Malam ini Melissa merasa begitu kesepian. Beberapa hari ini biasanya ada Riko yang selalu mengganggu saat ia di rumah.
Tring
>>Kak Riko
Adekku yang cantik dan baik hati lagi ngapain?
Rindu sama Kakak nggak?
Hihihi
Melissa tertawa membaca pesan konyol dari Kakaknya. Ia pun berniat membalas pesan itu.
//Me
Lissa lagi di kamar,
Habis ngerjain tugas, sekarang lagi rebahan
Kakak makin lama makin narsis ih,,,
Bukan Riko namanya kalau gak menggoda Melissa. Dirinya akan melancarkan seribu jurus hanya untuk membuat adik manisnya itu terdiam tanpa bisa mendebatnya.
>>Kak Riko
Hmm ,,, Kakak tau diri
Sekarang ini yang di kangenin kan cuma Rendy doang
Ciye ,,, ciye ,,, udah kangen-kangenan mulu
Hihihihi
Ntar aku bilangin ke Ayah baru tau rasa
Melissa geram. Ia mudah sekali tersulut emosi jika berhubungan dengan kejahilan Kakaknya itu.
//Me
Awas aja Kakak ngaduin aku ke Ayah!
Kalau Kakak lupa, Lissa juga tahu rahasia Kakak
Wleeee ,,,
Melissa menambahkan beberapa emot yang terkesan mengejek Riko. Ia pun terbahak-bahak membayangkan wajah kecut Kakaknya saat membaca balasan pesannya.
>>Kak Riko
Anak ini !!!
Asal kamu tahu. Kasus ciuman kamu akan lebih membuat Ayah marah daripada kasus Kakak!
Dan sekedar info buat kamu, hihihi
Rahasia yang kamu tau itu, Kakak sudah pernah cerita ke Ayah.
Jadi ...
Yang harus hati-hati itu ya kamu
Hahahahaha
Ini lucu sekali
Hahahahaha
Wajah Melissa merah padam, merasa malu saat kembali diingatkan tentang ciuman itu.
//Me
Itu terus yang dibahas, huh
Lissa males kalau Kakak bahas itu terus
Melissa menambahkan beberapa emot sinis pada pesan balasannya. Membuat Riko di seberang sana tertawa terbahak-bahak. Dirinya merasa puas bisa menjahili adik manisnya itu. Ia yakin Melissa kesal padanya. Untuk itu ia pun mendial panggilan kepadanya.
>> “Hallo adik Kakak yang cantik?” Riko mengubah nada suaranya menjadi lebih lembut
Melissa memutar bola mata malas. “Hallo Kakaknya Lissa yang narsis?” Jawab Melissa dengan nada ketus
>>Riko menahan tawanya, ternyata adik manisnya benar-benar kesal padanya. “Maafin Kakak.” Ucap Riko singkat.
“Hmm,” Melissa hanya bergumam lirih, tapi bisa ditangkap jelas oleh Riko di sana. Riko tahu bahwa gadis itu sedang berada dalam kegelisahan.
>> “Kamu baik-baik saja kan?”
Melissa tertegun. Di benaknya ia memikirkan banyak kemungkinan. Dan salah satunya membuat tubuhnya menegang dan gemetar. Tak kunjung mendapat jawaban, Riko menghela nafas dalam-dalam.
>> “Lissa ,,,?” lirih Riko.
Bibir Melissa bergetar, Bulir-bulir air mata yang menggenang pun jatuh perlahan tanpa bisa dicegah.
“K-kak?” suara Melissa menjadi parau dan menyayat hati
>> “Kenapa? Mau cerita sama Kakak?” Tanya Riko lembut.
“L-Lissa ,,,” gadis itu tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia terisak dalam kesedihan dan ketakutan.
>> “Ya sudah. Lissa istirahat ya? Besok kalau sudah lebih tenang bisa cerita ke Kakak.”
“I-iya K-kak.” Jawab Melissa terbata.
>> “Inget pesen Kakak. Jangan melakukan hal-hal bodoh yang melukai diri kamu sendiri, Ayah, Bunda dan Kakak. Hmm?” ucap Riko pelan dan lembut.
“L-Lissa tahu. L-Lissa nggak a-akan be-begitu lagi.”
