Share

BAB II Rotterdam [ Belanda ]

Jarum jam menunjukkan angka 02.24 dinihari saat ini, setelah melakukan penerbangan enam jam yang lalu tepat pukul 07.24 tadi pagi dari Jakarta. Saat ini Nata tengah berada di bandara Internasional Schiphol Amsterdam tanpa membuang waktu sesuai petunjuk dan instruksi yang ia kumpulkan dari Jakarta sebelumnya, Nata melangkahkan kakinya menuju tempat registrasi untuk penerbangan selanjutnya menuju Rotterdam.

Nata lega, tidak butuh waktu lama baginya untuk melakukan registrasi. Saat berbalik tanpa ia sadari ternyata ada yang antri dibelakangnya, Nata tidak sengaja menginjak kaki pria dengan setelan jaket Hoodie kualitas ori dan celana jeans yang pria itu kenakan. Tubuh Nata tertahan dan hampir terjungkal ke belakang akibat posisinya yang berbalik mendadak tadi. Pria itu menarik tangannya agar tak jatuh.

"Sorry meneer, dat was niet mijn was bedoeling."= "Maaf tuan, Saya tidak sengaja". Sambil merapikan posisi kaca matanya.

"Ok, geen problem."= "Ok, nggak masalah." Jawab pria itu singkat.

Nata pun segera bergegas dari sana dan duduk di bangku antrian sambil menunggu instruksi penerbangan selanjutnya.

Sementara di kursi antrian paling belakang seorang pemuda tengah kesakitan akibat kakinya yang tidak sengaja terinjak Nata.

"Verdomme, arme meid, ik kan nog steeds geen vier ogen zien huhh."= "Sial, dasar gadis cupu, udah mata empat masih saja nggak lihat orang huhh." Umpat Ibra dari belakang.

Ibrahim Senopati Sagar, sudah dua bulan ini menggantikan posisi ayahnya di perusahaan Sagar Of Rotterdam, dan dialah CEO nya saat ini dan kedepannya. Dia baru saja kembali dari Denhag untuk peninjauan proyek disana. Ayahnya Allard Sagar keturunan Indonesia Belanda dan ibunya issack barend keturunan langsung Belanda. 

Ibra, begitulah dia dipanggil, kedua orang tuanya berusaha menjodohkannya dengan putri rekan bisnis mereka dari perusahaan Royal Vopak yang bernama Else Vopak. Namun Ibra tidak menggubris perjodohan itu sama sekali, padahal Else sangatlah cantik dan seksi, entah kenapa Ibra tidak pernah tertarik dengan gadis itu yang ternyata sudah jatuh cinta padanya semenjak setahun lalu saat acara undangan makan malam di rumahnya. Ibra tipe pria yang suka gonta ganti pasangan, namun untuk cinta dia tidak pernah memikirkan kesana, semua ia lakukan hanyalah untuk bersenang-senang semata, sampai saat ini komitmen untuk menikah masih jauh dipikirannya.

Sepuluh menit kemudian para penumpang dengan tertib menaiki pesawat dan mencari nomor kursi masing-masing. Nata sempat panik, semua kursi hampir penuh dan hanya ada satu nomor lagi yang belum terisi yaitu nomor kursi yang ia miliki, kursi disebelah Ibra. 

"Excusser meneer, dit is mijn stoel." Sambil memperlihatkan nomor kursinya ke Ibra.

"Oh ok, alstublieft." Ibra pun mempersilahkan Nata untuk duduk di sebelahnya.

Pramugari pun memulai instruksinya kepada penumpang untuk segera menggunakan sabuk masing-masing, siapa sangka seorang gadis cupu akan duduk berdampingan dengan sitampan. Ibra.

Ibra kembali mengumpat, pasalnya belum sampai lima menit Nata sudah terlelap dan parahnya kepalanya bersandar manja di dada kekar Ibra. Nata memang sangat kelelahan dan belum ada tidur semenjak pukul lima pagi demi persiapan keberangkatan nya ke Belanda.

"OMG. Hij weer, hij weer, wat een droom die ik gisteravond had om deze vreemde vrouw te ontmoeten."= " OMG, dia lagi-dia lagi, kenapa gue harus jumpa dia lagi.

Ibra hampir menepis gadis itu agar bangun dan memperbaiki posisi duduknya, namun Ibra tidak tega melihat Nata seperti kelelahan akhirnya dia pasrah dan rela membiarkan gadis itu di dada kekarnya. Sambil menarik napas perlahan dan menghembuskannya kembali begitulah yang dilakukan Ibra.

Dia mendengar dengkuran halus Nata dan mencium aroma lembut gadis cupu itu, seakan dia candu dan membiarkannya tetap bersandar didadanya.

