Share

Part 13

Malam ini Melissa merasa begitu kesepian. Beberapa hari ini biasanya ada Riko yang selalu mengganggu saat ia di rumah.

Tring

>>Kak Riko

Adekku yang cantik dan baik hati lagi ngapain?

Rindu sama Kakak nggak?

Hihihi

Melissa tertawa membaca pesan konyol dari Kakaknya. Ia pun berniat membalas pesan itu.

//Me 

Lissa lagi di kamar,

Habis ngerjain tugas, sekarang lagi rebahan

Kakak makin lama makin narsis ih,,,

Bukan Riko namanya kalau gak menggoda Melissa. Dirinya akan melancarkan seribu jurus hanya untuk membuat adik manisnya itu terdiam tanpa bisa mendebatnya.

>>Kak Riko

Hmm ,,, Kakak tau diri

Sekarang ini yang di kangenin kan cuma Rendy doang

Ciye ,,, ciye ,,, udah kangen-kangenan mulu

Hihihihi

Ntar aku bilangin ke Ayah baru tau rasa

Melissa geram. Ia mudah sekali tersulut emosi jika berhubungan dengan kejahilan Kakaknya itu.

//Me 

Awas aja Kakak ngaduin aku ke Ayah!

Kalau Kakak lupa, Lissa juga tahu rahasia Kakak

Wleeee ,,,

Melissa menambahkan beberapa emot yang terkesan mengejek Riko. Ia pun terbahak-bahak membayangkan wajah kecut Kakaknya saat membaca balasan pesannya.

>>Kak Riko

Anak ini !!!

Asal kamu tahu. Kasus ciuman kamu akan lebih membuat Ayah marah daripada kasus Kakak!

Dan sekedar info buat kamu, hihihi

Rahasia yang kamu tau itu, Kakak sudah pernah cerita ke Ayah.

Jadi ...

Yang harus hati-hati itu ya kamu

Hahahahaha

Ini lucu sekali

Hahahahaha

Wajah Melissa merah padam, merasa malu saat kembali diingatkan tentang ciuman itu.

//Me 

Itu terus yang dibahas, huh

Lissa males kalau Kakak bahas itu terus

Melissa menambahkan beberapa emot sinis pada pesan balasannya. Membuat Riko di seberang sana tertawa terbahak-bahak. Dirinya merasa puas bisa menjahili adik manisnya itu. Ia yakin Melissa kesal padanya. Untuk itu ia pun mendial panggilan kepadanya.

>> “Hallo adik Kakak yang cantik?” Riko mengubah nada suaranya menjadi lebih lembut

Melissa memutar bola mata malas. “Hallo Kakaknya Lissa yang narsis?” Jawab Melissa dengan nada ketus

>>Riko menahan tawanya, ternyata adik manisnya benar-benar kesal padanya. “Maafin Kakak.” Ucap Riko singkat.

“Hmm,” Melissa hanya bergumam lirih, tapi bisa ditangkap jelas oleh Riko di sana. Riko tahu bahwa gadis itu sedang berada dalam kegelisahan.

>> “Kamu baik-baik saja kan?” 

Melissa tertegun. Di benaknya ia memikirkan banyak kemungkinan. Dan salah satunya membuat tubuhnya menegang dan gemetar. Tak kunjung mendapat jawaban, Riko menghela nafas dalam-dalam.

>> “Lissa ,,,?” lirih Riko.

Bibir Melissa bergetar, Bulir-bulir air mata yang menggenang pun jatuh perlahan tanpa bisa dicegah.

“K-kak?” suara Melissa menjadi parau dan menyayat hati

>> “Kenapa? Mau cerita sama Kakak?” Tanya Riko lembut.

“L-Lissa ,,,” gadis itu tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia terisak dalam kesedihan dan ketakutan.

>> “Ya sudah. Lissa istirahat ya? Besok kalau sudah lebih tenang bisa cerita ke Kakak.”

“I-iya K-kak.” Jawab Melissa terbata.

>> “Inget pesen Kakak. Jangan melakukan hal-hal bodoh yang melukai diri kamu sendiri, Ayah, Bunda dan Kakak. Hmm?” ucap Riko pelan dan lembut.

“L-Lissa tahu. L-Lissa nggak a-akan be-begitu lagi.”

>> “Kakak tutup ya. Jangan lupa cuci mukanya biar lebih tenang. Dan ... Jangan menangis! Kita semua akan melindungi kamu dan menyayangi kamu.” Riko mematikan panggilan ponselnya.

Mendengar nasihat Kakaknya, Melissa semakin terisak. Tapi ia pun menuruti kata-kata Kakaknya. Ia beranjak ke kamar mandi hanya untuk mencuci wajah sembabnya.