>> “Kakak tutup ya. Jangan lupa cuci mukanya biar lebih tenang. Dan ... Jangan menangis! Kita semua akan melindungi kamu dan menyayangi kamu.” Riko mematikan panggilan ponselnya.
Mendengar nasihat Kakaknya, Melissa semakin terisak. Tapi ia pun menuruti kata-kata Kakaknya. Ia beranjak ke kamar mandi hanya untuk mencuci wajah sembabnya.
Aku tidak boleh menangis hanya karena dia
Aku tidak boleh mengecewakan Ayah, Bunda dan Kakak
Aku tidak boleh lemah
Aku pasti kuat
Aku memiliki punya banyak kasih sayang
Apalagi ada perasaan yang harus aku jaga
Aku tidak ingin mengecewakannya
Batin Melissa
Setelah lebih tenang, ia masuk kembali ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya yang terasa lelah dan mengantuk. Perlahan kesadarannya pun memudar. Ia terbawa ke alam mimpi.
*
Tok ... tok ... tok
“Lissa?”
Ceklek ...
“Pagi Bunda.” Gadis itu berhambur memeluk Sukma.
Sukma tersenyum, mengelus punggung putrinya. “Ayo sarapan! Rendy dan Ayah sudah menunggu di meja makan.”
Ucapan Sukma membuat gadis itu menegang. Dan itu sukses membuat kekehan dari Bundanya.
“Sudah siap kan?” goda Sukma.
Wajah Melissa memerah. “L-Lissa ambil tas dulu ya, Bun? Bu-Bunda boleh kesana dulu. L-Lissa nanti nyusul.”
Sukma pun tertawa pelan. Belum pernah ia mendapati putrinya seperti itu. “OK! Jangan lama-lama!” Sukma mengerlingkan matanya untuk menggoda putrinya itu. Dan berhasil. Wajah Melissa semakin memerah. Sukma pun geleng-geleng, merasa geli .
*
Rendy mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Beberapa kali ia melirik Melissa yang terdiam.
Dua puluh menit kemudian mobil Rendy memasuki parkiran. Hari ini ia tidak memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Ia memilih tempat lain. Dan itu membuat Melissa mengernyitkan dahinya.
Setelah mobil berhenti, Melissa dengan cepat melepas seatbelt dan berniat segera keluar. Tapi tarikan lembut tangan Rendy menghentikan pergerakannya.
Melissa menghentikan pergerakannya dan duduk kembali dengan benar. Ia meneguk ludah. Firasatnya mengatakan ‘sesuatu yang tidak bagus’.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Rendy lembut.
Seperti dejavu, Melissa menoleh ke arah Rendy. Mendapati cowok itu menatapya lembut membuat hati gadis itu terhenyak. Ia ingin berkata, namun merasa sulit menggerakkan bibirnya.
“Kamu boleh mengadu sama aku ,,,” Rendy menjeda perkataannya. Sedangkan gadis itu terkesiap. Ia begitu tegang menantikan lanjutan kata yang akan Rendy ucapkan. “Kalau kamu lagi punya masalah apapun. Aku siap menjadi pendengar setia.”
Melissa tercekat. Tak mampu menahan gejolak hatinya sejak kemarin. Ia berhambur memeluk Rendy dengan keterbatasan yang ada. Ia menumpahkan tangis yang ia tahan sejak semalam. Rendy menenangkan gadis itu dengan membisikkan kata-kata lembut dan elusan lembut dipunggungnya. Bukannya reda, tangisan pilu itu semakin terdengar menyayat hati.
Rendy bukannya tak tahu, kalau gadisnya sedang menahan diri sejak kemarin. Ia hanya memberi waktu dan membiarkan Melissa yang bercerita sendiri kepadanya. Menunggu dan terus menunggu. Walaupun Rendy paling membenci kata ‘menunggu’, ia menekan ego di dirinya.
“Lissa memang mudah menangis. Apalagi jika dia diingatkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan masa putih abu-abunya. Untuk itu, kita semua tak pernah menyinggung hal-hal itu. Semua kenangan di masa itu kita simpan. Tak ada satupun yang tersisa. Entah itu foto,buku dan perlengkapan dia semasa itu. Ayah dan Bunda mengganti semuanya dengan yang baru. Termasuk dekorasi kamarnya. Semua diganti dengan yang baru. Biarkan dia cerita sendiri ke kamu. Yang penting kamu sudah tahu secara garis besarnya. Kalau kamu desak, anak itu pasti akan membencimu. Berikan dia waktu.” Ucap Riko
Rendy mengingat perkataan calon Kakak iparnya semalam. Ia terus menahan diri untuk bertanya.
