>>Mas Rendy
Selamat tidur calon istri
Semoga mimpi indah
Jangan lupa mimpiin aku ya, Sayang
Mmuaachh
Melissa mendekap ponselnya dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Ia kembali teringat saat Rendy dengan percaya diri melamar, lebih tepatnya memaksa gadis itu untuk menikah dengannya.
Flashback
“Sudah puas?” Tanya Rendy dengan nada jahil.
Melissa memukul dada Rendy gemas, saat cowok itu menggodanya.
“Kok mukul sih, Sayang? Kalau belum puas aku bisa kasih yang lebih lama” goda Rendy.
Blushh ...
Kedua pipi Melissa merah merona. Ini bukan pertama kalinya cowok itu memanggilnya dengan panggilan ‘sayang’. Tapi tetap saja, itu membuatnya tersipu malu.
Setelah ciuman kedua yang begitu menggebu, bibir keduanya tampak mengkilap basah dan sedikit membengkak. Melissa mengikuti instingnya untuk mengecup bibir Rendy selama mungkin. Dan Rendy dengan gejolak nafsu yang menguasai merasa ingin menghabiskan waktunya hanya untuk mencium gadis itu.
“Ayo kita pulang. Kata Ayah sebelum jam lima sore kamu harus pulang ke rumah.”Ucap Rendy.
Melissa membelalakkan matanya, ia tak percaya tunangannya akan melakukannya. “M-Mas Re-Rendy bilang ke Ayah?”
Rendy mengangguk. Menuntaskan dalam sederet kalimat yang membuat gadis itu tertegun. “Tentu dong. Sejak awal Ayah sudah berpesan sama Mas, kalau mau ngajak kamu kemana-mana harus ijin. Kalau nggak bisa ijin langsung bisa ijin lewat telepon atau pesan. Mas tadi Cuma kirim pesan ke Ayah, karena pas tadi Mas telepon gak diangkat.”
“A-ayah tahu kalau hari ini Lissa gak masuk kuliah?” ada nada gusar pada pertanyaannya.
Rendy mengangguk. “Iya, Ayah tahu. Mau tahu balasan pesan dari Ayah?”
Melissa tampak ragu, namun karena didera rasa penasaran ia pun mengangguk. Rendy merogoh ponsel di saku celananya, dan memberikan kepada Melissa.
Gadis itu menerima ponsel ponsel Rendy. Saat menyalakan ponsel itu, ia tertegun mendapati fotonya menjadi tampilan lock screen di sana. Ditambah lagi dengan password yang menggunakan tanggal lahirnya. Membuatnya semakin tak percaya bahwa cowok yang di hadapannya benar-benar menginginkannya. Mendapati reaksi gadis itu membuat Rendy menyeringai.
Dan ia kembali dikejutkan dengan foto tampilan depan ponsel. Itu adalah foto yang diambil kemaren malam. Tampak dirinya dan cowok itu memperlihatkan kedua tangan yang terdapat sebuah cincin yang melingkar. Keduanya tampak saling pandang dengan tatapan penuh kebahagiaan.
Sebahagiakah itu aku semalam? Gumam Melissa dalam hati.
Mengabaikan keterkejutannya ia membuka salah satu aplikasi pesan online berwarna hijau. Ia melihat satu percakapan dengan nama kontak ‘Ayah Mertua’, dan sukses membuat kedua pipi Melissa bersemu merah.
Rendy hanya diam, membiarkan Melissa mengotak-atik ponselnya. Melissa pun membuka percakapan di sana. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang ia lihat. Mengetuk nama kontak itu, untuk benar-benar membuktikan bahwa itu benar-benar Ayahnya. Walaupun dari tulisan sudah bisa ditebak, ia tetap memastikan satu langkah lagi. Tidak salah lagi. Itu benar-benar nomer ponsel Ayahnya.
//Me
Selamat pagi Ayah,
Maaf, Rendy mengganggu waktu Ayah
Pagi ini keadaan hati Lissa lagi kurang baik, Yah
Rendy mau izin untuk membawa Lissa ke pantai
Agar perasaannya bisa menjadi lebih baik
Bagaimana menurut Ayah?
>>Ayah Mertua
Pagi juga menantu Ayah
Baiklah, Ayah izinkan kamu membawa Lissa ke pantai
Nanti biar Ayah yang minta izin ke kampus
Jaga Lissa baik-baik ya Nak
Dan berhati-hatilah saat mengemudi
Jangan lupa jam lima harus pulang ke rumah ya
//Me
Baik Ayah,
Terima kasih telah memberi izin kepada Rendy
Rendy janji akan menjaga Lissa sebaik-baiknya
Karena Rendy tidak mau kehilangan Lissa
Nanti akan Rendy usahakan sebelum jam lima ya Yah.
