My Destiny

My Destiny

Oleh:  AR_Merry  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
47 Peringkat
56Bab
15.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Harap bijak memilih bacaan. Kisah ini mengandung adegan 21++ Melissa Saraswati, berusia dua puluh satu tahun. Seorang mahasiswi semester tiga yang mempunyai trauma dalam menjalin asmara, hingga membuat dirinya masih jomblo sampai saat ini. Kondisi psikisnya sering terguncang apabila mengingat peristiwa yang membuatnya jatuh dan terpuruk pada masa itu. Keputusan perjodohan yang telah direncanakan orang tua Melissa, membuat dirinya harus menerima tanpa syarat. Rendy Arya Pratama, berusia dua puluh tiga tahun. Seorang mahasiswa semester akhir yang terlampau populer dengan predikat 'Playboy', tak bisa membantah saat mendengar rencana pernikahan yang telah disusun oleh Mamanya. Perjalanan kehidupan mereka akan melewati banyak adegan manis dan air mata. Dan takdir manis yang telah disusun untuk mereka akan membawa kebahagiaan bagi semua orang. "Hal yang tidak pernah ingin aku lakukan adalah menyakiti hati kedua orang tuaku. Bagiku, keputusan yang mereka berikan itu, adalah bukti betapa mereka menyayangiku. Aku pernah melakukannya sekali dan aku berjanji untuk tidak mengulanginya lagi." (Mellisa Saraswati) "Mama adalah bidadari dalam hidupku. Apapun yang dikatakannya, tidak pernah aku tolak. Aku pernah salah memilih, dan aku akan menerim pilihan Mama kali ini." (Rendy Arya Pratama)

Lihat lebih banyak
My Destiny Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Elmaulaanaa
masih revisi?
2022-09-27 17:33:37
0
user avatar
Omang Yayuz
Always nangkring di pilihan Editor. Karena ceritanya menarik dan seru banget. Tar lagi nyusul
2021-10-13 12:34:06
1
user avatar
Iswar Hadiani
keren lanjut kak...
2021-09-20 21:17:00
1
user avatar
Mariana Lorenza
Panas panas ya ampun.. kipas mana kipas
2021-09-11 22:16:58
0
user avatar
Herni Purwanti
sampe punya anak dong thor... kembar gitu ...
2021-09-10 09:27:45
0
user avatar
Herni Purwanti
wuiiihhhh... bahagianya.... tinggal nunggu pecah telor
2021-09-09 09:25:11
0
user avatar
Herni Purwanti
jangan di apa-apa in rendinya thor
2021-09-08 07:50:57
0
user avatar
Herni Purwanti
yah... tinggal bahagia malah kecelakaan....
2021-09-07 08:44:37
0
user avatar
Herni Adja
kok, belum update yah
2021-09-04 12:20:26
0
default avatar
taslit90
bagus banget thor nextnya cepat ya
2021-09-03 12:02:57
0
user avatar
Herni Purwanti
semoga.. udah gak ada lagi orang jahat yg mau jahatin lisaa ya thor...
2021-09-03 08:15:33
0
user avatar
Herni Purwanti
semangat Rendy sama lisaa... semoga bahagia
2021-08-30 10:53:19
1
user avatar
Tia Pramesti
Ini ni, kalau ngomongin pernikahan paksa
2021-08-25 18:43:31
0
user avatar
Dee__Ary
Bagus... Semangat terus Kak, salam dari Pernikahan Karena Dendam
2021-08-23 08:22:53
0
user avatar
Rosyidah Kholil
Duh bapernya...
2021-08-18 12:35:49
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
56 Bab
Part 1
Novel ini sedang dalam revisi. Kalian bisa menambahkan dulu ke daftar pustaka.   “Lissa ,,, ingat pesan Ayah. Selesai kuliah kamu harus pulang,” ucap Hasan tegas. “Emang mau ada apa sih, Yah?” tanya Melissa penasaran. “Kamu tidak ingat kata Ayah tempo hari?” Hasan terlihat menggeleng, “Masa masih muda udah pikun sih Sa,” Hasan tersenyum geli. Prankk Sendok di tangan Melissa pun terjatuh ke piring. Melissa teringat pembicaraan Hasan dengan dirinya kemarin, tentang perjodohan yang telah Sang Ayah rencanakan. “A-ayah serius? Lissa kan masih kuliah, Yah?” tanya Melissa dengan nada terbata dan memelas. Hasan menatap putri kesayangannya dengan tatapan tegas. “Ayah sudah bilang 'kan ke kamu dan itu tidak akan bisa berubah.” jawab Hasan, mutlak. "T-tapi Yah?" Hasan mengisyaratkan dengan gelengan kepala yang menandakan ia tak boleh membantah. Melissa Saraswati, merupakan salah satu mahasiswi
Baca selengkapnya
Part 2