“Sudah lebih baik?” Rendy mengusap kedua pipi Melissa yang basah dengan sehelai sapu tangan.
Melissa mengangguk. Ia tak berani menatap kedua mata Rendy. Kalau kemarin ia menangis sampai terlelap, kini ia masih sadar sepenuhnya.
“Kamu mau lanjut masuk atau pulang? Hmm?”
Gadis itu terlihat berfikir. Dengan keadaannya seperti ini pulang adalah pilihan yang kurang baik. Tapi masuk ke kelas juga bukan hal yang mudah. Dalam keresahan hatinya, Rendy lanjut berkata,
“Bagaimana kalau aku ajak kamu ke suatu tempat?” tawar Rendy.
Melissa menatap Rendy sejenak. Bimbang dengan hatinya. Namun tawaran Rendy tampak menjanjikan. Dan ia pun mengangguk pelan. Samar sebenarnya, dan Rendy tahu apa pilihan gadisnya.
Rendy melajukan mobilnya keluar dari area kampus. Dan tujuannya kini adalah pantai yang sering dikunjunginya dulu. Saat ia merasakan hal yang hampir sama dengan yang dialami gadisnya.
*
Semilir angin pantai mampu menyejukkan hati dan pikiran siapa saja yang datang kesana. Di sana kita bisa berteriak melepaskan segala kesedihan di dalam hati. Merelaksasi diri ataupun sekedar ingin bersantai dari tuntutan pekerjaan atau masalah kehidupan.
Seperti halnya Melissa saat ini. Ia terlihat begitu lepas menangis. Melepaskan kesedihan dan kegundahan hatinya. Meneriakkan kata-kata yang selama ini hanya di pendam seorang diri. Rendy memberi waktu kepada dirinya untuk meluapkan semuanya.
Kini keduanya berteduh di bawah pohon yang terletak di sekitar pantai. Beruntung hari ini bukan hari libur, jadi tak banyak pengunjung yang datang di sana.
Saat ini Melissa berada dalam pelukan Rendy. Cowok itu dengan begitu sabar menghibur gadisnya. Ia membisikkan kata-kata yang menenangkan. Membuat gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.
“Sudah lebih baik?” tanya Rendy untuk sekian kali.
Melissa mengangguk dalam pelukan Rendy. Cowok itu tersenyum.
“Mau minum nggak?” tanya Rendy lagi.
Gadis itu menggeleng. Ia semakin mengeratkan pelukannya, membuat Rendy mengulum senyum.
Satu jam berlalu, berada di pelukan Rendy membuat Melissa merasa nyaman. Gadis itu merasakan beban di hatinya seakan sirna.
“Mau pulang sekarang?” tanya Rendy.
“Bentar lagi ya Mas. Lissa masih pengin di sini.” Jawab Melissa.
“Kamu suka pantai?”
Gadis itu mengangguk. “Iya, Lissa suka. Dulu waktu Kak Riko belum pindah ke Bali, Lissa sering di ajak ke pantai. Tapi bukan pantai ini.”
“Pantai di sini sangat sepi saat hari biasa. Tapi akan ramai saat hari libur.” Kata Rendy.
“Kalau hari libur, boleh ajak Lissa ke sini Mas?” tanya Lissa lirih.
“Kalau kamu suka, hari apa pun aku akan bawa kamu ke sini. Gak perlu nunggu libur.” Rendy tersenyum “Wajah kamu makin cantik kalau merah-merah gini.”
Melissa memalingkan wajahnya. Ia teramat malu.
“Mas Rendy gombal.” Gumam Melissa yang masih bisa di dengar oleh Rendy.
“Kok gombal sih. Orang aku ngomong jujur kok. Lihat sini,” Rendy menarik dagu Melissa dan melabuhkan kecupan di bibirnya.
Cup ... cup ... cup ... cup
Kecupan itu tak hanya sekali, tapi berkali-kali. Membuat gadis itu terkesiap.
