dengan bersih. Aku akan memberikan satu milyar rupiah jika kalian berhasil membereskan tikus kecil itu. Jangan membuatku kecewa atau kalian akan tahu akibatnya.”

Sambungan telepon itu terputus. Wanita itu menyeringai,

“Kau pikir mengusirku akan membuatku mundur? Ckckck, kau belum kenal aku sepertinya. Aku bahkan lebih hebat dari wanita jalang itu. Tak pernah aku biarkan siapapun memilikimu, kecuali aku.”

Wanita itu meninggalkan parkiran kelab malam itu. Ia pun mengemudikan mobil sportnya dengan kecepatan tinggi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status