Maaf Rendy sudah mengganggu waktu Ayah bekerja
Wajah Melissa memanas. Ia merasakan kedekatan Rendy dan Ayahnya begitu kuat. Dan Ayahnya tampak memasrahkan dirinya untuk dijaga cowok itu.
“Sudah lihat sendiri kan?” suara Rendy menarik Melissa dari lamunannya.
Gadis itu mengangguk. “Ya sudah, ayo pulang!”
Jika biasanya Rendy yang menarik tangan Melissa, saat ini gadis itulah yang melakukannya. Mengulurkan tangan, meraih jari-jari tangan Rendy untuk ditautkan dengan jarinya. Membuat Rendy menyunggingkan senyum manis di bibirnya.
Setelah masuk ke dalam mobilnya, Rendy mencari sesuatu di tas ranselnya. Ia mengambil satu kotak bludru berwarna biru. Membuka kotak itu di depan Melissa. Membuat gadis itu terkesiap untuk beberapa detik.
“Menikahlah denganku Sayang. Biarkan aku yang menjagamu dan menjadi sandaran hatimu hari ini dan selamanya.”
Lamaran bernada perintah itu, membuat Melissa berkaca-kaca. Ia tak mampu menahan kebahagiaan yang membuncah dalam hatinya. Tanpa berfikir lama, gadis itu mengangguk beberapa kali dan menghambur ke pelukan Rendy. Membuat hati cowok itu bahagia. Bulir-bulir air mata kebahagiaan menjadi saksi dua hati yang saling bertaut.
“I Love You LissaKu.”
Keduanya saling mengeratkan pelukan. Saling meresapi perasaan masing-masing.
“Sini jari tangan kamu yang kiri.”
Rendy memasangkan cincin itu pada tangan kiri Melissa, dan mengecup beberapa detik kedua tangannya. Gadis itu merasakan desiran halus saat Rendy melakukannya. Hanya satu yang ia pikirkan dalam otak cantiknya.
Apakah ini cinta? Gumamnya dalam hati.
Tepat pukul enam belas lewat tiga puluh lima menit, mobil Rendy masuk ke halaman rumah Melissa. Setelah keduanya melepas seatbelt, mereka bergegas turun.
“Putri Ayah sudah pulang?” sambut Hasan.
Melissa segera mencium tangan Ayahnya dan memeluk erat tubuh pria paruh baya itu. Gadis itu membisikkan sesuatu ke telinga Ayahnya.
“Terima kasih Ayah.”
Hasan menepuk-nepuk pelan punggung putrinya, sedangkan matanya bertatapan dengan Rendy. Mereka seolah berbicara melalui tatapan mata.
Setelah Melissa mengurai pelukannya, gantian Rendy mendekat ke arah Hasan dan mencium tangan pria itu. Lalu mereka bertiga berbincang-bincang singkat, membicarakan tentang persiapan pernikahan.
Melissa menggelayut di lengan Ayahnya, mendengarkan dengan seksama perbincangan antara Ayahnya dan tunangannya itu.
Flashback off
Tring ...
>>Mas Rendy
Kok belum tidur?
Hayo, mikirin apa?
Kangen Mas ya?
Melissa semakin tak bisa mengendalikan detak jantungnya yang berdebar kencang. Ia pun mengetikkan beberapa pesan untuk tunangannya yang narsis.
//Me
Mas Rendy narsis kayak Kak Riko
Ini Lissa mau tidur kok
Besok Mas Rendy jemput Lissa kan?
Menyadari ada yang salah dengan pesan ketiga, Melissa berniat menghapusnya. Tapi, pesan itu sudah terlanjur dibaca oleh Rendy. Membuat gadis itu malu.
Tring
>>Mas Rendy
Pasti dong Sayang
Oh iya, besok pulang kuliah harus mampir ke rumah Mas ya
Tadi Mama kangen, mau ketemu kamu
Sampai jumpa besok ya,
Muach
Setelah membaca pesan-pesan itu Melissa meletakkan ponselnya di nakas. Menghubungkan dengan pengisi daya, agar besok pagi baterai terisi penuh. Ia pun beranjak menuju kamar mandi. Menyelesaikan ritual malamnya sebelum tidur.
*
Di salah satu kelab malam yang terkenal di Ibu Kota, seorang pria dengan wajah kusut, duduk di depan meja bartender dengan segelas minuman beralkohol. Wajah laki-laki itu terlihat kacau dan penampilannya begitu berantakan. Berkali-kali ia menggumamkan kata maaf untuk seorang gadis yang pernah ditinggalkan tanpa kepastian darinya.
Tampak dari kejauhan, seorang wanita mendekati laki-laki itu. Tapi, laki-laki itu langsung mengusirnya. Melontarkan kata-kata kasar dan sarkas. Membuat wanita dengan pakaian terbuka itu pergi, dengan emosi dan kebencian yang ditujukan kepada seorang wanita, yang namanya berkali-kali disebutkan oleh laki-laki yang baru saja di dekatinya.