Riko menatap takjub ke arah Melissa yang saat ini telah selesai di rias, dan memakai dress batik selutut berwarna merah muda. Polesan make up natural membuatnya terlihat memesona, seperti putri dalam negeri dongeng. Apa tidak berlebihan? Jawabannya adalah tidak, karena penampilan Melissa  saat ini sungguh memesona dari berbagai sisi. Siapa pun yang melihatnya akan terpikat karena aura yang memancarkan dari wajah polosnya.  “Kenapa Kak? Ada yang aneh ya?” tanya Melissa salah tingkah karena diperhatikan Riko sejak tadi. “Enggak kok. Malah Kakak merasa kamu itu sebenernya cantik banget kalau mau dandan kayak gini,” puji Riko, tulus. Pipi Melissa bersemu dan menambah kesan manis. Apalagi senyum manis yang saat ini tersungging di bibirnya, yang membuat Riko tidak tahan ingin memberikan cubitan. Ceklek ... “Sudah siap, Nak?" tanya Sukma seraya menghampiri Melissa.  “Sudah, Bun,” ucap Melissa gugup. “Ya
Baca selengkapnya
Part 3
Melissa mulai menggeliat di balik selimut yang mengubur seluruh tubuhnya. Panggilan alam yang tak bisa ditahan memaksanya bangun dan beranjak meskipun dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, berjalan menuju kamar mandi di sebelah kamarnya. Melissa keluar setelah mencuci tangan. Karena ingin kembali terlelap, ia memutuskan untuk tidak mencuci muka.  Baru saja ia menarik selimut, ponsel miliknya yang berada di atas balas berdering kencang karena setelan alarm yang lupa ia matikan. Lalu kedua matanya membulat saat melihat beberapa notifikasi pesan dari nomor baru. Jarinya bergerak menyentuh notifikasi itu dan hal yang tak pernah ia duga sebelumnya. Isi pesan yang di kirimkan nomer baru itu menimbulkan desiran aneh dalam hatinya. Melissa tak bisa menyimpulkan dengan cepat.  "Ini orang kesambet apa? Pake ngirimin pesan kayak gini lagi! Dia pikir keren gitu? Awas aja kalau ketemu!" gerutu Melissa seraya meletakkan ponselnya asal di naka
Baca selengkapnya
Part 4
Hujan mengguyur kota sejak pukul dua pagi. Melissa yang sejak semalam merasakan pusing, tidak bisa memejamkan mata hingga pagi menyapa. Maka tak heran, pagi ini ia merasa sangat mengantuk. Apalagi ketika alarm di ponselnya berbunyi, ia segera mematikannya dan kembali bergelung di dalam selimut, mengubur seluruh tubuhnya. Sukma yang baru saja selesai membereskan sarapan di meja makan, mengerutkan dahi. Merasa aneh, karena Melissa belum juga bangun.  Ia pun segera mencuci kedua tangannya dan bergegas menuju kamar Melissa untuk mengecek keadaan putrinya.  Tok ... tok ... tok ... “Lissa ,,,” panggil Sukma dari balik pintu. Karena tak mendapat jawaban dari dalam, Sukma memutuskan masuk tanpa memanggil Lissa kembali. Sukma menyibak selimut yang di pakai Melissa. Dengan sigap Sukma mengecek keadaan putri bungsunya. Saat  mendapati bahwa tubuh Melissa menggigil, ia segera membuka laci di nakas, mengambil thermometer untuk  me
Baca selengkapnya
Part 5
“Awwssh ,,, perih Mas.” “Tahan ya, dikit lagi kok.” “Awwssh  ,,, sa-sakit” lirih Melissa dengan mata berkaca-kaca. “Dikit lagi ... aku pelan-pelan, kok. Sabar, ya?” dengan telaten Rendy mengobati luka-luka di wajah Melissa. Begitu juga dengan luka di tangan.  Melissa menahan sekuat tenaga untuk tidak menangis. Rasa perih yang menjalar di kedua pipi sangat sulit untuk di tahan. Meskipun pria itu melakukannya dengan hati-hati.  "Tahan, ya? Dikit lagi selesai," hibur Rendy seraya mengobati luka di tangan Melissa.  "Terima kasih, Mas Rendy," ucap Melissa tulus. "Sama-sama, Sayang," jawab Rendy tanpa sadar. Melissa seketika membulatkan matanya mendengar kata 'sayang' meluncur tanpa beban dari mulut Rendy.  "Selesai," gumam Rendy. "Pasti nanti Ayah dan Bunda heboh melihat keadaan Lissa seperti ini," gumam Melissa yang masih bisa didengar oleh Rendy. "Nanti biar Mas aja yang bil
Baca selengkapnya
Part 6
Pagi ini Melissa tampak tak bersemangat. Wajahnya terlihat murung. Goresan luka di kedua pipinya begitu kentara membuatnya tak percaya diri. Dengan langkah gontai, ia meraih handuk dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya Melissa tampak lebih segar, dengan balutan kemeja lengan panjang berwarna soft blue dan celana jeans panjang. Ia memutuskan memakai masker untuk menutup menutupi luka di kedua pipinya. Beberapa kali menghela nafas dalam-dalam untuk meyakinkan dirinya, bahwa semua akan baik-baik saja.  Tok ... tok ... tok ... Melissa yang telah selesai bersiap, membuka pintu. Ia mendapati Riko tersenyum lebar dan mengusap kedua pipinya pelan. Tiba-tiba saja Melissa menjadi cengeng mendapati perlakuan manis dari Kakaknya. Air mata yang sempat ia tahan, jatuh tanpa permisi, membasahi kedua pipinya. Riko yang paham akan perasaan adiknya, segera menarik Melissa dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Melissa lembut, berh