Kurang lebih empat puluh lima menit penerbangan Amsterdam - Rotterdam, pesawat pun kembali mendarat sempurna di bandara Rotterdam.

"Bagaimana ini, gadis ini nggak bangun-bangun, apa gua bangunin aja ya?" Ibra menggerutu, sementara penumpang lainnya hanya tersenyum tipis melihat adegan mereka, seakan tidak cukup bermesraan di rumah saja bahkan dipesawat pun juga masih. Begitulah kira-kira opini penumpang lainnya. Tak ada pilihan lain lagi.

"Hei wevrouw, sta op, we zijn er blijf je hier?"= "Hei nona, bangunlah, apa kau akan tetap disini?"

Ibra menepuk halus pundak wanita itu dan mengguncangnya pelan. Nata membuka matanya perlahan dan berusaha mengumpulkan kesadaran nya kembali, namun dia sendiri terlonjak kaget tanpa berpindah sedikit pun akibat sabuk yang melingkar di tubuhnya.

"Maaf tuan, aku tertidur maafkan aku."

"It's ok." Ibra kembali menjawab ketus.

Mereka pun turun beriringan , hanya tinggal mereka berdua saat ini akibat Aurel yang ketiduran tadi.

[ Pukul 04.12 waktu Belanda ]

Waktu dimana semua umat masih terlelap dan meringkuk dibalik selimut karena dinginnya udara saat ini. Nata sudah tiba di apartemen yang sudah disediakan untuknya oleh pihak departemen, gadis itu sempat terpukau dengan arsitektur dan dekor yang ada didalam apartemen yang disewakan khusus untuknya.

Apartemen yang cukup maksudnya sangat dan akan membuat seorang Nata merasa nyaman dan betah. Ruang lepas di tata apik dan dijadikan ruang tamu dengan sofa yang berukuran sedang cukup menampung lima orang yang beralaskan karpet biru navy, disampingnya terdapat meja makan dan tiga kursi dan menghadap minibar. Satu kamar didepan ruang tamu yang bersebelahan pula dengan kamar mandi, ditambah lagi gorden coklat muda sebagai penutup jendela kaca yang besar  dan menghadap ke pelabuhan Rotterdam yang terkenal dengan kesan seakan berada di Dubai, sangat menakjubkan. Nilai artistiknya berhasil membuat penghuninya betah berlama-lama di dalamnya.

Hampir saja Nata lupa mengunci pintu apartemennya, dan dia pun baru ingat setelah petugas di apartemen menyerahkan kunci dan remot control padanya sepuluh menit yang lalu, dia pun segera mengambil remot control tersebut dan mengarahkan pada pintu apartemennya. Nata pun berbaring di ranjang yang sangat empuk dan dia belum pernah tidur ditempat tidur yang senyaman ini, bahkan dirumahnya sendiri yang hanya menggunakan springbed yang sudah puluhan tahun. Kedengarannya memang sangat miris tapi itulah faktanya, bahwa Tita dan Nata bukan tipe kaum jetset dan hidup mewah yang suka berfoya-foya, bukan tidak mampu, sebenarnya gaji Tita tidak akan habis apabila membeli springbed baru, hanya saja jiwa sederhana yang sudah mendarah daging pada kakak beradik itulah yang menjadikan keduanya sangat menghargai setiap hal, sedetail apapun itu.

Nata memang belum menghubungi Tita dari kemaren, dia masih kelelahan dengan perjalanan nya kali ini. Dan Tita pun sengaja belum menelepon Nata semenjak tadi pagi, pasalnya waktu di Indonesia maju enam jam dari Belanda jadi sudah pasti Nata saat ini masih terpulas.

Di tempat yang lain, sebuah mansion mewah yang berada ditengah kawasan elit Rotterdam. Sesampai di rumahnya, Ibra memerintah seorang nany membuat kan air hangat untuk merendam kakinya dan meminta nya membuka perban lalu mengobati kembali kakinya yang masih luka. Ditambah lagi sempat diinjak oleh Nata sewaktu di bandara, lengkap sudah.

Denhag

Krangngnh, krakh." Teef, ik kan niet worden vertrouwd."= Dasar ja****, tidak bisa di percaya.

Ibra mengamuk dan mengumpat diruangan kerjanya salah satu kantor cabang yang dimiliki keluarganya di Denhag, kemudian menendang meja kaca yang biasa di gunakan tempat menjamu para tamunya secara privasi hingga pecah berantakan, saat ini ruangan itu penuh dengan pecahan kaca. Brenda sang kekasih yang dekat dan sangat ia percaya saat ini sedang bergulat panas dengan selingkuhannya di salah satu kamar hotel.

Bisa dibayangkan bagaimana murkanya Ibra setelah mendapat kiriman video dari antek-antek nya refleks dia menendang meja kaca yang sangat tebal tersebut hingga pecah dengan tenaga nya yang luar biasa, tak lama pun dia merasakan hangat dan lengket dari dalam sepatunya, dia melepaskan sepatunya perlahan kemudian kaus kakinya.