Sampai saat ini pun kau masih belum enyah dari hatinya
Dasar wanita jalang
Aku tak akan membiarkan kau memilikinya
Kalau aku tak bisa memilikinya, maka kaupun harus lenyap
Gumam wanita itu dalam hati
Dengan langkah tergesa-gesa ia menuju di mana mobilnya berada. Setelah masuk ke dalam mobil, lalu ia mengambil ponselnya. Mendial satu nomer yang akan membantunya melancarkan keinginannya.
“Pastikan dia mati dan lakukan dengan bersih. Aku akan memberikan satu milyar rupiah jika kalian berhasil membereskan tikus kecil itu. Jangan membuatku kecewa atau kalian akan tahu akibatnya.”
Sambungan telepon itu terputus. Wanita itu menyeringai,
“Kau pikir mengusirku akan membuatku mundur? Ckckck, kau belum kenal aku sepertinya. Aku bahkan lebih hebat dari wanita jalang itu. Tak pernah aku biarkan siapapun memilikimu, kecuali aku.”
Wanita itu meninggalkan parkiran kelab malam itu. Ia pun mengemudikan mobil sportnya dengan kecepatan tinggi.
“Lo kemarin kenapa gak masuk? Pesan gue juga gak Lo bales? Lo sakit?” Tanya Mita beruntun. Melissa memutar bola mata malas, “Bisa satu persatu nggak sih ngasih pertanyaan ke gue?” “Nggak.” Sahut Mita cepat. Melissa menggelengkan kepalanya. “Jadi? Lo ngapain kemarin gak masuk?” Desak Mita. “Gue jalan sama Mas Rendy.” Mita membelalakkan matanya, tak percaya dengan perkataan lugas dari sahabatnya. “Lo bilang apa tadi?” Mita memastikan pendengarannya. Melissa mendekatkan diri ke telinga Mita. Lalu berbisik dengan pelan dan jelas. “Gue jalan sama Mas Rendy.” Tubuh Mita membeku dengan kedua mata yang melotot dan mulut terbuka. Karena terlalu syok dengan pengakuan sahabatnya. “Ckckck, sadar woy. Biasa aja kali.” Celetuk Melissa. Untuk beberapa saat Mita masih begitu tak percaya. Pasalnya hubungan mereka masih terbilang baru. Pesta pertunangan kemarin saja sudah membuatnya terkejut. D
Warning 21++ Kamu perempuan tak tahu malu, merusak hubungan anak dan orang tuanya!!! Apa yang kamu harapkan? Uang?! Akan saya berikan bila itu yang kamu inginkan. Jauhi anak saya, karena sampai kapanpun saya tidak akan pernah merestui hubungan kalian!!! Kamu mau membuat anak saya durhaka pada wanita yang melahirkannya? Iya!? Apa itu didikan orang tua kamu? Memisahkan anak dari ibunya? Dasar jalang!!! “Tidak! Jangan! Ayah ... Bunda ... Tolong” “Lissa, bangun Sayang. Lissa?” Rendy yang berada di sampingnya menepuk pelan kedua pipi Melissa. Menarik gadis itu dari mimpi buruknya. “Ahhhh !!!” Gadis itu terengah-engah, mencoba menghirup nafas dalam-dalam. Menepuk dadanya yang terasa sakit. Rendy dengan sigap menghalangi gadis itu menepuk dadanya
Warning 21 ++ Sebuah mobil Ferrari merah dengan kaca gelap, tampak terparkir tak jauh dari mobil Rendy . Di balik kemudi ada seorang laki-laki berwajah tampan dengan setelan jas mahal duduk dengan santai, sambil mengamati keadaan sekitar. Pandangannya terfokus ke depan. Saat matanya menangkap siluet dua orang manusia berbeda jenis kelamin yang tak lain adalah Rendy dan Melissa, rahangnya mengeras. Laki-laki itu mengeratkan kedua tangannya di stir mobilnya. Tiba-tiba saja otaknya dikuasai oleh api cemburu yang membabi buta. Sial!!! * “Filmnya masih satu jam lagi loh Sayang. Makan dulu ya? Gimana?” Melissa mengangguk. “Ayok!” Rendy tampak bahagia melihat pujaan hatinya begitu gembira. Hari ini ia tampak mengekspresikan segala perasaan dan kemauannya. Seperti sekarang ini, gadis itu menarik tangan Rendy ke salah satu Resto Seafood yang berada tak jauh dari tempatnya. “Mas