Baca selengkapnya
Bab 7
Mas Rendy Besok pagi, Mas jemput ya?   Melissa masih betah memandangi pesan dari Rendy, satu jam yang lalu. Wajahnya merah merona. Ingatannya tertarik pada insiden tadi sore.   Flasback   “Ayo Mas antar pulang!”  Melissa merengut. Padahal ia belum ingin pulang. Menyadari perubahan raut wajah gadis itu, Rendy  mengulum senyum. Ia meraih dagu Melissa, mengecup bibir gadis itu sesaat. Membuat si empunya merona. Rendy pun terkekeh pelan. “Mas Rendy godain Lissa mulu ih?!” rajuk Melissa tanpa sadar. “Kenapa cemberut, hm?” tanya Rendy lembut. “Siapa yang cemberut?” Melissa  balik bertanya dengan nada ketus. “Terus, ekspresi kamu yang seperti ini apa namanya dong?” goda Rendy. Merasa tak suka, Melissa beranjak dengan cepat. Tak me
Baca selengkapnya
Part 8
Semenjak kembali dari kantin kampus, Melissa lebih sering melamun. Mata perkuliahan hari ini pun tak ada yang masuk di otaknya. Mita yang tak sengaja menyinggung tentang masa itu semakin merasa bersalah. “Kamu sakit?” Tanya Rendy. Tak kunjung mendapat jawaban, Rendy menoleh ke arah Melissa. Dahinya mengernyit, pasalnya gadis itu bukan hanya tak mendengar apa yang ia ucapkan. Tapi, tanpa sadar ia menggigit jari-jarinya. Perasaan Rendy menjadi tak enak. Ia menepikan mobil di jalan yang sekiranya agak sepi. Ia mencoba menunggu, hingga Melissa tersadar. Namun, nihil. Gadis itu tak bergeming. Rendy menatapnya cemas. Ia berinisiatif meraih jari Melissa yang saat ini sudah terluka. Menepuk pipinya pelan, agar ia sadar dari lamunannya. Melissa menoleh. Kedua matanya memerah, mengisyaratkan kerapuhan yang dalam. Tanpa berkata, Rendy melepas seatbelt Melissa. Dan meraih gadis itu dalam pelukannya. Seperti mendapat sandaran hati, Melissa menumpah
Baca selengkapnya
Part 9
Rendy membelokkan mobilnya masuk ke tempat parkir. Ia bergegas turun dan masuk ke rumah. Tujuannya mencari keberadaan kedua orang tuanya. Ia menuju ke ruang menonton. Dan tepat sekali, kedua orang tuanya sedang bercengkerama di sana. “Pa, Ma. Ada yang mau Rendy bicarakan.” Ucap Rendy dengan nada serius. Kedua orang tuanya pun bertatapan sekilas. Lalu Ningrum lah yang pertama kali mengeluarkan suara. “Ada apa?” Tanya Ningrum lembut. “Aku mau pernikahan ini dipercepat.” Jawab Rendy singkat. Ningrum membelalakkan matanya. Terkejut? Tentu saja. Ia tak pernah mendapati putranya yang seperti ini. “K-Kamu serius, Nak? K-kamu nggak lagi bercanda kan?” Tanya Ningrum terbata. “Rendy serius Ma, Pa.” Joni tersenyum penuh arti dan Ningrum masih terdiam. “Rendy sudah berdiskusi dengan Ayah. Dan beliau meminta Rendy bilang ke Papa dan Mama dulu.” Tambahnya. “J-jadi beneran?” Kedua mata Ningrum berkaca-kaca. Ia meraih s
Baca selengkapnya
Part 10
“Bagaimana? Suka nggak dengan gaunnya?” Tanya Rendy lembut. Gadis itu tersenyum malu-malu. “Suka Mas.” Merasa gemas dengan tingkah malu-malu Melissa, Rendy memeluk erat gadis itu dari belakang. Sejak lamaran mendadak semalam, perasaannya ke gadis itu semakin menggila. Seakan tak mau berpisah walau hanya sebentar. “Malu Mas.” Melissa menggeliat. Mencoba meregangkan pelukan erat calon suaminya itu. Tapi sia-sia. Pelukan itu semakin erat. Rendy terkekeh. Ia tak menghiraukan rengekan Melissa. “Yakin mau yang itu aja?” Tanya Rendy ke sekian kali. “Yakin Mas. Udah ah, kita ditungguin Mama loh.” “Ya udah. Ayok.” Rendy menautkan jemari tangannya ke jemari Melissa. Mereka saling bergandengan dan melempar senyum sebelum keluar dari Butik tersebut. Tak jauh dari posisi mereka, sepasang mata tajam tak mengalihkan pandangan sejak ia melihat interaksi keduanya. * “Gimana? Suka sama makanannya?” Ningrum tak sabaran. Me
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status