Aku tidak boleh menangis hanya karena dia

Aku tidak boleh mengecewakan Ayah, Bunda  dan Kakak

Aku tidak boleh lemah

Aku pasti kuat

Aku memiliki punya banyak kasih sayang

Apalagi ada perasaan yang harus aku jaga

Aku tidak ingin mengecewakannya

Batin Melissa

Setelah lebih tenang, ia masuk kembali ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya yang terasa lelah dan mengantuk. Perlahan kesadarannya pun memudar. Ia terbawa ke alam mimpi.

*

Tok ... tok ... tok

“Lissa?”

Ceklek ...

“Pagi Bunda.” Gadis itu berhambur memeluk Sukma.

Sukma tersenyum, mengelus punggung putrinya. “Ayo sarapan! Rendy dan Ayah sudah menunggu di meja makan.”

Ucapan Sukma membuat gadis itu menegang. Dan itu sukses membuat kekehan dari Bundanya.

“Sudah siap kan?” goda Sukma.

Wajah Melissa memerah. “L-Lissa ambil tas dulu ya, Bun? Bu-Bunda  boleh kesana dulu. L-Lissa nanti nyusul.”

Sukma pun tertawa pelan. Belum pernah ia mendapati putrinya seperti itu. “OK! Jangan lama-lama!” Sukma mengerlingkan matanya untuk menggoda putrinya itu. Dan berhasil. Wajah Melissa semakin memerah. Sukma pun geleng-geleng, merasa geli .

*

Rendy mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Beberapa kali ia melirik Melissa yang terdiam.

Dua puluh menit kemudian mobil Rendy memasuki parkiran. Hari ini ia tidak memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Ia memilih tempat lain. Dan itu membuat Melissa mengernyitkan dahinya.

Setelah mobil berhenti, Melissa dengan cepat melepas seatbelt dan berniat segera keluar. Tapi tarikan lembut tangan Rendy menghentikan pergerakannya.

Melissa menghentikan pergerakannya dan duduk kembali dengan benar. Ia meneguk ludah. Firasatnya mengatakan ‘sesuatu yang tidak bagus’.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Rendy lembut.

Seperti dejavu, Melissa menoleh ke arah Rendy. Mendapati cowok itu menatapya lembut membuat hati gadis itu terhenyak. Ia ingin berkata, namun merasa sulit menggerakkan bibirnya.

“Kamu boleh mengadu sama aku ,,,” Rendy menjeda perkataannya. Sedangkan gadis itu terkesiap. Ia begitu tegang menantikan lanjutan kata yang akan Rendy ucapkan. “Kalau kamu lagi punya masalah apapun. Aku siap menjadi pendengar setia.” 

Melissa tercekat. Tak mampu menahan gejolak hatinya sejak kemarin. Ia berhambur memeluk Rendy dengan keterbatasan yang ada. Ia menumpahkan tangis yang ia tahan sejak semalam. Rendy menenangkan gadis itu dengan membisikkan kata-kata lembut dan elusan lembut dipunggungnya. Bukannya reda, tangisan pilu itu semakin terdengar menyayat hati.

Rendy bukannya tak tahu, kalau gadisnya sedang menahan diri sejak kemarin. Ia hanya memberi waktu dan membiarkan Melissa yang bercerita sendiri kepadanya. Menunggu dan terus menunggu. Walaupun Rendy paling membenci kata ‘menunggu’, ia menekan ego di dirinya.

“Lissa memang mudah menangis. Apalagi jika dia diingatkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan masa putih abu-abunya. Untuk itu, kita semua tak pernah menyinggung hal-hal itu. Semua kenangan di masa itu kita simpan. Tak ada satupun yang tersisa. Entah itu foto,buku dan perlengkapan dia semasa itu. Ayah dan Bunda mengganti semuanya dengan yang baru. Termasuk dekorasi kamarnya. Semua diganti dengan yang baru. Biarkan dia cerita sendiri ke kamu. Yang penting kamu sudah tahu secara garis besarnya. Kalau kamu desak, anak itu pasti akan membencimu. Berikan dia waktu.” Ucap Riko

Rendy mengingat perkataan calon Kakak iparnya semalam. Ia terus menahan diri untuk bertanya.

“Sudah lebih baik?” Rendy mengusap kedua pipi Melissa yang basah dengan sehelai sapu tangan.

Melissa mengangguk. Ia tak berani menatap kedua mata Rendy. Kalau kemarin ia menangis sampai terlelap, kini ia masih sadar sepenuhnya.

“Kamu mau lanjut masuk atau pulang? Hmm?”

Gadis itu terlihat berfikir. Dengan keadaannya seperti ini pulang adalah pilihan yang kurang baik. Tapi masuk ke kelas juga bukan hal yang mudah. Dalam keresahan hatinya, Rendy lanjut berkata,

“Bagaimana kalau aku ajak kamu ke suatu tempat?” tawar Rendy.

Melissa menatap Rendy sejenak. Bimbang dengan hatinya. Namun tawaran Rendy tampak menjanjikan. Dan ia pun mengangguk pelan. Samar sebenarnya, dan Rendy tahu apa pilihan gadisnya.