Kemudian tanpa Rendy duga, Melissa menarik tekuk cowok itu. Memiringkan wajahnya untuk melabuhkan kecupan dalam di bibir Rendy.
Rendy tertegun. Melihat kedua mata Melissa memejam ketika melabuhkan kecupan di bibirnya. Sebelum mata itu membuka, Rendy membalas kecupan itu. Menggerakkan kedua bibirnya untuk melumat bibir Melissa dengan sensual. Menikmati rasa manis yang membuatnya semakin candu. Rendy dengan sengaja menggigit bibir Melissa, saat gadis itu tak kunjung membuka mulutnya.
Melissa memekik pelan. Dan kesempatan itu tak di sia-siakan oleh Rendy. Ia menelusupkan lidahnya masuk ke mulut Melissa. Menuntun gadis itu untuk menggerakkan lidahnya.
Dengan gerakan malu-malu Melissa menerima ajakan tak tersirat Rendy. Gadis itu melumat lidah cowok itu, membuat gejolak dalam tubuh Rendy bangkit. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Semakin lama lumatan keduanya semakin intens dan menggebu. Hingga Melissa yang merasa kehabisan nafas, mendorong pelan dada Rendy. Membuat tautan bibir keduanya terurai. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu tampak terengah-engah, menghirup nafas dalam-dalam guna mengisi pasukan oksigen di paru-parunya.
Melihat bibir Melissa yang mengkilap karena salivanya, membuat Rendy meneguk ludah kasar. Ia tak mampu menahan keinginan untuk kembali menikmati rasa bibir itu.
Dan itulah yang terjadi, Rendy merengkuh tubuh Melissa. Dan pertemuan dua bibir tak terelakkan. Di bawah pohon yang rindang kedua anak manusia itu saling memeluk dan melumat.
“Mas, Lissa udah kebelet nih,” rengek Melissa yang sejak tadi tak dihiraukan oleh Rendy. Beberapa hari ini Rendy mendadak manja kepada Melissa.“Jangan lama-lama, ya?” Melissa mengangguk dengan cepat karena sudah tak tahan. Rendy mengurai pelukannya dan membiarkan Melissa turun dari tempat tidur mereka.“Hati-hati, Sayang,” pesan Rendy yang hanya dibalas gumaman oleh Sang istri.Beberapa hari ini, Rendy merasakan hal-hal aneh yang belum pernah ia rasakan pada kehamilan pertama Melissa. Jika dulu Melissa yang selalu ingin ditemani dan dipeluk, kali ini sebaliknya. Rendy akan uring-uringan jika Melissa sibuk dengan aktivitas hariannya. Termasuk mengurus putra pertama mereka.Rendy bak bayi besar yang suka merajuk tanpa alasan dan jelas. Bahkan makan pun ia minta disuapi, kalau tidak ia akan mogok makan seharian.Perubahan sikap Rendy tentu saja membuat Melissa pusing sekaligus geli. Bagaimana tidak! Rendy yang biasanya tampak cool dan berwibawa tiba-tiba berubah l
Seorang wanita dengan wajah merengut, membawa tiga buah alat tes kehamilan dengan dua garis merah yang terlihat jelas, menuju ruang kerja sang suami di sebelah kamarnya di lantai dasar.Laki-laki yang tadinya sibuk dengan dokumen yang berada di tangannya, tersenyum dan memundurkan kursi kerjanya, untuk menyambut wanita dengan bibir merengut yang baru saja masuk ke sana.Wanita yang tak lain adalah Melissa meletakkan tiga tes kehamilan itu di meja kerja sang suami.Rendy meraih tangan Melissa, dan membuat wanita itu jatuh di pangkuannya.“Mas?!” seru Melissa dengan mata membulat.Rendy terkekeh seraya melirik tes kehamilan yang berada di mejanya. Tangannya terulur meraih ketiga benda itu, dan dalam beberapa detik kemudian kedua matanya membulat dan berkaca-kaca.“S-sayang .... ini?” Rendy menatap Melissa yang masih merengut.Melissa mengangguk. “Lissa hamil, Mas.”Rendy langsung menarik teku
