Irin membuka matanya, dan ia mengusap matanya pelan. Ia mengedarkan pandangan, ia tak tahu ini di mana.
Ceklek
Suara pintu terbuka, dan ternyata itu adalah Dante.
Irin memalingkan wajahnya, ia melihat Dante keluar dari ruang yang ia yakini adalah kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya.
"Sayang, kau sudah bangun?" Tanya Dante saat melihat Irin sudah terbangun.
Dante pun berjalan mendekati Irin, ia duduk di hadapan Irin.
Jantung Irin berdegup lebih kencang. Ia merasa gugup, ia menyukainya. Menyukai Dante yang berpenampilan seperti di hadapannya seperti dulu.
Irin merasa terpesona dengan Dante.
Lalu, Dante pun mengusap lembut pipi Irin.
"Kau tahu, saat kau tak sadarkan diri sejak pagi tadi, aku benar-benar merasa
…Dante(POV)Aku tak menyangka, jika Irin ternyata masih peduli padaku. Aku terus menahan senyum sepanjang hari ini. Aku memandang wajah lelap istriku. Ya, Irin masih sah menjadi istriku, tak ingin aku kehilangan dia. Aku sangat menyesal, ya berkali-kali aku mengatakan jika aku sangat menyesal. Aku mencintainya, sangat… aku tidak akan menutupinya lagi, inilah kejujuranku, aku masih sangat mencintainya.Aku taka pa, jika saat ini Irin masih tak ingin memaafkanku, yang terpenting aku sudah tahu, jika dia masih mencintaiku. Aku menyingkirkan anak rambut yang mengganggu pemandangan di hadapanku, rambut nakal yang menutupi wajah cantiknya.Aku mengusap pipinya, menatapnya lembut. Kau adalah perempuan yang kuat, kau bertahan untukku, kau membenci, dan mencintaiku secara bersamaan.“Aku mencintaimu,” lirihku tepat di telinganya.Aku terkekeh saat melihatnya menggeliat karena aku mengganggu tidurnya. Aku pun kem
…Telapak tangan Irin benar-benar memerah, bahkan ia merasakan sakit saat ia akan memakan makanan yang sudah ada di depan matanya.Dante pun menyadari itu, ia pun berpindah posisi duduk untuk lebih dekat lagi dengan Irin."Aku yang akan menyuapimu, geserlah sedikit," ujar Dante memerintah Irin untuk mendekat.Irin pun hanya diam, tak peduli dengan ucapan Dante. Namun, Dante pun mengangguk, dan menggeser posisi duduknya di sebelah Irin.Irin terdiam, saat Dante mulai meraih sendoknya, dan siap menyuapkan sesendok makanan untuknya."Ayo, sayang… buka mulutmu," wajah Irin memerah mendengar ucapan Dante yang terdengar sangat lembut.Irin pun terdiam sejenak, lalu ia membuka mulutnya. Ia menerima suapan pertama dari Dante. Jantungnya berdegup kencang, bahkan… mungkin Dante mendengar suara degup jantungnya karena berdetak k
…Malam ini, Dante dan Irin sudah siap, Dante dengan set lan jas berwarna hitam, dan juga Irin memakai dress berwarna merah.Irin terlihat sangat cantik, dan menggoda.Sesungguhnya, Dante ingin melarang Irin untuk memakai dress itu, namun ia tak ingin Irin semakin marah padanya.Dante benar-benar sangat takjub melihat kecantikan Irin, ia tak ingin Irin diincar oleh laki-laki lain, nantinya.Dante menatap Irin yang masih duduk di kursi rias, ia masih memoles make up.Sebenarnya, tak memakai make up pun Irin sudah terlihat sangat cantik.
WARNING!!!DI BAWAH UMUR TOLONG MENJAUH YA……Dante membawa Irin pulang, ia melihat Irin yang terlihat seperti sudah tidak tahan.Berbeda dengannya, ia masih bisa menahan, atau mungkin obat itu bum bereaksi sepenuhnya.Sesampainya mereka di rumah, Dante terpekik saat tiba-tiba Irin berbalik badan, dan langsung menempelkan bibir kenyalnya di bibir Dante.Dante pun tak menolak, dia dengan senang hati membalas ciuman istrinya.Dante benar-benar semakin bergairah, tubuh mereka terasa panas. 
Dante melihat Irin yang tiba-tiba sedang memasak di dapur. Dante memeluk Irin dari belakang, lalu mengecup bahunya dengan lembut."Kamu tumben mau ke dapur, yang." Ujar Dante dengan lembut"Masalah buat kamu?" Jawab Irin dengan sinis.Dante pun tersenyum, ia senang melihat istrinya yang seperti ini.Irin sudah perlahan menerima keadaan ini.Irin membalik telur dadar buatannya."Disini nggak ada bahan makanan selain telur sama mie instan. Aku nggak mau makan itu,"Dante pun tersenyum lebar. Ia semakin merasakan perubahan dalam diri Irin. Setelah kejadian malam itu, Irin pun sering merasa malu di depan Dante.Padahal, Dante sudah sering melihat semuanya dulu.Meskipun, Dante tahu, jika tubuh Irin tak semulus dulu.Namun, Dante tak akan mempermasalahkan itu. Dante tetap men
Flashback...Terlihat ponsel, berdering.Lalu dengan cepat seseorang mengambil ponsel tersebut lalu mengangkatnya, ternyata itu adalah Dante.Terdengar Dante, berbicara dengan orang yang menghubungi ponselnya dengan berkata,Apa, benarkah...Kapankah acara reuni tersebut…Di Gedung biasa...Baiklah aku, akan datang nanti…Terima kasih, kawan atas informasinya…Ya, baiklah sampai bertemu lagi disana...
Kembali masih dengan Dante, tampak masih mengintrogasi kedua orang tersebut. Terdengar kedua orang itu bertanya kepada Dante, "Apakah kami sudah boleh pergi, Dante?" Tanya siswa pria bertopi, "Baiklah, kali ini aku maafkan perbuatan kalian berdua. Namun, jika nanti aku kembali melihat kalian melakukan hal seperti ini! maka aku tidak akan segan untuk mematahkan tangan kalian berdua, Ingatlah itu! Satu lagi katakan kepada Bosmu, jangan pernah berani ganggu pacarku lagi jika tidak ingin aku kirim dia ke dalam rumah sakit lagi! Sampaikanlah pesanku ini!" Ungkap Dante dengan nada mengancam. "Iya... iya… kami tidak akan berani mengganggu pacarmu lagi, Dante." Jawab siswa pria bertopi,
Bab 37.Tampak Dante dan Dessy, kini sudah berada diluar sekolah.Terdengar Dessy berkata kepada Dante,"Kamu mau membawaku kemana, Dante? Sekarang masih jam sekolah." Tanya Dessy tampak cemas terlihat dari wajahnya,"Tenanglah, Dessy. Aku akan membawamu ke suatu tempat yang bagus." Jawab Dante dengan tersenyum kepada Dessy yang tampak sebaliknya,Dessy merasa cemas dan takut kepada Dante. Lalu tiba tiba saja Dessy, menampar Dante."Praak!" Suara tamparan Dessy yang tiba tiba saja melayang wajah pipinya Dante."Untuk apa tamparan ini, Dessy?" Tanya Dante, tampak merasa bingung dan kaget."Apa yang ingin kamu lakukan, Dante? Ini adalah jam sekolah. Kedua orang tuaku menyekolahkan aku agar aku menjadi orang sukses. Kini dengan enaknya kamu bicara, mau mengajak aku ke tempat bagus! Apa tidak ada hari dan jam lain, selain hari da