"Verdomme."= Sial.

Jempol kakinya mengalami cedera dan pendarahan. Tak lama berselang setelah menelepon sekretarisnya, seorang dokter pria tanpa aba-aba langsung masuk ke ruangan Ibra.

"Ada apa dengan mu tuan Ibra, tidak biasanya kau semurka ini terhadap wanita." Dokter Van tidak habis pikir dengan perbuatan Ibra, sambil bertanya dan mengobati jempol kaki Ibra dengan hati-hati.

"Kau tahu Brenda kan, dokter Van?"

"Tentu, bukankah dia kekasih yang kau cintai saat ini, maaf maksud ku kau mencintainya bukan?"

Dokter Van masih bertanya dengan hati-hati, tidak ingin Ibra tambah murka dengan cara bertanya nya. Dia tahu betul betapa arogan nya pria yang ia hadapi saat ini walau mereka bersahabat sudah cukup lama, Ibra tidak segan-segan akan melenyapkan apa saja yang ada dihadapannya jika sedang terbentur, salah satunya berita yang ia dapat setengah jam yang lalu tentang Brenda.

"Kau salah dokter Van, aku tidak mencintainya, aku hanya..."

"Jika kau tidak mencintainya, kenapa kau sebegini marahnya dan menghancurkan sia-sia kantor mu ini?"

"Baiklah, ku akui aku mulai dan sedikit tertarik padanya, tapi aku belum yakin."

"Tentu saja kau belum yakin, menurutku Brenda tidak pantas untukmu, apa kau perlu ku kenalkan dengan seseorang?"

"Kau tidak perlu repot-repot dokter Van, aku masih bisa cari yang Kusuka." Potong Ibra dengan angkuhnya.

"Yaaa terserah kau saja, lalu apa rencana mu sekarang?"

"Tidak ada, dan jangan harap dia bisa bertemu denganku lagi, semua akses dan fasilitas yang kuberikan padanya termasuk mobil, apartemen yang kubelikan padanya akan ku tarik semua. Orang-orang kepercayaanku sekarang sedang membereskannya.

Ibra pun heran dengan perbuatan nya kali ini, biasanya dia akan menanggapi santai mau apa yang dilakukan para wanitanya diluar sana, toh mereka hanya pemuas ranjangnya saja dan bukan wanita yang betul-betul ia cintai dan diperistri. Namun berbeda dengan Brenda, wanita yang ia kencani selama lima bulan ini, semenjak pertemuan mereka di salah satu event di Rotterdam lima bulan lalu, kesan Brenda yang anggun ditambah lagi kecantikannya membuat Ibra mulai tertarik dan mencoba untuk serius terhadap wanita itu. Beruntung seorang kepercayaannya berhasil mengikuti Brenda yang beralasan ingin ke luar kota menemui pamannya, dari awalpun Ibra sedikit curiga.

Ternyata benar, Brenda tidak ada perjalanan ke luar kota melainkan ke sebuah Hotel yang ada di Denhag dan disambut seorang pria setelah keluar dari mobilnya.

Orang kepercayaan Ibra semakin memperdetail alat kameranya dan melacak mereka hingga kekamar yang mereka bocking, dengan alat kamera canggih dan cctv Hotel yang mereka sadap akhirnya para antek-antek berhasil mengambil rekaman mereka.

Ibra pun memutuskan untuk segera kembali ke Rotterdam malam itu juga, setelah menyelesaikan pekerjaan dan beberapa proyek disana. Sampai akhirnya dia bertemu Nata di bandara saat ingin mengambil penerbangan ke Rotterdam.

Disinilah Ibra sekarang, diranjangnya yang gagah, segagah dirinya, terbaring dan terlelap sambil melepas semua kisruh dan amarah di dada nya pada Brenda.

Sekilas kemudian dia teringat gadis culun yang ia jumpai di bandara, dan yang sebangku dengannya di pesawat.

" Gadis cupu, euhh, penampilannya pun jauh dibawah standar, hari gini masih ada orang yang rela menampilkan dirinya seperti itu, lalu untuk apa para desainer dunia mati-matian berinovasi dan berlomba mengerahkan ide-ide nya tentang sebuah fasion, dasar tidak mensyukuri nikmat Tuhan."

Ibra menggerutu dan mengejek Nata tiada henti, namun kembali memikirkan gadis itu.

" Hmm, sebenarnya dia cantik, lalu apa matanya sakit dan harus selalu menggunakan kaca mata edan itu, ahhhk, dasar perempuan cupu."

Akhirnya Ibra tertidur.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Meylani putri
keren authornya pinter bahasa belanda ya itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status