Rendy melajukan mobilnya keluar dari area kampus. Dan tujuannya kini adalah pantai yang sering dikunjunginya dulu. Saat ia merasakan hal yang hampir sama dengan yang dialami gadisnya.

*

Semilir angin pantai mampu menyejukkan hati dan pikiran siapa saja yang datang kesana. Di sana kita bisa berteriak melepaskan segala kesedihan di dalam hati. Merelaksasi diri ataupun sekedar ingin bersantai dari tuntutan pekerjaan atau masalah kehidupan.

Seperti halnya Melissa saat ini. Ia terlihat begitu lepas menangis. Melepaskan kesedihan dan kegundahan hatinya. Meneriakkan kata-kata yang selama ini hanya di pendam seorang diri. Rendy memberi waktu kepada dirinya untuk meluapkan semuanya.

Kini keduanya berteduh di bawah pohon yang terletak di sekitar pantai. Beruntung hari ini bukan hari libur, jadi tak banyak pengunjung yang datang di sana.

Saat ini Melissa berada dalam pelukan Rendy. Cowok itu dengan begitu sabar menghibur gadisnya. Ia membisikkan kata-kata yang menenangkan. Membuat gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.

“Sudah lebih baik?” tanya Rendy untuk sekian kali.

Melissa mengangguk dalam pelukan Rendy. Cowok itu tersenyum.

“Mau minum nggak?” tanya Rendy lagi.

Gadis itu menggeleng. Ia semakin mengeratkan pelukannya, membuat Rendy mengulum senyum.

Satu jam berlalu, berada di pelukan Rendy membuat Melissa merasa nyaman. Gadis itu merasakan beban di hatinya seakan sirna.

“Mau pulang sekarang?” tanya Rendy.

“Bentar lagi ya Mas. Lissa masih pengin di sini.” Jawab Melissa.

“Kamu suka pantai?”

Gadis itu mengangguk. “Iya, Lissa suka. Dulu waktu Kak Riko belum pindah ke Bali, Lissa sering di ajak ke pantai. Tapi bukan pantai ini.”

“Pantai di sini sangat sepi saat hari biasa. Tapi akan ramai saat hari libur.” Kata Rendy.

“Kalau hari libur, boleh ajak Lissa ke sini Mas?” tanya Lissa lirih.

“Kalau kamu suka, hari apa pun aku akan bawa kamu ke sini. Gak perlu nunggu libur.” Rendy tersenyum “Wajah kamu makin cantik kalau merah-merah gini.”

Melissa memalingkan wajahnya. Ia teramat malu.

“Mas Rendy gombal.” Gumam Melissa yang masih bisa di dengar oleh Rendy.

“Kok gombal sih. Orang aku ngomong jujur kok. Lihat sini,” Rendy menarik dagu Melissa dan melabuhkan kecupan di bibirnya.

Cup ... cup ... cup ... cup

Kecupan itu tak hanya sekali, tapi berkali-kali. Membuat gadis itu terkesiap.

Kemudian tanpa Rendy duga, Melissa menarik tekuk cowok itu. Memiringkan wajahnya untuk melabuhkan kecupan dalam di bibir Rendy.

Rendy tertegun. Melihat kedua mata Melissa memejam ketika melabuhkan kecupan di bibirnya. Sebelum mata itu membuka, Rendy membalas kecupan itu. Menggerakkan kedua bibirnya untuk melumat bibir Melissa dengan sensual. Menikmati rasa manis yang membuatnya semakin candu. Rendy dengan sengaja menggigit bibir Melissa, saat gadis itu tak kunjung membuka mulutnya.

Melissa memekik pelan. Dan kesempatan itu tak di sia-siakan oleh Rendy. Ia menelusupkan lidahnya masuk ke mulut Melissa. Menuntun gadis itu untuk menggerakkan lidahnya.

Dengan gerakan malu-malu Melissa menerima ajakan tak tersirat Rendy. Gadis itu melumat lidah cowok itu, membuat gejolak dalam tubuh Rendy bangkit. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Semakin lama lumatan keduanya semakin intens dan menggebu. Hingga Melissa yang merasa kehabisan nafas, mendorong pelan dada Rendy. Membuat tautan bibir keduanya terurai. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu tampak terengah-engah, menghirup nafas dalam-dalam guna mengisi pasukan oksigen di paru-parunya.

Melihat bibir Melissa yang mengkilap karena salivanya, membuat Rendy meneguk ludah kasar. Ia tak mampu menahan keinginan untuk kembali menikmati rasa bibir itu.

Dan itulah yang terjadi, Rendy merengkuh tubuh Melissa. Dan pertemuan dua bibir tak terelakkan. Di bawah pohon yang rindang kedua anak manusia itu saling memeluk dan melumat.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rey Anna
Gemes ih😁😁😁
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status