“Bagaimana kuliahnya hari ini Sayang?” Tanya Ningrum.“B-baik Ma. Enggak ada yang membuat L-Lissa kesulitan kok.” Jawabnya.Melihat kegugupan calon menantunya membuat Ningrum mengulum senyum. Ia tahu, sudah terjadi sesuatu antara Lissa dan Rendy. Ningrum bukannya tak tahu, hanya saja ia tak ingin membuat gadis itu malu.“Tadi ,,,” Ningrum menjeda perkataannya membuat Melissa menoleh dengan cepat ke arah wanita paruh baya itu. “Rendy bilang mau mempercepat pernikahan kalian.”Wajah Melissa memerah. Ingatannya tertarik pada insiden ciuman di mobil sore tadi.Flashback“Aku akan mempercepat pernikahan kita.” Cetus Rendy berapi-apiMelissa hanya bisa membelalakkan mata tak percaya. Sebenarnya itu bukan kali pertama Rendy mengatakannya. Namun tetap saja menjadi hal yang mengejutkan bagi gadis itu. Tunangan s
Seorang laki-laki tampak berlari dengan nafas tersengal. Ia tampak begitu panik ketika beberapa saat yang lalu ia mendapat telepon dari salah satu orang yang bertugas mengawasi Melissa dan Ningrum hari ini.“S-sus ,,, p-pasien wanita y...”“Rendy,” seru Ningrum.Rendy menoleh ke arah sumber suara itu. Ia membeku, melihat ada noda darah di pakaian Mamanya.“M-Mama?” gumam Rendy.Ningrum mendekati Rendy. Meraih tangan putranya yang tampak gemetar.“Ayo ikut Mama.”Langkah Rendy begitu kaku. Hingga Ningrum menghentikan langkahnya. Wanita paruh baya itu membisikkan sesuatu yang membuat Rendy semakin tertegun.*Rendy masih setia duduk di samping brankar Melissa. Ia tak mengalihkan pandangannya walau hanya sekejap. Tangannya menggenggam lembut telapak tangan gadis itu.“Eugh ...”Lenguhan halus Melissa membuat Rendy bangkit. Ia tampak memper
TringMas Rendy Malam ini Mas nggak bisa peluk kamu Pesan lebay Rendy dengan beberapa emot sedih membuat gadis yang berbaring di kamarnya, menjadi terkikik geli.#Mas Rendy Besok kan bisa peluk Lissa-nya Wajah Melissa merona.Tring Mas Rendy Kelamaan!Maunya sekarang !Atau Mas kesitu sekarang ya?Gadis itu membelalakkan mata tak percaya membaca sederet pesan tunangannya.#Mas Rendy Please Mas! Jangan lebay dehSabar ya, tiga minggu lagi
“Gue pikir Lo nggak masuk lagi.” Bisik Mita lirih.Melissa memalingkan wajah ke arah sahabatnya yang kini berbisik padanya. “Fokus dulu deh, Mit. Nanti Lo dihukum sama Pak Wira.”Sepertinya bisik-bisik antara Melissa dan Mita tertangkap jelas di telinga dosen yang kini sedang mengajar dikelas mereka. Dosen yang kini menjelaskan gambar di layar proyektor itu pun beralih menatap ke arah Melissa yang tampak cantik dan bersinar.Deheman dari para mahasiswi dan mahasiswa menyadarkan keterpanaan sang Dosen yang tiba-tiba terdiam saat memandang ke arah Melissa. Mereka bukannya tahu kalau Dosen yang bernama Wira Utama, sering memperhatikan gadis yang kini tampak fokus menatap layar proyektor di depan.“Saudari Melissa dan Tiffani ada yang mau ditanyakan?” celetuk Wira Utama tiba-tiba.Para mahasiswa yang berada disana mengalihkan pandangan ke arah Melissa dan Mita yang duduk bersebelahan di bangku nomer tiga dari depan.
“Bagaimana Dokter?” Tanya Ningrum panik.Dokter pribadi yang baru saja memeriksa keadaan Melissa itu menjelaskan keadaan gadis yang kini masih terlelap.“Gadis ini mempunyai trauma yang cukup berat, Bu. Kalau saya melihat, Ibu bisa membawanya konsultasi ke Ahli Psikologi.” Kata Dokter bernama Lena.“A-apa sangat parah, Dok?” Tanya Ningrum panik.Dokter Lena tersenyum. “Menurut diagnosa saya, ini cukup mengkhawatirkan, Bu. Apalagi kalau tanpa pengawasan. Karena pasien seperti ini akan tiba-tiba pingsan jika dalam keadaan terguncang. Apakah ia sering mengalami hal seperti ini?”“Ah,, saya mendapati beberapa kali, Dok. Dia memang akan histeris dan langsung terlelap kemudian. Saya juga kurang tahu penyebabnya apa.” Jawab Ningrum jujur.“Mungkin dia pernah punya pengalaman yang membuatnya tertekan. Sehingga saat ia mengingat atau menemui hal yang membuatnya terpuruk, ia akan