Rendy menyusuri lorong salah satu Rumah Sakit dengan terburu-buru dan mengumpat sesekali. Meeting yang ia perkirakan hanya sebentar, ternyata memakan waktu tiga kali lipat dari seharusnya. Membuatnya harus berlari agar segera tiba di ruang Dokter Kandungan, tempat Sang istri melakukan USG.Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang wanita dengan perut yang membesar, memakai kemeja panjang berwarna biru dan celana bahan hitam khas ibu hamil, baru saja keluar dari ruangan dokter membawa buku pemeriksaan kehamilan.Rendy dengan dada berdebar kencang berjalan menghampiri wanita yang sudah menjadi istrinya sejak sembilan bulan yang lalu.“Hai Sayang?” Rendy meraih buku pemeriksaan dan tas kecil yang dibawa Melissa. “Maaf ya, Mas telat lagi,” ucap Rendy dengan sedikit gugup.“Hm, Lissa mau pulang. Capek!” ucapnya dengan nada ketus dan raut muka tak bersahabat.Rendy hanya mendesah pasrah. Bagaimanapun juga ini
Dua bulan kemudian ....Seorang laki-laki berpakaian formal, kemeja biru dengan jas dan celana bahan senada, sabuk hitam dan dasi biru polkadot, disempurnakan oleh sepatu pantofel dan jam tangan mewah di pergelangan tangan kanannya, telah siap untuk pergi ke kantor. Menjalankan rutinitas yang telah berjalan dalam satu minggu ini.Namun sebelum benar-benar berangkat, ia harus memastikan istrinya untuk bangun dan sarapan. Laki-laki itu tak ingin Sang istri kembali merajuk seperti dua hari yang lalu, dan mengakibatkan dirinya tidak bisa pergi ke mana-mana.“Ayo Sayang, bangun dulu. Mas udah siap mau ke kantor loh,” ucap Rendy dengan nada selembut mungkin sambil merapikan anak rambut Melissa yang berantakan.Melissa mengerjapkan kedua bola matanya untuk melihat ke arah Rendy yang benar-benar sudah rapi. Tiba-tiba perut Melissa bergejolak mencium aroma parfum Rendy yang menguar tajam
“Selamat pagi, Baby.”Laki-laki yang kini telah siap dengan kemeja putih panjang dan celana bahan berwarna hitam, dengan rambut yang tertata rapi dan sepatu pantofel hitam yang membalut kedua kakinya, menghampiri wanita yang masih terlelap dengan tubuh polos, di atas tempat tidur yang berada di kamarnya.Wanita yang lelah akibat percintaan panas dengannya semalam, menggeliat pelan ketika ia merasakan sentuhan lembut di punggungnya.“Mas Rendy sudah mau berangkat?” tanya Melissa dengan parau.“Iya. Hari ini Mas ada bimbingan untuk menyelesaikan skripsi. Mungkin sampai jam tiga sore Mas baru bisa pulang.”Melissa mengerjapkan kedua matanya, ia tersenyum melihat penampilan Rendy yang tampak begitu tampan. “Lissa mau tidur aja hari ini. Mas Rendy hati-hati.”Rendy tersenyum. Laki-laki itu melabuhkan kecupan di bibir Melissa sebelum benar-benar beranjak dari sana. Tak lupa ia menarik selimut untuk m
Warning 21++Melissa menggerakkan kedua bola matanya. Mengerjap berulang kali untuk menyesuaikan cahaya lampu yang menerangi seluruh sudut kamar hotel yang ditempatinya.Setelah percintaan panasnya siang tadi, Melissa langsung terlelap. Mengingat betapa kuatnya Rendy menerobos pertahanannya.Mendapati dirinya masih dalam keadaan polos, Melissa melirik ke kanan kirinya. Berharap ada pakaian yang bisa dipakai. Namun hingga ia duduk terbangun pun tak ada selembar pakaian yang berada di sekitarnya. Begitu juga dengan Sang suami.Melissa memutuskan untuk melilitkan selimut di tubuhnya dari pada berjalan dengan tubuh polos. Ia berniat ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi kandung kemihnya.Tapi saat ia menginjakkan kaki di lantai, ada rasa mengganjal di kewanitaannya. Ingatannya kembali pada kegiatannya dan Rendy siang tadi. Sesuatu yang membuat mereka bermandikan keringat dan bisa terlelap setelahnya. Kedua pipi Melissa meme